Profile

Pratiwi Sutowo, Mengemban Tugas di Benua Hitam

Pratiwi Sutowo, Mengemban Tugas di Benua Hitam

Pratiwi Sutowo, profesional yang terjun di bidang charity for humanity di kota kecil Musina, Afrika Selatan. Profesi ini mengharuskan lulusan S1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini gesit turun di lapangan. Berbekal hanya dengan bahasa Inggris, dan 7 tahun pengalaman kerja di dunia humanitarian dengan 3 organisasi internasional, Tiwi bertekad menimba karier dan pengalamannya di Benua Hitam. Seperti apa kiprahnya sebagai Project Administration dan Finance Medecins Sans Frontieres (MSF) ini? Berikut wawancara Gustyanita Pratiwi dari SWA dengan Pratiwi Sutowo.

Apa nama instansi tempat bekerja sekarang?

Medecins Sans Frontieres (MSF). Kantor Pusat di Brussels, Belgia, saya ditempatkan di lapangan, di salah satu project kami di kota kecil Musina, Afrika Selatan, sekitar 16 Km dari perbatasan Afrika Selatan dan Zimbabwe.

Bagaimana Anda bisa bekerja di instansi ini? Ceritakan singkat perjalanan karier Anda di luar negeri/perusahaan ini?

Sejak tahun 2005-2007, saya bekerja di MSF di Jakarta, kemudian tahun 2008 saya pindah ke organisasi kemanusiaan lain, dan ditempatkan di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur selama kurang lebih 2 tahun sebagai Project Administrator dan Finance. Setelah itu saya bekerja di Jakarta selama 1 tahun, sebelum akhirnya lulus test dan interview untuk post expatriat di MSF tahun 2011. Sejak Juli 2011 sampai sekarang saya ditempatkan di Musina, Afrika Selatan.

Apa jabatan yang Anda pegang sekarang dan apa lingkup tanggung jawabnya?

Saya menempati posisi sebagai Project Administration dan Finance di lapangan. Lingkup tanggung jawab saya meliputi manajemen HR: rekrutmen, kontrak kerja, peraturan organisasi, team building, pengembangan kapasitas staf, serta manajemen keuangan project.

Kenapa Anda tertarik bekerja/berkarier di instansi ini?

Bekerja untuk MSF memberikan saya kesempatan berkarya untuk masyarakat yang tidak mempunyai akses kesehatan terutama di daerah-daerah terpecil. MSF juga memberikan kesempatan yang luas bagi staffnya untuk mengembangkan kapasitas dan profesionalitas diri melalui training, dan penempatan di lapangan di berbagai negara. Melalui penempatan kerja di berbagai daerah/negara, wawasan saya menjadi terbuka luas dan saya juga mendapatkan pengalaman bekerja dengan staff internasional lain maupun staf lokal dari berbagai negara, mempelajari kehidupan dan budaya penduduk lokal di suatu daerah atau negara.

Apakah suatu saat Anda ingin kembali ke Tanah Air dan berkarya di negeri sendiri? Apa saja prestasi yang pernah Anda ukir selama menjadi profesional/ilmuwan di luar negeri?

Duh, rasanya ini tidak bisa disebut prestasi ya. Saya hanya memastikan mandat organisasi diterapkan di lapangan. Dalam skala sederhana, saya merasa puas bila melihat pasien-pasien kami tersenyum ketika kami datang dan ketika mereka mendapatkan pelayanan kesehatan, saya juga merasa puas ketika staf lokal saya dapat mengerjakan hal-hal baru setelah saya memberikan pelatihan singkat.

Bagaimana Anda melihat kekuatan diaspora Indonesia?

Saya melihat kekuatan diaspora Indonesia sebagai pembuka wawasan yang memperkaya negara kita. Baru-baru ini saya mendengar tentang CID/ konferensi diaspora Indonesia di Los Angeles, dengan beberapa usulan diantaranya dual nationality, jika disetujui, usulan seperti ini akan memperkaya Indonesia dalam hal sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah aset negara. Kekuatan diaspora juga menunjang perekonomian Indonesia, contohnya aliran uang yang dikirimkan para TKI di luar negri untuk keluarganya di Indonesia. Kelompok diaspora juga berpotensi sebagai ‘pengawas independen’ yang berperan mengawasi/ memberi masukan terhadap kinerja pemerintah kita dari jauh, contohnya persatuan mahasiswa Indonesia di Jerman yang menolak kunjungan studi banding DPR ke Jerman beberapa waktu lalu.

Ada komunitas apa saja di tempatnya?

Komunitas internasional sesama pekerja bidang humanitarian, namun tidak besar dan sifatnya tidak resmi. Kami hanya senang kumpul dan ngobrol santai setelah selesai jam kerja.

Apa yang harus dilakukan pemerintah Indonesia agar semakin banyak orang Indonesia pulang dan berkarya di negeri sendiri?

Ya, saya tetap tertarik untuk berkarya di negeri sendiri. Indonesia adalah negara yang kaya, sayangnya mentalitas pemerintah kita tidak bisa menunjukkan sikap tegas, mental anti korupsi dan berorientasi mensejahterakan rakyat kecil. Menurut saya sikap ini harus dibenahi/ dimiliki setiap individu yang duduk di pemerintahan. Pemerintahan yang bersih meminimalisasikan peluang korupsi, sehingga dana yang ada (atau dapat diselamatkan dari korupsi) dapat digunakan untuk berbagai pembangunan fasilitas umum. Hal ini membuka kesempatan kerja bagi rakyat, mendorong perekonomian negara. Pemerintahan yang bersih akan disegani rakyat. Ini faktor kuat sebagai penarik kelompok diaspora untuk kembali ke Tanah Air.

Selain itu, saya melihat pemerintah perlu memperhatikan pembangunan yang merata untuk daerah-daerah Indonesia yang lain selain ibukota, sehingga kegiatan ekonomi/pemerintahan tidak menumpuk di Jakarta, dan tidak memicu urbanisasi.

Program Keluarga Berencana juga perlu digalakkan kembali.

Pengendalian jumlah penduduk dapat memperbaiki kualitas hidup dari suatu keluarga. Jika kualitas hidup di tingkat keluarga sudah baik, maka sampai di tingkat yang lebih tinggi (negara) pun kualitasnya baik. Pengendalian penduduk juga menjamin kelangsungan terbukanya kesempatan kerja.

Memperbaiki kualitas pendidikan. Fasilitas/beasiswa untuk siswa berprestasi diperbanyak.

Apa ide/ usulan Anda kepada pemerintah Indonesia agar bisa mengoptimalkan kompetensi yang Anda miliki untuk kemajuan Indonesia?

Bekerja di sektor humanitarian pada lembaga asing, sikap yang ditanamkan pada kami adalah mentalitas anti korupsi, mengutamakan kepentingan beneficiaries kami di setiap kebijakan/keputusan yang kami ambil, maka seperti sebelumnya yang saya katakan, sikap berdisplin diri, anti korupsi, mengutamakan kepentingan rakyat di setiap keputusan yang dibuat adalah suatu permulaan dari suatu pemerintahan yang baik. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved