Profile Entrepreneur

Bakso Barbel Ala Agung Hercules

Bakso Barbel Ala Agung Hercules

“Awas, tidak goyang, barbel melayang.” Meski bernada mengancam, kalimat itu kerap dilontarkan oleh penyanyi dangdut Agung Hercules dengan mimik lucu. Siapa sangka, di balik kesibukannya tampil di televisi, pria yang namanya meroket di layar kaca sejak 2011 itu sempat menelurkan bisnis bakso dengan konsep unik: Bakso Barbel. Sama seperti mikrofon bentuk dumbell yang kerap dipakainya saat bernyanyi, bentuk bakso Malang produksinya serupa alat olahraga itu.

Ketika mendirikan bisnis Bakso Barbel di Bandung, Jawa Barat, pada 2013, pria yang bernama asli Agung Santoso itu sejatinya menghadapi persaingan yang berat. Kompetitornya terbentang dari sejak keluar pintu rumah, yakni para pedagang bakso keliling, sampai yang berlokasi di kios, ruko, mal, hingga pabrikan besar yang menjual bakso bekuan. Memang, tak terhitung lagi jumlah pedagang bakso Malang di Bandung.

Arek Malang kelahiran 9 Februari 1977 yang terbiasa makan bakso dari kecil itu pun putar otak menggodok strategi diferensiasi yang unik sekaligus menguatkan citranya sebagai penyanyi dangdut yang bergaya bak atlet binaragawan lengkap dengan aksesorinya, seperti dumbell. Maka, terciptalah konsep Bakso Barbel. Makanan yang biasanya berbentuk bulat-bulat itu dibuatnya berbentuk dumbell, alat olahraga angkat beban yang bisa diangkat dengan satu tangan. Tak cuma baksonya. Mangkok, sendok, garpu, tempat sambal, hingga bangku yang digunakan pun berbentuk dumbell.

Agung Hercules, Pemilik Bakso Barbel

Agung Hercules, Pemilik Bakso Barbel

“Memang ini yang benar bentuknya seperti dumbell, bukan barbel. Dumbell itu alat yang buat diangkat satu tangan, barbel yang diangkat dua tangan. Cuma kadung masyarakat salah persepsi, ya saya ikut yang salah. Soalnya kalau mbenerin, nanti susah lagi promosinya, hehehe,” kata mantan atlet binaragawan itu seraya terkekeh.

Wawancara dengan Agung selama dua jam pun mengalir lancar ditemani semangkuk bakso lezat yang menebarkan aroma wangi khas daging sapi. Agung mengaku sangat bersungguh-sungguh dalam membesarkan bisnisnya. “Saat awal karier saya mulai menanjak pada 2011 di bidang entertainment, saya sudah terpikir untuk mau membuat usaha,” tuturnya kepada SWA di gerai Bakso Barbel di Jalan Terusan Jakarta 324 Kav. 22 Puridago Antapani, Bandung.

Agung merasa kedua profesinya itu bisa saling menunjang. Contohnya, dia biasa “curi-curi” promosi saat tengah tampil di layar kaca dengan satu-dua penggal celetukan Bakso Barbel. “Lagi wawancara dalam talkshow, saya promosi juga. Aji mumpung ya. Mumpung masih dibutuhkan di dunia entertainment, mumpung juga saya promosi usaha saya ini. Orang-orang jadi lebih banyak yang tahu, dan Bakso Barbel ini cepat berkembangnya,” katanya.

Dia sangat terlibat dalam perumusan konsep, bahkan hingga mencari pemasok mesin bakso berbentuk dumbell itu dan elemen interior restorannya. Awalnya, ia sendiri yang membuat cetakannya. Ternyata, cukup lama proses pembuatannya. “Jika saya mau bikin 10 bakso saja, butuh 150 menit, lama sekali. Saya menyimpulkan bahwa untuk menjalankan usaha ini berarti butuh mesin yang bisa mencetak dengan cepat,” ujarnya.

Setelah bertanya melalui aplikasi perpesanan instan ke teman-temannya, ia menemukan produsen mesin di Surabaya yang sanggup memenuhi keinginannya. Setelah berbincang, muncul kendala baru. Mesin yang diminta Agung belum pernah dibuat, jadi ada risiko kegagalan produksi yang tinggi. Akhirnya, dibuat perjanjian: Agung bersedia membiayai ongkos pembelian alat-alat mesinnya, sementara produsen mesin menggratiskan biaya jasanya. Ternyata, produsen mesin itu mampu memenuhi keinginan Agung dengan baik.

Kelar urusan mesin, ia lantas mencari pembuat interior dan perlengkapan makan yang sesuai dengan konsepnya yang berbentuk dumbell. Ternyata, seorang teman fitness-nya di Malang ada yang pengusaha keramik. Ia pun memesan ke teman itu dengan harga khusus yang lebih hemat.

Keunggulan produk Bakso Barbel, menurut Agung, terletak pada pengolahannya yang dipanggang, tidak direbus seperti lazimnya bakso lainnya. Pemanggangan, menurut dia, membuat kadar protein daging di bakso lebih terjaga.

Sebagaimana slogan citra kenamaan Agung kala menyanyi, Tidak Goyang Barbel Melayang, Bakso Barbel pun memiliki semboyan sendiri: Tidak Makan Barbel Melayang. “Jadi, bakso saya ini sifatnya mengancam, hehehe. Itu gimmick-nya agar orang lebih tertarik. Saya ini orangnya senang bercanda, jadi saya aplikasikan juga ke bisnis saya ini,” ucapnya.

Ketika awal diluncurkan, bisnisnya melesat pesat. Memasuki bulan kedua dan ketiga, penjualannya terjun bebas. Agung pun sempat frustasi. Belakangan ia menemukan jawabannya. Ternyata, meski mereknya cukup dikenal, tidak banyak orang yang tahu lokasinya. Itu sebabnya, kemudian Agung kerap mempromosikan lokasi gerainya.

Ditambah lagi, ia juga menggunakan fitur check in dalam aplikasi di berbagai media sosial. “Jadi, teknologi sangat membantu. Sekarang saja banyak konsumen saya yang dari daerah jauh, bahkan dari Papua ada yang sampai datang ke sini. Baru bisnis saya terasa meningkat lagi pada bulan kelima,” tutur Sarjana Pendidikan Olahraga dan Kesehatan itu.

Belakangan, Agung berinovasi dengan menggunakan mobil pikap yang dibuat berbentuk warung kaki lima alias food truck. Warung bergeraknya itu didesain khas ala resto berjalan bercorak putih oranye, lengkap dengan sebuah barbel raksasa di atap mobilnya. “Food truck ini baru berjalan satu bulan terakhir, tetapi efeknya luar biasa. Food truck ini bisa menjangkau orang-orang yang tidak terjangkau oleh saya di televisi dan media sosial,” ujarnya.

Harga bakso di resto Rp 20 ribu per mangkuk, sedangkan di mobil Rp 25 ribu per mangkuk. Alasannya, ia harus menambah biaya pembelian mangkuk plastik. Hingga kini Agung telah mengucurkan investasi Rp 250 juta untuk bisnis bakso di ketiga gerainya di Bandung, plus food trucknya. Ke depan, ia berencana menambah kapasitas produksi baksonya dan membuat sistem waralaba.

Fahad Nurdin Salim, yang ditemui SWA ketika tengah makan di gerai Bakso Barbel di Antapani, Bandung, mengaku sudah dua kali mampir ke Bakso Barbel. Dia menyukai rasa ataupun atmosfer tempatnya. “Penyajian dan tempatnya unik. Rasanya juga enak. Dari semua jenis bakso di sini, saya paling suka bakso urat dan bakso barbelnya itu sendiri, tidak ada di tempat lain,” kata Fahad yang mengetahui Bakso Barbel dari teman kerjanya dan dari aplikasi online seperti Gojek dan Waze.

Fahad memberi masukan agar Agung lebih menggiatkan promosi bisnisnya. “Lebih banyak lagi melakukan promo dan iklan supaya orang lain di luar sana lebih mengenal dan mendapatkan konsumen-konsumen baru,” demikian saran Fahad.(*)

Raden Dibi Irnawan dan Eddy Dwinanto Iskandar

Riset: M. Khoirul Umam


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved