Editor's Choice Entrepreneur

Aksi Hasto Besarkan Sewatama

Oleh Admin

Atraksi lompatan karier anak kedelapan pasangan penjahit dari Purwodadi ini menarik. Pada 1993-2000, ia mulai dari posisi engineer, lalu engineer senior, general foreman, hingga superintendent di perusahaan pertambangan PT Freeport Indonesia. Di sinilah lulusan Fakultas Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1992), ini belajar banyak tentang mesin berat. Pada tahun 2000, ia menerima tawaran bergabung dari Komatsu Asia & Pacifik Pte.Ltd. “Saya mewakili prinsipal, menjalani fungsi interface dari Komatsu di Tokyo sebagai lokasi regional dan Singapura sebagai lokasi hub dan juga sebagai distributor di Indonesia,” ujarnya tentang perannya di Komatsu.

Dua tahun di Komatsu, Hasto memutuskan bergabung dengan Trakindo (2002). Di sini ia mengawali karier sebagai Manajer Maintenance Engineering. Seperti di perusahaan sebelumnya, ia hanya bertahan dua tahun. Ia memutuskan keluar dengan posisi terakhir sebagai Asiten Manajer General Operations. Saat itu usianya telah mencapai 37 tahun. Pada 2004, ia bergabung dengan GE International Operations dengan posisi sebagai Direktur Pengembangan Pasar untuk Indonesia. Yang lebih fantastis, pada 2006 ia diangkat sebagai Chairman GE Volunteers Council, Indonesia. Selama 2004-06 ini posisi Hasto tak sekadar eksekutif kelas menengah, tetapi sudah masuk jenjang top eksekutif.

Hasto mengungkapkan, kunci keberhasilannya dalam karier adalah selalu merasa bodoh dan menjaga kredibilitas. “Sangat penting supaya kita tetap menjadi orang yang trustworthy. Kalau sudah terbeli dengan harta, kita sudah tidak memiliki kredibilitas,” ujarnya tegas. Salah satunya, dengan tidak berhubungan langsung dengan pemasok. “Begitu mereka tahu saya tidak bermain seperti itu, mereka mundur sendiri,” ujar pria kelahiran 25 Desember 1967 ini.

Di mata Hasto, sering pindah kerja memberi jalan kepadanya untuk belajar banyak hal. “Bukan hanya dari sisi kontribusi, tetapi juga dari sisi learning,” ujarnya. Ia mencontohkan di GE, ia banyak belajar tentang pemasaran. ”Bahkan, saya pernah terlibat dalam satu tim untuk men-training GE Leaders di GE Asia Tenggara,” ujar peraih peraih 6-Sigma Green Belt Training GE ini bangga. Yang jelas, dari pengalamannya tersebut, ia menyimpulkan, ilmu sebagus apa pun, pada saat diaplikasikan, butuh fleksibilitas. ”Karena, tim kita belum tentu memiliki pemikiran yang sama dengan apa yang kita pikirkan,” ujar peserta Harvard Business School Executive Education, Boston, ini.

Terkait dengan visi pemegang saham Sewatama menjadi penyedia solusi kelistrikan, langkah awal yang dilakukan adalah mengakuisisi 20% saham PT Meppogen-IPP (Gas Power Plant) yang beroperasi di Sumatera Selatan. Akuisisi berlangsung tahun 2010. Selain itu, di bawah kepemimpinannya, perusahaan yang memiliki 1.100 karyawan ini memperluas pasar tidak hanya PLN — mitra kerja sejak 1995 –, tetapi juga pada area pertambangan, konstruksi dan properti. Namun, pada 2011 ini, Sewatama dan PLN menjalin kerja sama besar dalam bentuk penyediaan pembangkit listrik diesel 40 Megawatt untuk memenuhi kebutuhan listrik di Teluk Lembu, Riau. Bandingkan dengan tahun lalu, di mana PLN hanya meminta Sewatama membangun pembangkit listik 20 Megawatt di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Lampung.

Aksinya yang lain adalah mendirikan dua anak perusahaan di bidang thermal dan energi terbaru, yakni PT Pradipa Aryasatya dan PT Nagata Bisma Shakti. Tak hanya itu, Sewatama memulai inisiatif pengembangan Pembangkit Listrik Mini Hidro di Indonesia Timur dengan kapasitas hingga 50 Megawatt. Pengembangan tersebut menggunakan dana bantuan dari International Finance Corporation dengan mitra PT Jaya Dinamika Geohidroteknika. Bahkan, sejak awal 2011, Sewatama telah menambah pilar bisnis utama, yaitu Operations and Maintenance (OM). Pilar itu melengkapi Divisi Temporary Power dan Pillar. Pelayanan Divisi OM dilakukan pada operasi dan perawatan mesin-mesin ataupun power plant.

Dengan ekspansi ini, tak mengherankan, pertumbuhan bisnis Sewatama mencapai 3-4 kali Produk Domestik Bruto Indonesia. “Artinya, kalau PDB kita berada di level 6%, berarti pertumbuhan kami 21% -24%,” ujar Hasto bangga.

Edi Prayitno Hirsam, Head of Temporary Power Sewatama, dan Vernon Sapalatua, Vice President Divisi Bisnis PT Rekadaya Elektrika, menilai Hasto sebagai sosok yang berani (agresif) dan sangat menjaga integritas. Menurut Edi, Hasto adalah sosok yang berani mengungkapkan visinya dengan jelas secara internal dan eksternal. Di sisi lain, Vernon menyarankan agar Sewatama mulai memperhatikan pemanfaatan teknologi dalam negeri semaksimal mungkin.(***)

Reportase: Siti Ruslina


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved