Profile Company

Integra Group, Jagoan Ekspor Furnitur dari Sidoarjo

Halim Rusli, pendiri dan Presiden Direktur Integra Group.
Halim Rusli, pendiri dan Presiden Direktur Integra Group.

Integra Group adalah salah satu perusahaan manufaktur pengolahan hasil kayu terbesar di Indonesia yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Perusahaan ini didirikan pada 1989 oleh Halim Rusli, berlokasi di Sidoarjo, Jawa Timur. Produk utama Integra adalah furnitur dalam ataupun luar ruangan bagi konsumen rumah tangga, perkantoran, ataupun perhotelan. Selain itu, Integra juga memproduksi pintu kayu, bingkai jendela kayu, dan produk-produk lain yang terbuat dari kayu atau rotan.

Integra menciptakan furnitur inovatif yang digerakkan oleh desain melalui proses yang terintegrasi secara vertikal dari hilir ke hulu melalui beberapa anak perusahaan. Untuk pengolahan hasil hutan, di bawah PT Narkata Rimba dan PT Belayan River Timber. Untuk produk komoditas dan furnitur, di bawah PT Intera Indonesia, PT Intertrend Utama, PT Integra Indocabinet Tbk. yang sudah go public, Intera Indonesia, serta Interkraft. Untuk pembuatan pintu, dogawangi Woodone.

Grup usaha ini mencakup delapan perusahaan, yang terdiri dari llima perusahaan manufaktur, termasuk anak perusahaan tidak langsung; satu perusahaan distribusi; serta dua perusahaan konsesi hutan; ditambah sebuah perusahaan induk non-operasional. Keseluruhan perusahaan semuanya berada di bawah naungan Integra Group.

Fasilitas produksi Integra di Sidoarjo mencakup area seluas 300 ribu m2 dengan total tenaga kerja sebanyak 5.500 orang. Integra juga memiliki fasilitas produksi di Lamongan, di area seluas 150 ribu m2 dengan 1.600 tenaga kerja.

Untuk menjamin ketersediaan sumber daya material, Integra memperoleh konsesi untuk dua hutan di Kalimantan Timur seluas 160.000 hektare “Perusahaan konsesi hutan milik Integra mampu menghasilkan total produksi hingga 90 ribu m3 kayu gelondong per tahun,” kata Halim Rusli, pendiri dan Presiden Direktur Integra Group.

Awalnya, Integra hanya memiliki dua karyawan yang membuat rak kaset dari bahan medium density board (mdf). Namun, saat itu langsung membidik pasar Amerika Serikat. Walau merasakan tantangan karena Indonesia tidak dikenal sebagai negara waktu itu, tidak seterkenal Bali, apalagi Jawa Timur sebagai lokasi pabrik Integra; Halim tidak putus asa. Ia terus mendorong produknya agar bisa diterima pasar di sana.

Bicara pasar yang dirambah perusahaan ini, dijelaskan Halim, tahun lalu porsi ekspor dan pasar lokal produk yang dihasilkan Integra adalah 70:30. “Sejak sebelum pandemi Covid-19, 70% produknya diekspor,” ujarnya.

Kondisi positif makin dirasakan ketika mulai terjadi perang dagang China vs. AS. AS mulai mencari pasar lain selain China untuk berbagai produk yang digunakan masyarakatnya. Termasuk dalam hal furnitur, sehingga bukan Covid-19 yang mendorong peningkatan penjualan Integra.

Integra menangkap peluang untuk memenuhi kebutuhan furnitur dan building component di pasar AS. Kondisi tegang dalam hubungannya dengan China membuat AS kekurangan stok barang karena impor dari China berkurang. “Tahun lalu, dari 70% ekspor perusahaan, sekitar 52% produk diekspor ke Amerika,” ujar Halim.

Sejak awal tahun, lalu memasuki pandemi hingga Juli 2020, ekspor perusahaan ini makin meningkat porsinya menjadi 90%, sedangkan pasar domestik makin melorot dengan porsi 10%. “Kesempatan kami, ketika toko-toko yang kami layani mencari subtitusi produk China, mengambil porsi kue pasar China di luar sehingga kami meningkat cukup lumayan,” Halim mengungkapkan.

Memang, dibandingkan Vietnam, produk Indonesia belum menjadi prioritas, apalagi birokrasi Vietnam lebih baik. Namun, Vietnam memiliki keterbatasan kapasitas sebagai negara kecil. Nah, ketidakmampuan mereka itu diambil peluangnya oleh Integra. Para pemain besar di AS makin sadar bahwa mereka tidak bisa bergantung pada satu negara pemasok saja. Ketergantungan pada satu negara ternyata mengganggu keberlangsungan bisnis mereka.

“Jadi, perang dagang tidak ada kaitan dengan pandemi. Kebetulan, kejadian bersamaan waktunya. Ini yang membuat peluang kami bertambah,” kata Halim. Porsi ekspor ke pasar AS semula 50% dari total porsi ekspor Integra sebesar 70%. Pada semester I/2020, porsi ekspor ke AS meningkat, menjadi 72% dari total porsi 90% ekspor Integra.

Dengan peningkatan ekspor, Integra terus menambah daya saing produk. “Kami diuntungkan dengan bahan baku yang melimpah, bahan baku banyak. Kami pun mendorong lebih banyak konten dan inovasi, produk desain harus lebih kreatif, mengikuti tren, membuat produk yang erat dengan kebutuhan buyer. Para buyer cukup berkomunikasi dengan para desainer di masing-masing negara tujuan ekspor, terutama di toko-toko yang bekerjasama dengan kami,” Halim memaparkan.

Dari segi produksi, Integra terus menambah daya saing dengan meningkatkan teknologi mesin produksinya dengan otomatisasi. “Ini industri yang labor intensive, maka skill karyawan harus makin baik, mesin juga harus canggih,” katanya.

Keunggulan kompetitif Integra dibandingkan produk sejenis di luar negeri, menurut Halim, karena perusahaan ini fully integrated, memiliki konsesi hutan dan bahan kayu melimpah dari Jawa, seperti sengon, mahoni, pinus, dan gemelina, sehingga tidak ada kendala dalam pemenuhan pesanan dari segi kuantitas. Ini membuat kapasitas produksinya sangat mendukung pasar ekspor yang tinggi.

Dikatakan Halim, perang dagang AS vs. Cina tentu saja membutuhkan subsitusi asalkan produk substitusinya sama kuat kapasitas produksinya, plus delivery yang tepat. “Bisa memenuhi kualitas ekspor, tapi kapasitas tidak memenuhi juga repot,” ujarnya. Dengan produk yang bervariasi, Integra bisa menghasilkan kurang-lebih 1.000 kontainer per bulan untuk ekspor saja.

Di samping itu, cakupan produk juga luas. Dengan sekitar 8.000 karyawan, Integra bisa menghadirkan banyak sekali variasi produk. Mulai dari knockdown furniture, hingga fully assembled furniture, plywood, woodblind (penutup dinding), hingga kitchen cabinet. “Kami sangat mengoptimalkan bahan baku. Kami menggunakan bahan kayu yang ada lebih maksimal. Bahkan, sisa bahan kami maksimalkan untuk membuat produk lain,” ungkap Halim.

Selama pandemi, Halim mengakui perilaku konsumen mengalami perubahan karena orang jarang ke luar rumah. Akhirnya, masyarakat lebih memperhatikan kondisi rumahnya, sehingga ada kebutuhan mengganti furnitur. Inilah yang mendorong peningkatan penjualan produk furniturnya. Selain itu, kebutuhan untuk meja kantor, terutama meja lipat untuk bekerja di rumah, cukup tinggi permintaannya. “Mereka banyak di rumah butuh meja kerja lipat, yang bisa buat kerja di tempat tidur,” katanya.

Selama ini, di pasar lokal produknya banyak dijual secara B2B dibandingkan ritel, seperti untuk proyek apartemen atau pemerintahan. Demikian juga dengan pasar ekspor, lebih banyak B2B, tetapi belum sampai ke proyek pemerintah di luar negeri. Ekspor dilakukan melalui kerjasama dengan beberapa agen dan toko.

Halim berharap penjualan tahun ini bisa tumbuh 20%. “Perang dagang ini diharapkan menjadi pemicu, yang bisa meningkatkan penjualan kami. Bukan saja berimbas ke Integra saja, saya pikir ini akan berimbas ke banyak kebutuhan lain. Kuncinya, harus agresif menjemput bola,” ia menjelaskan. Karena itu, kondisi saat ini bisa menjadi kesempatan baik bagi eksportir Indonesia untuk masuk ke pasar AS yang luas.

Halim tidak bersedia menyebut nilai bisnis Integra Group. Ia hanya menjelaskan kinerja PT Integra Indocabinet Tbk., salah satu unit usaha Integra Group yang sudah go public. Perusahaan dengan kode saham WOOD itu pada tahun lalu mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,1 triliun atau naik 1,4% year on year.

Untuk memenuhi pasar lokal, sejak tahun lalu perusahaannya sudah mengembangkan secara serius merek sendiri, yaitu Kana. Namun, saat ini baru fokus di pasar lokal dulu dan penjualannya juga lebih banyak secara daring (online), baik itu melalui website-nya maupun toko-toko online yang sudah dikenal.

“Setelah established pasar di Indonesia untuk Kana, kami akan kembangkan ke Asia Tenggara. Kami kan sudah terbiasa melayani customer besar Amerika. Jadi, ini bekal kami untuk mengembangkan Kana ke luar,” kata Halim penuh semangat. (*)

Herning Banirestu dan Dede Suryadi

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved