Profile Company Property

SPS Group, Kombinasikan Pemasaran Online dan Konvensional

Asmat Amin, Direktur Pengelola SPS Group.
Asmat Amin, Direktur Pengelola SPS Group.

Perusahaan pengembang properti PT Sri Pertiwi Sejati atau SPS Group menghadapi tantangan yang cukup berat dalam menjual rumah bersubsidi lantaran wabah virus corona berdampak negatif terhadap daya beli konsumen. Mereka pun membatasi diri membelanjakan dana untuk membeli properti. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB), terutama di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, turut berpengaruh terhadap laju penjualan properti karena peraturan ini membatasi aktivitas masyarakat di luar ruang, seperti kegiatan pemasaran properti di ruang publik.

Guna menyiasati kondisi ini serta mempertahankan roda bisnis, manajemen SPS Group menggiatkan pemasaran di ranah digital. ”Masyarakat tidak bisa leluasa ke luar rumah dengan kondisi saat ini. Untuk itu, kami menyesuaikan dengan target segmentasi konsumen pada kondisi ini. Meski lewat pemasaran online, kami belum terlihat pertumbuhan penjualan,” tutur Direktur Pengelola SPS Group, Asmat Amin.

Kendala yang dihadapinya, konsumen cenderung membeli properti dengan langsung menyambangi lokasi, sehingga pemasaran online ini hanya berdampak minim, misalnya hanya bisa menggugah minat konsumen untuk mengelaborasi unit properti yang ditawarkan SPS Group di kanal digital. “Sebab, ketika calon pembeli mencari rumah, itu kan harus dapat feel-nya. Memang, mereka tertarik saat melihat di online, tapi belum tentu tertarik ketika cek atau datang ke lokasinya langsung,” ungkap Asmat.

Kendati demikian, SPS Group optimistis penjualan properti bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) bakal lebih baik di masa mendatang. Sebab, potensi permintaan perumahan bersubsidi masih tinggi ke depannya. Asmat mengestimasikan backlog (defisit rumah) sebesar 8 juta-12 juta unit. Merujuk data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, backlog perumahan mencapai 7,64 juta unit pada awal 2020. Rinciannya, rumah untuk MBR non–fixed income sebanyak 6,48 juta unit, 1,72 juta unit untuk MBR berpenghasilan tetap (fixed income), dan 0,56 juta unit untuk non-MBR.

SPS Group, menurut Asmat, sedang melanjutkan proyek pembangunan perumahan Grand Cikarang City 1 dan 2 (perumahan bersubsi di kawasan kota mandiri), Villa Kencana Karawang, Grand Subang Residence, dan Grand Vista Cikarang. Sekitar 100 ribu unit rumah bersubsidi telah dibangun SPS Group untuk menunjang program pemerintah membangun 1 juta unit rumah rakyat.

Perusahaan yang berdiri sejak 1996 ini menahan diri untuk agresif, bersikap wait and see, dan menghitung ulang kinerja bisnis. “Selama pandemi ini, kami menahan untuk membangun proyek baru. Kami belum berani, mungkin tahun depan bisa membangun proyek baru. Harusnya tahun ini ada satu proyek baru, tapi dengan kondisi sekarang, di mana semuanya tidak dapat diprediksi, kami harus berhitung ulang. Kami masih meraba-raba dari yang kami targetkan dengan kondisi sekarang,” Asmat menjabarkan strategi SPS Group dalam menghadapi dampak pandemi.

Tren properti sejak 2015, menurutnya, cenderung menurun, khususnya sektor apartemen, gedung perkantoran, dan pusat perbelanjaan. Sektor yang berjalan masih baik adalah perumahan. “Terutama, perumahan segmen menengah-bawah yang harganya Rp 1 miliar ke bawah, demand-nya besar sekali. Makanya, diperlukan kebijakan intervensi dari pemerintah dari segi pajak, bunga, perizinan, maupun mempersingkat processing KPR-nya. Empat itu saja jika dilakukan, sektor properti akan jalan sendiri dan akan menggerakkan roda ekonomi nasional,” tutur Asmat. SPS Group, yang didaulat sebagai raja properti bersubsidi di Indonesia, berharap pemerintah merealisasikan insentif dan stimulus untuk industri properti agar bisa bangkit di era pandemi.

Harapan Asmat kepada pemerintah itu merupakan suara hati para pelaku industri properti. Sambil menunggu arah kebijakan baru, SPS Group mempertahankan komitmen untuk membangun properti di lokasi strategis, mengemas kawasan hunian yang atraktif, serta mencermati perkembangan penanganan pandemi Covid-19.

“Meski membangun rumah subsidi, tapi dari segi kualitas rumah yang dibangun SPS Group selalu updated. Misalnya, kusennya sudah aluminium, atapnya menggunakan baja ringan sehingga sudah tidak ada bedanya membeli rumah subsidi dengan membeli rumah yang Rp 300 juta atau Rp 400 juta. Walaupun kami update, tetap dengan harga yang sama,” Asmat memerinci keunggulan perumahan subsidi SPS Group

Fasilitas publik, seperti taman dan arena permainan anak-anak, lapangan futsal dan bola basket, serta kawasan komersial, turut dibangun, seperti di Grand Cikarang City. Rencananya, SPS Group membangun 20 ribu-30 ribu unit rumah di Grand Cikarang City. “Untuk marketing, kami masih mengandalkan marketing in house dan agen properti, kemudian kami kombinasikan serta memulai pemasaran online,” ucap Asmat, putra pendiri SPS Group, Haji Amin dan Hajjah Halimah.

Harga rumah subsidi di kawasan Jabodetabek, menurut Asmat, berkisar Rp 130 juta hingga Rp 160-an juta per unit. Penjualan rumah subsidi berkontribusi 80% terhadap pendapatan SPS Group. Perusahaan ini memiliki cadangan lahan sekitar 1.400 ha, salah satunya berlokasi dekat proyek Meikarta, Bekasi. (*)

Vina Anggita & Vicky Rachman

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved