Profile Company zkumparan

Ikafood Putramas, Kembangkan Bumbu Instan Nusantara “Kokita”

Maudy Ratna Winata, pendiri & Presiden Direktur PT Ikafood Putramas
Maudy Ratna Winata, pendiri & Presiden Direktur PT Ikafood Putramas

Setiap orang Indonesia yang pernah tinggal di luar negeri pasti tahu bagaimana rasanya rindu masakan khas Indonesia. Bagaimanapun, lidah kita sudah terbiasa dengan citarasa masakan indonesia, seperti sayur asem, soto, rendang, sambal goreng, atau gulai.

Maudy Ratna Winata adalah sosok yang berupaya menjawab kebutuhan tersebut. Dialah pendiri sekaligus Presiden Direktur PT Ikafood Putramas, perusahaan yang mengembangkan Bumbu Inti Kokita yang dibuat dari aneka bumbu dapur, dalam bentuk bumbu instan yang mudah dipakai.

Menurut pihak Ikafood, bumbu inti ialah inti dari semua bumbu dapur dan merupakan bumbu dasar dari bermacam masakan Indonesia. Berdasarkan pengalaman banyak orang, tak sedikit yang kerepotan pada saat menyiapkan menu makanan khas Indonesia karena bahan bumbunya beragam. Dengan bumbu Kokita ini, mereka yang hobi memasak dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya karena tidak perlu lagi membeli bermacam bumbu bahan dasar, mengupas, dan mengolahnya.

Karena keunikan dan kejelasan positioning-nya, perusahaan yang didirikan pada tahun 1987 ini dengan cepat membangun reputasi sebagai penyedia berbagai bumbu instan yang diformulasikan dari resep tradisional Indonesia.

Sesungguhnya, Ikafood Putramas merupakan anak usaha yang bernaung di bawah Grup Brataco, importir dan supplier bahan baku untuk farmasi, kosmetik, dan produk kimia. Bersama sang suami, Titianus Winata, usaha produk bumbu instan yang digeluti Ratna ini pelan tapi pasti semakin mendunia. Ikafood memulai ekspor produknya pada 1995 dan hingga kini sudah menembus berbagai negara: Amerika Serikat, Norwegia, Australia, Belanda, negara-negara Timur Tengah, Taiwan, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Singapura, dll.

Menurut Ratna, keunikan Indonesia adalah begitu melimpahnya rempah-rempah seperti cengkeh, lada, ketumbar, dan adas. “Ini yang sebenarnya harus menjadi peluang bagi pebisnis besar untuk menumbuhkan bahan ekspor Indonesia sekaligus memperkenalkan masakan-masakan unik regional Indonesia seperti rendang, gado-gado, dan soto,” kata Ratna secara tertulis kepada SWA.

Sektor industri makanan, lanjut Ratna, tak akan mati karena dalam keadaan buruk pun di suatu negara setiap orang tetap harus makan. Baik itu makanan murah atau mahal, bisnis makanan selalu akan memiliki masa depan yang panjang. “Peluang bisnis makanan di Indonesia dengan harga terjangkau dan yang sesuai dengan lidah masyarakat masih dapat tempat yang positif kalau kita mau gunakan keunggulan citarasa bumbu yang kaya dan belum tergarap semua,” katanya.

Salah satu contohnya, nasi goreng. Pihak Ikafood dapat mengumpulkan 55 resep nasi goreng yang mendunia untuk dapat dimasak oleh pengusaha kuliner dengan menggunakan bumbu nasi goreng Kokita. Menurutnya, jika dibandingkan dengan mi dari China, sushi dari Jepang, dan makanan cepat saji lainnya dari luar negeri yang menguasai pasar masakan dunia, seharusnya nasi goreng juga bisa menjadi masakan internasional. “Itu merupakan peluang bagi Indonesia,” ujar Ratna.

Ia juga menilai, dalam hal ini campur tangan pemerintah dapat membantu bisnis makanan dalam negeri lebih cepat berkembang di pasar Indonesia dan internasional. Misalnya, pemerintah dapat mendorong makanan Indonesia mendunia dengan menyajikan berbagai sajian di setiap ekspo internasional yang diikuti oleh peserta dari belahan dunia lain. Di samping itu, pemerintah juga dapat membantu pebisnis dengan aturan yang tidak memberatkan, tetapi tetap menjaga keamanan makanan; serta mendukung UMKM dan perusahan menengah dengan keringanan pajak agar dapat membesarkan bisnis makanan.

Menurut Ratna, Ikafood Putramas yang memakai bahan-bahan segar dari dalam negeri masih menjumpai sejumlah tantangan, yakni volatilitas harga komoditas pangan seperti cabai, bawang merah, bawang putih, dan gula kelapa. Sementara harga produk harus tetap sama dalam satu periode. Pihaknya juga mengakui bahwa 99% bahan baku berasal dari petani di dalam negeri, kecuali pasta tomat yang masih harus diimpor karena produktivitas dan ketersediaan buah tomat tidak kontinyu. Di samping itu, ada pula tantangan untuk membuat formula baru dan mendapatkan izin edar produk tidak bisa cepat, sehingga sering menghambat pengusaha makanan untuk berinovasi.

Meski demikian, tantangan ini tak menjadi halangan bagi merek Kokita untuk merajai bisnis kategori bumbu masakan. “Apabila dibandingkan dengan produk sejenis, dapat dikatakan bahwa Kokita menguasai pangsa pasar sebesar 55-60% di kategori bumbu inti dari kebutuhan nasional,” tutur Ratna yakin.

Menurutnya, pertumbuhan bisnis dalam beberapa tahun terakhir ini sangat positif dan menggairahkan. Ikafood saat ini banyak menyasar pemakai bumbu dari kalangan pelanggan besar atau pengusaha kuliner untuk tujuan pariwisata sejalan dengan visi pemerintah untuk memajukan pariwisata nasional. Dengan berbagai produk baru yang jadi perintis seperti Bumbu Inti Kokita, bumbu nasi kuning, kecap sambal, tauco, sambal bajak, dan sambal rebon kering dalam bentuk kemasan sachet dan jar, mereka diharapkan dapat menyajikan makanan yang bisa diterima oleh lidah masyarakat dalam negeri dan internasional.

Ikafood selalu mengikuti pameran atau ekspo di dalam dan luar negeri. Tidak ketinggalan pula, selalu berinovasi dan kreatif dalam menciptakan produk baru yang menyangkut selera sebagai kunci sukses perusahaan bumbu ini. Dengan membuat bermacam bumbu masak dan aneka sambal yang dapat diterima dan disukai masyarakat kekinian sesuai dengan perkembangan zaman, menurut Ratna, Ikafood tetap memperhatikan segi kesehatan dan syarat-syarat yang telah diuji LPPOM MUI dan Badan POM. Sementara untuk menyasar konsumen pemula, Bumbu Inti Kokita juga sudah disertai resep dalam setiap kemasan.

Ke depan, menurut Ratna, Ikafood terbuka untuk bekerjasama dengan perusahaan yang mempunyai visi yang sama dalam mengembangkan kuliner Indonesia. Ia melihat khazanah kuliner Indonesia dengan citarasa yang kaya masih dapat terus dikembangkan baik untuk pasar lokal maupun luar negeri.

Target bisnis ke depan, Ikafood selalu optimistis dengan melihat peluang di mana pemerintah terus membangun insfrastruktur yang diharapkan ikut menumbuhkan bisnis di bidang makanan. “Kami yakin bisa meraih pertumbuhan 34% di tahun ini,” ujar Ratna tandas. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved