Entrepreneur

Atika Kurnia, Mengejar Karunia Tuhan Via Online

Atika Kurnia, Mengejar Karunia Tuhan Via Online

Bisnis online terbukti sangat menguntungkan. Efisiensi penjualan bisa ditingkatkan sembari membangun brand. Inilah yang dirasakan Atika Kurnia Sari yang sudah 8 tahun menggeluti bisnis busana muslim hingga aksesorisnya. Selama kurun 2007-2012, ia masih mengandalkan penjualan lewat offline, bekerjasama dengan ratusan toko swalayan busana muslim di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan awa Barat. Armada penjualan dan distribusi menjadi ujung tombak.

Kenaikan harga BBM memukul sendi-sendi perekonomian, termasuk roda bisnisnya di bawah bendera CV Bajuku Indonesia. Omset menurun tajam. Ia harus memeras otak meningkatkan efisiensi produksi dengan tetap memperluas jaringan distribusi. Padahal, bisnis fesyen sangat dinamis.

Tuhan memberinya jalan. Berawal dari pembicaraan dengan rekan produsen baju koko dari Bandung dan Tasikmalaya, Atika pun mantap memasuki bisnis online pada tahun 2012-2013. Awalnya hanya toko biasa yang masih mengandalkan promosi via media sosial.

Namun, pertumbuhannya jangan ditanya. Dalam kurun waktu satu tahun, pertumbuhannya menyamai bisnis offline yang dibangun dalam lima tahun. Karena itulah dia pun mantap mengembangkan divisi online.

“Motivasi kami bagaimana mewujudkan usaha dari, oleh, dan untuk kaum muslimin/ah. Bismillah, semuanya untuk memudahkan dan menambah nyaman ibadah setiap muslim,” kata dia.

atika koko indonesia

Berbekal 1.000 kodi stok baju koko dan pengalaman di bisnis ritel busana muslim Indonesia, ia pun meluncurkan kokoindonesia.com pada April lalu. Tim IT, pemotretan produk, web, dan optimasi media sosial pun direkrut, termasuk tim yang mengurusi gudang dan layanan nasabah.

Secara rutin, ia mengupdate konten di website dan menyebarkannya ke media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Isi konten disesuaikan dengan spirit busana muslim, koko dan hijab. Momentum hari Raya Lebaran membuat pengunjung situsnya membludak, hingga 1.400 pengunjung setiap harinya.

Saat ini, ia mampu meningkatkan efisiensi produksi dengan mengurangi jumlah karyawan dari 40 menjadi 20 orang yang menangani mulai dari produksi, manajerial, IT, hingga pemasaran. Pembelian pun paling besar datang dari media sosial, sementara dari reseller hanya 30%, dan sisanya dari website.

“Saya sangat bersyukur dengan perkembangan kokoindonesia.com meski memang masih banyak yang harus dikembangkan. Ini angin segar untuk perkembangan perusahaan,” kata dia.

Ya, Atika memang harus mengantisipasi penurunan omset di jaringan offline miliknya. Lebaran tahun ini, penurunannya lebih terasa karena bertepatan dengan tahun ajaran baru. Pengeluaran untuk busana hari raya pun terpangkas. Dengan bisnis online, ia setidaknya bisa menyelamatkan margin keuntungan.

Meski begitu, ia masih punya mimpi besar di masa depan, yakni mengembangkan kokoindonesia.com, sekaligus memperluas jaringan reseller untuk mempromosikan website. Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Lewat bisnis online, brand Waydee miliknya lebih mudah dikenal. Omset pun terus merayap naik. (Reportase: Raden Dibi Irnawan)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved