Profile

Pre Agusta Siswantoro, 20 Tahun Mengabdi di Kalbe Farma

Pre Agusta Siswantoro, 20 Tahun Mengabdi di Kalbe Farma

Bagian pemenuhan rantai pasok bagi sebuah perusahaan manufaktur itu sangat penting. Sebab ini menyangkut ketersediaan produk atau barang produksinya di pasar, supaya bisa menjangkau konsumen sebanyak-banyaknya. Hal ini tidak terkecuali bagi perusahaan farmasi atau produsen obat-obatan. Apalagi bagi perusahaan besar seperti Kalbe Farma yang tentu saja harus menyebarkan obatnya ke seluruh pelosok Indonesia.

Untu itu, mari kita simak hasil wawancara dengan Pre Agusta Siswantoro, Direktur Supply Chain PT Kalbe Farma Tbk. Suami dari Endang Widiyati, yang lahir di Kediri pada 31 Juli 1962, dan punya hobi bermusik itu salah satunya menuturkan soal suka-dukanya menjadi pemimpin bagian rantai pasok di perusahaan yang merupakan produsen dari berbagai produk obat dan kesehatan yang terkenal di Indonesai, antara lain Extra Joss, Kalpanax, Fitbar, Cerebrovit, dan lain-lain.

Pre Agusta-Kalbe

Bagaimana awal mula karier Anda di Kalbe Farma? Dan apa latar belakang pendidikan Anda?

Saya lulusan S1 Apoteker dari Fakultas Farmasi UGM, lalu S2 saya di jurusan Manajemen. Saya kerja di Kalbe Farma sejak tahun 1992, jadi sampai sekarang sudah hampir 20 tahun lebih. Jadi dari awal lulus kuliah, saya sudah bekerja sudah di sini.

Kalau boleh diceritakan, bagaimana jenjang karier Anda di Kalbe Farma?

Saya memang kebanyakan bekerja pada bagian produksi, tapi saya juga pernah di bagian riset. Oleh karena itu, saya senang sekali dengan kegiatan yang berhubungan dengan riset ilmu pengetahuan, khususnya jika dimulai sejak dini. Kemudian, saat ini saya bekerja di bidang supply chain. Jabatan saya sekarang sebagai Direktur Supply Chain, yang mana itu saya emban sejak 2008.

Seperti apa tugas dan tanggung jawab Anda di bidang supply chain ini?

Kalau di perusahaan itu ada yang namanya creating demand, lalu ada yang fulfiling demand. Tugas kami sebetulnya adalah mengisi demand yang sudah dibuat oleh teman-teman marketing. Jadi dari penyediaan raw material, produksi, sampai mendistribusikan ke tempat penjualannya.

Apa tantangan yang pernah Anda alami selama bergelut di bidang supply chain ini?

Tantangannya adalah kita harus menyebarkan obat ke seluruh Indonesia. Dan di negara ini ada masalah infrastruktur, misalnya mau mengirim barang ke Papua saja, susahnya bukan main. Kalau sudah mengirim, kadang-kadang di perjalanan suka ada banjir, badai di laut, dan lain-lain. Jadi di sini adalah bagaimana kita bisa mengirim obat ke pelosok-pelosok dalam waktu yang tepat, dan kualitasnya harus tetap baik.

Sebenarnya pada tahun 2014 ini, produk apa lagi yang akan semakin dikembangkan Kalbe Farma?

Kalau kita lihat Kalbe itu ada empat divisi utama ya, ada yang pharmacy (obat-obatan), consumer health, nutrition, dan distribution. Rasanya keempat divisi ini akan terus kami kembangkan pada tahun ini, dan basisnya memang ke produk-produk baru yang penuh inovasi. Karena kami yakin inovasi itu paling penting. Karena kalau terus berinovasi pada produk baru, maka kami akan bisa bersaing (dengan pemain pasar yang lain). Produk yang sudah dikembangkan pada tahun lalu, dan akan semakin kami kembangkan lagi pada tahun ini, misalnya obat kanker, susu anak, dan minuman-minuman kesehatan seperti variasi dari Extra Joss.

Apa suka-duka Anda selama bekerja di bidang farmasi?

Farmasi itu kan berhubungan dengan obat, jadi harus selalu dikontrol. Sebab kalau ada kesalahan (produksi), maka risikonya besar. Sehingga kami sangat concern kepada kualitas. Dukanya ya itu tadi, kami harus mendistribusikan ke tempat-tempat yang jauh, misalnya ke Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Bagaimana Anda memandang persaingan antara perusahaan farmasi lokal dengan asing yang juga ada banyak di Indonesia?

Sebetulnya kalau di Indonesia (perusahaan) farmasi lokal itu sudah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jadi kalau kita lihat peringkat teratas dari perusahaan farmasi di Indonesia adalah milik lokal. Jadi sebenarnya kita tidak perlu takut karena sudah mendapat kepercayaan dari konsumen di sini. Sedangkan, perusahaan asing bisa kita anggap sebagai kompetitor saja, supaya terjadi persaingan yang sehat. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved