Profile Editor's Choice

Pria 'Bertangan Dingin' di Dunia Marketing

Oleh Admin
Pria 'Bertangan Dingin' di Dunia Marketing

CEO ST. Moritz Penthouses & Residences sekaligus CEO Shopping Malls Group PT Lippo Karawaci Tbk, Michael Riady dijuluki sebagai ‘pria bertangan dingin’ di dunia pemasaran. Sebagai cucu dari konglomerat Andrew Riady, Michael tidak hanya ‘mendompleng’ nama besar. Ia mampu sukses dengan caranya sendiri.

Selepas lulus bidang finance dari Orange County University, California, Amerika Serikat, Michael Riady tidak langsung menjadi seorang CEO tetapi melewati tahapan proses selayaknya seorang pekerja. Michael memulainya dari posisi paling bawah. Pada 2004 dirinya mengurus ruang pemeran di Mall Metropolis, berhubungan dengan pedagang yang memakai gerobak dorong. Hal ini sebagai pembuktian bahwa dirinya bukan sekedar dirinya adalah seorang yang lahir dari keluarga Riady. Dia juga menjadi manajer proyek properti kala itu, di samping ikut berkontribusi dalam menggarap proyek Cibubur Junction, Bogor dan Kemang Village, Jakarta Selatan. “Ya saya mulai dari kecil lah. Saya mulai dari usaha paling bawah sambil pelan-pelan belajar. Bahkan, posisi itu bukan manajer. Saya mulai dari posisi sangat rendah.”

Seiring waktu, karirnya semakin menanjak dan dipercaya untuk menangani bidang properti milik keluarga Riady. Tahun 2007 hingga 2010 dianggap Michael sebagai ‘masa pembelajaran’ untuk menjadi CEO. Tahun 2007, Michael menjadi CEO St. Moritz dan pada 2010, ia menjadi CEO shopping malls group PT Lippo Karawaci Tbk. Kendati, background pendidikan Michael di bidang finance tetapi Lippo tetap mempercayakan jabatan tertinggi core business grup yang kini menjadi properti itu kepada Michael. “Finance itu kan general sekali, ada macam-macam. Itu satu kategori yang luas dan saya mengambil ke arah real estate finance,”katanya.

Michael kini bertanggung jawab akan proyek properti prestisius Lippo Grup di kawasan Jakarta Barat, St. Moritz, yang direncanakan akan menjadi kawasan elit baru di barat Jakarta. Dengan cetak biru superblock, Michael Riady sebagai generasi ketiga penerus mengatakan bahwa dirinya akan berusaha menjalankan kepercayaan yang diberikan dengan baik. St. Moritz ini berkonsep global city senilai Rp 11 Triliun di atas lahan 12 hektar.

Sebelumnya, Michael pernah ‘berkeliling’ bekerja di berbagai proyek properti Lippo, mulai dari Metropolis Town Square dan WTC Matahari Serpong di Tangerang, Cibubur Junction di Jakarta Timur, Bandung Indah Plaza di Bandung, Kemang Village di Jakarta Selatan, St Moritz di Jakarta Barat, dan kini bertanggung jawab mengelola mal-mal Lippo.

Michael yang lahir di Jakarta, September 1980 ini, mengenyam pendidikan TK dan SD reguler di Singapura, SMP Jakarta International School (JIS) di Kelapa Gading Jakarta, SMA Pelita Harapan. Lalu Michael pindah kuliah ke Los Angeles. Michael mengawali karir profesionalnya sebagai staf keuangan di Fidelity Investment yang bergerak di sektor investasi, dan perusahaan sektor hukum real estat Manatt, Phelps & Phillips Law Firm. Akhir 2003, Michael kembali ke Indonesia dan langsung bergabung dengan PT Lippo Karawaci sampai saat ini.

“Saya diberikan kepercayaan dan saya berusaha menjalankannya. Yang penting buat saya sekarang adalah apa yang sudah diberikan akan saya usahakan untuk mengerjakannya dengan baik,”tandasnya. Michael mengaku bahwa dirinya dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengedepankan demokrasi sekaligus spiritual dan fokus pada bidang yang digeluti bahkan dirinya diberikan kebebasan untuk memilih bidang bisnis yang dikehendaki.

Banyak langkah dan pemikiran yang sudah diberikan pria penyuka berbagai jenis buku ini. Dirinya mengatakan bahwa terobosan yang sudah dilakukan semua karena kerjasama tim dan perusahaan. “Kita ingin benar-benar membantu mendukung terbentuknya kawasan sentra primer barat. Karena kita juga ingin mendukung pemerintah yang ingin membangun satu kawasan hub untuk business, leisure, entertainment dan lainnya,”katanya. Kehadiran St. Moritz di Jakarta Barat, menurut Michael, sebagai wujud nyata dukungan itu yang terealisasi secara fisik. Lippo adalah pengembang pertama yang sungguh-sungguh menghidupkan kawasan Jakarta Barat.

Michael kecil selalu diajarkan oleh ayahnya untuk selalu down to earth dengan tidak diperlakukan seperti keluarga yang bergelimang harta. Michael bercerita bahwa masa kecilnya tidak pernah diantar atau naik mobil sendiri, dirinya memilih berjalan kaki. “Menamatkan sekolah di luar negeri adalah salah satu cara terbaik untuk menempa sifat mandiri,”katanya.

St. Moritz sendiri nantinya akan dibangun mall terbesar di Indonesia, hotel, apartment, sekolah, rumah sakit, dan lainnya. Nantinya, Michael mengatakan bahwa mall akan lebih besar sedikit dari segi luas dari Grand Indonesia, yang sekarang ini masih sebagai mall terbesar di Indonesia. “Dengan luas yang lebih besar kita juga akan dapat pasar yang lebih luas nantinya. Karena kita akan ada Matahari generasi baru untuk segmen yang B dan Debenhams untuk B+. Dan Jadi kita tergantung, semua segmen bisa datang ke ST. Moritz,”katanya.

Apa yang dilakukan Michael lewat St. Moritz ini bukan hanya menjadi yang terbesar saja tetapi yang terpenting adalah bagaimana dirinya mampu melampui ekspektasi pasar. Menurutnya pasar sekarang ini kalau berbicara mengenai hotel bintang lima menyebut hanya di Sudirman, daerah segitiga emas. “Kenapa itu selalu jadi trendsetter. Kita harus berani menerobos pakem yang ada. Kalau orang bilang tidak bisa, menurut kita itu pasti bisa. Kita percaya bisa. Dan Lipoo ingin mencontohkan bahwa internasional hotel bisa di luar segitiga emas. Kami juga ingin menjadi benchmark properti di Indonesia,”katanya.

Langkah selanjutnya yang mengejutkan banyak orang adalah Michael berhasil menggandeng operator hotel dan pemilik hotel ternama dunia, Marriot International Inc. (MAR) untuk membangun JW Marriot di kawasan St. Moritz dan Kemang Village. Sebanyak 208 kamar akan ada di St. Moritz dan 275 kamar di Kemang Village. “Masuknya dua hotel JW Marriot ini sesuai dengan rencana Lippo untuk menghadirkan standar kualitas internasional di kedua mega proyek tersebut, juga sesuai dengan misi dan komitmen kami untuk selalu memberikan yang terbaik,”katanya.

Proses pendekatan Marriot ini dikerjakan selama hampir satu tahun. Michael rela terbang bolak balik Jakarta-Hongkong guna meluluskan rencana besar ini. “Marriot adalah hotel yang tertinggi dari yang tertinggi. Kami sangat senang akan hal ini,”katanya. Menurutnya, lokasi yang ditawarkan kepada JW Marriot saat itu yang membuat pengembang hotel ternama dunia itu tertarik masuk ke dalam St Moritz. JW Marriot di St. Moritz nantinya akan menjadi hotel tertinggi di Indonesia, dengan tinggi 65 lantai dan berada di atas perkantoran.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved