Entrepreneur zkumparan

A.A. Raka Bagus Vinaya dan Annisa Pratiwi: Pelopor Bisnis Makanan Bebas Gluten

A.A. Raka Bagus Vinaya dan Annisa Pratiwi, founder & owner PT Agung Bumi Agro (Ladang Lima).
A.A. Raka Bagus Vinaya dan Annisa Pratiwi, founder & owner PT Agung Bumi Agro (Ladang Lima).

Perjuangan pasangan muda, A.A. Raka Bagus Vinaya dan Annisa Pratiwi membesarkan Ladang Lima membuahkan hasil. Bisnisnya terus tumbuh berlipat setiap tahun. Di tahun 2021 ini, pasangan tersebut menargetkan pertumbuhan dua kali lipat dari tahun 2020.

“Kami melihat masih banyak channel yang belum kami maksimalkan. Makanya, kami ingin menggunakan omnichannel. Sehingga, channel tersebut bisa lebih maksimal untuk menunjang penjualan,” kata Raka Bagus, pendiri dan CEO PT Agung Bumi Agro (Ladang Lima).

Bahkan, saat pandemi Covid-19, penjualan produknya mengalami kenaikan. Hal ini karena, pertama, perusahaan ini membangun jaringan reseller yang menjual produknya secara online. Kenaikan tersebut dipicu oleh pembatasan aktivitas masyarakat karena orang tidak bisa berbelanja keluar dengan bebas, sehingga mereka memilih berbelanja secara online. Kedua, banyak ibu-ibu yang work from home. Kegiatan memasak sering mereka lakukan, karena ingin menyajikan makanan sehat untuk keluarga. Pandemi membuat orang menjaga imun tubuh, sehingga mereka mengonsumsi produk sehat.

Raka dan Annisa mendirikan Ladang Lima pada 2013. Perusahaan ini merupakan produsen makanan sehat bebas gluten berbasis singkong di Indonesia. Proses fermentasi digunakan untuk dapat mengubah karakter tepung singkong menjadi mirip tepung terigu yang dapat digunakan sebagai substitusi terigu sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor.

Sebelum Ladang Lima, pasangan suami-istri ini membangun bisnis bersama di bidang branding and design agency. “Jadi, kolaborasi bersama ini bukan sesuatu yang baru. Namun, kami masih selalu belajar bahwa apa pun yang terjadi, kami memiliki visi-misi yang sama, meskipun caranya berbeda. Hal tersebut justru malah saling melengkapi, karena saya sendiri bukan superman yang pendapatnya selalu benar, begitu pula sebaliknya dengan Nisa. Kami saling mengasah pendapat, meskipun terjadi perdebatan, dan itu pun saya rasa wajar. Namun, kami harus tetap bisa kembali lagi pada misi dan visi, bukan malah mengedepankan ego. Bisa dibilang, guidence dan acuannya adalah visi dan misi,” ungkap Raka.

Pembagian peran di antara mereka, Raka bertanggung jawab di bagian kontrol kualitas, rantai pasok, sumber daya manusia (SDM), dan pertumbuhan bisnis yang berhubungan dengan people. Adapun Annisa menangani bidang penjualan dan pemasaran. “Saya juga 50% berkontribusi di finance,” ujar wanita kelahiran Surabaya, 25 Januari 1987, ini.

Di samping itu, ia menambahkan, target dan visi-misi perusahaan ada di tangan Raka. Sementara yang menerjemahkan ke tim menjadi strategi dan teknis ditangani Annisa. Demikian millenial couple-preneur ini melakukan pembagian peran di perusahaan yang mereka bangun bersama.

Sejumlah terobosan mereka lakukan untuk mengembangkan bisnis. Menurut Raka, sejak dua tahun lalu Ladang Lima sudah membuat rencana jangka panjang yang implementasinya di tahun 2020. Jangka waktunya 10 tahun, yang dibagi menjadi dua periode.

Untuk periode pertama, ia menjelaskan, Ladang Lima sudah memiliki planning dan sudah di-breakdown per tahun. “Jadi, terobosannya sudah ada di setiap tahun. Setiap tahun, kami melakukan penyesuaian strategi. Artinya, jika target di kuartal pertama tahun ini tidak tercapai, kami harus menyesuaikan strategi yang sudah kami buat. Untuk strategi, kami banyak melakukan riset sales dan pengembangan produk,” pria kelahiran 12 Juni 1981 ini menuturkan.

Dari riset tersebut, mereka menyusun strategi dan membuat terobosan setiap tahun. Tahun ini, Ladang Lima fokus pada SDM dengan memberikan banyak training dan workshop. “60% pekerjaan sudah kami delegasikan ke manajer. Dari manajer sampai level staf banyak yang kami beri training dan workshop untuk meningkatkan kompetensi,” kata Raka.

Di posisi Ladang Lima saat ini, menurutnya, peran SDM sangat penting. “Semua orang yang berada di perusahaan ini harus memiliki visi dan misi yang sama dan harus in line dengan strategi perusahaan,” katanya menegaskan.

Dari sisi penjualan, lebih banyak dikontribusi reseller. Ladang Lima memiliki sekitar 1.000 reseller, didominasi perempuan yang rata-rata merupakan ibu rumah tangga.

“Awalnya, mereka adalah konsumen yang akhirnya suka dengan produk kami dan ingin berjualan. Kami tawarkan konsep reseller, sehingga mereka memiliki penghasilan,” kata Raka.

Kontribusi saluran distribusi ini menyumpang 60% dari total penjualan Ladang Lima. Kanal penjualan lainnya adalah hotel restoran, dan kafe (horeka), serta pasar ekspor. Kontribusi pasar ekspor masih sekitar 10%, yang berasal dari penjualan ke Australia, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa.

Di awal 2020 Ladang Lima membuka official store atau e-commerce sendiri untuk memudahkan konsumen membeli produk-produknya. “Penjualannya tiap bulan selalu naik. Dari belasan produk, saat ini sudah sekitar 200 produk yang dijual melalui e-commerce kami sendiri,” kata Raka.

Produk yang ditawarkan, antara lain, tepung serbaguna, kue kering, mi, pasta, dan tepung premix. “Produk yang paling signifikan kenaikan penjualannya saat ini adalah blackmond cookies dan pasta mac n cheese. Produk tersebut sudah menjadi best seller,” ungkap pria lulusan FH Muenter, Jerman, ini.

Sebagai founder Ladang Lima, Raka ingin membuat sebuah perusahaan yang nantinya jika tidak ada mereka pun, visi-misi yang dicanangkan tetap jalan. “Karena, itu adalah bagian dari purpose hidup kami. Perusahaan ini di-setting memiliki visi dan misi yang jauh dari sekadar profit, tetapi juga memiliki impact terhadap masyarakat, shareholders, dan stakeholders,” ungkapnya.

Raka pun berharap, dalam lima tahun ke depan Ladang Lima sudah bisa melakukan IPO (initial public offering), menjual sahamnya ke publik, dan menyerahkan tongkat kepemimpinan perusahaan kepada profesional yang lebih pintar. ”Saya hanya membuat fondasi dan memastikan visi dan misi tercapai. Nanti, orang yang lebih kompeten dan memiliki banyak experience bisa menggantikan saya,” ia menandaskan. (*)

Anastasia Anggoro Suksmonowati dan Kusnan M.D.; Riset: Armiadi Murdiansah

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved