Profile Entrepreneur

Perjalanan Amrin Susilo Bangun Sekolah Berbasis Internasional

Oleh Admin
Perjalanan Amrin Susilo Bangun Sekolah Berbasis Internasional

Siapa yang menyangka jika niat yang begitu besar untuk membina anak agar mampu bersaing di dunia luar, telah menghantar Amrin Susilo Halim mendirikan sekolah berbasis internasional. Tekad membangun sekolah yang bersih, rapi, nyaman, dan aman menjadi misi Amrin sejak awal mendirikan sekolah.

Keinginan untuk membangun sekolah tidaklah mudah. Maklum dirinya hanyalah seorang pengusaha elektronik sejak tahun 1990. Amrin menceritakan dirinya tertarik untuk membangun sekolah diawali saat dirinya ikut pertemuan bisnis di Singapura pada tahun 1993, mewakili perusahaan elektroniknya. Saat itu, Amrin tersadar jika dirinya tidak mampu berkomunikasi dengan baik, karena semua komunikasi menggunakan Bahasa Inggris.

“Dalam pikiran saya, bila mau maju dengan cepat, kita harus bisa berkomunikasi dalam bahasa internasional, yaitu bahasa Inggris dan Mandarin,” ujar pria lulusan SMA Negeri 6 Medan.

Semangat yang menggebu, membawa Amrin mendirikan Prime One School (POS) 12 tahun lalu. Dengan fokus kepada pengembangan potensi diri siswa dan menekankan kemampuan berbahasa Inggris yang baik dan benar, POS mulai berdiri sejak tanggal 06 Mei 2004 menempati Jalan K.H.Ahmad Dahlan. Kemudian sejak pertengahan 2006, POS pindah ke Jalan Jend.Besar A.H.Nasution. Kini POS memiliki dua gedung sekolah dengan total luas lahan 5,5 ha, sementara luas gedung sekitar 30 ribu meter persegi.

Pada saat awal pendirian, dirinya mengakui jika mengalami banyak kesulitan khususnya di lingkungan sekitar. Kehadiran sekolah sedikit mengusik ketenangan tetangga. Selain itu, masalah sumber daya manusia khususnya tenaga pengajar juga menjadi sebuah persoalan. Kendati demikian, berkat bantuan dari konsultan pendidikan dari Singapura, setiap persoalan secara perlahan dapat diatasi.

Amrin Susilo Halim

Amrin Susilo Halim, pendiri sekolah Prime One School

Dalam kenangannya, Amrin mengutarakan di masa awal berdiri, POS hanya memiliki 50 orang siswa untuk tingkat play group hingga SD. Setelah berjalan lebih dari satu dasawarsa jumlah siswa telah mencapai sekitar 2.000 orang dan dengan kapasitas dua gedung seluas 30 ribu meter persegi diperkirakan mampu menampung sekitar 2.600 orang siswa.

Sekolah ini mendapat respon yang positif dari orang tua dan siswa. Kendati sedikit ada masalah di awal, Amrin terus mengembangkan sekolahnya dengan segala fasilitas dan mempersiapkan kurikulum yang berkualitas. Sejak 2014 POS berstatus Sekolah Perjanjian Kerjasama (SPK), artinya sekolah yang telah mengantongi izin menteri pendidikan, telah diijinkan menerima guru asing.

Sekolah menyediakan fasilitas ruang robotic, laboratorium, studio seni, seni musik, dan budaya, fasilitas olahraga seperti kolam renang, tenis meja, bola basket, futsal, bola kaki, gymnasium, badminton, juga tambahan fasilitas seperti rumah ibadah, mini zoo, kebun sayur perpustakaan, dan kantin yang selalu terjaga kebersihannya.

“Kami memang menyediakan berbagai fasilitas kepada siswa dengan tujuan agar mereka dapat mengembangkan bakat dan potensi apakah dalam hal seni atau olahraga. Selain itu di dalam mini zoo, siswa juga dapat belajar menunggang kuda dan di dalam kebun sayur, siswa dapat memupuk rasa cinta kepada tumbuhan sehingga meningkatkan minat agribisnis sejak usia dini,” papar Amrin.

Menurut Amrin, dalam diri setiap anak selalu ada potensi untuk digali. Dirinya sejak awal menerapkan 5 unsur bagi siswa POS, yakni harus mampu membaca, menulis, mendengar, berbicara, dan berhitung. Dengan memegang lima unsur selama menjalankan program belajar mengajar, niscaya tidak ada siswa yang bodoh. Demikian Amrin selalu menegaskan hal tersebut kepada siswa di POS.

Gedung Sekolah SMP dan SMA Prime One School

Gedung Sekolah SMP dan SMA Prime One School

Dalam menjalankan manajemen sekolah, Amrin menerapkan sistem manajemen profesional di sektor akademik dan sektor administrasi keuangan dan operasional. Para staf juga diseleksi dengan latar pendidikan minimal S1/S2 sesuai bidangnya, bahkan pimpinan puncak akademik dipercayakan kepada seorang doktor. Tugas pengontrolan keuangan sekolah dipercayakan kepada putrinya Natasia Cuillienta Halim.

Kendati saat ini banyak sekolah yang sejenis, hal ini bukan masalah. Menurutnya, dunia pendidikan tidak mengenal persaingan. Para kompetitor merupakan mitra kerja. Hal ini dikarenakan pertumbuhan usaha pendidikan ada batasannya dalam hal kapasitas gedung untuk menampung siswa, yang tentu sangat berbeda dengan pertumbuhan usaha industri. Munculnya para pemain baru di dunia pendidikan, menurut Amrin, justru sebuah kebanggaan karena memberikan pilihan yang semakin banyak kepada siswa untuk memilih.

“Untuk sekolah-sekolah yang mau eksis, haruslah terus mengupgrade sofware dan hardware URL, agar mendapat sistem pendidikan bermutu. POS terus mengembangkan dan menguatkan sarana prasarana pendidikan, lingkungan aman dan nyaman,” papar Amrin.

Mengenai target ke depan, Amrin bertekad untuk memberikan kualitas pendidikan yang baik dengan memperbanyak sarana prasarana pendidikan sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dirinya dengan baik, teratur dan tepat waktu.( Reportase: Julfini–Medan)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved