Editor's Choice Entrepreneur

Bisnis Sosial Lusia Efriani untuk Para Napi Wanita

Bisnis Sosial Lusia Efriani untuk Para Napi Wanita

Membangun bisnis dengan misi sosial pastilah bukan perkara mudah. Bisnis seperti ini tidak semata mencari profit materi tetapi juga mengemban misi sosial tertentu. Hal inilah yang dilakukan oleh Lusia Efriani. Wanita kelahiran Surabaya 1 Agustus 1980 ini memberdayakan para narapidana wanita dan ODHA untuk memproduksi “Batik Girl” yaitu boneka barbie berbusana batik. Mereka bergerak dibawah naungan Yayasan Cinderella From Indonesia yang didirikan Lusia sejak tahun 2011.

Apa latar belakangnya dan bagaimana suka duka Lusia membangun bisnis sosialnya? Berikut wawancara reporter SWA Online, Arie Liliyah dengan Lusi Efriani.

Batik Girl - Lusia

Lusi Efriani

Apa yang melatarbelakangi Anda masuk ke bisnis sosial dan membangun Yayasan Cinderella From Indonesia?

Jadi mulanya saya adalah pengusaha UKM, usaha saya adalah produsen arang tempurung kelapa di Batam. Tetapi pada tahun 2009 saya mengalami beberapa masalah yang membuat usaha saya nyaris gulung tikar diantaranya peristiwa kebakaran. Dari sana saya lalu ikut komunitas pemberdayaan wanita khususnya wanita single parent, saya dan beberapa rekan menjadi pembina dalam komunitas itu, sambil saya menyehatkan kembali bisnis saya.

Di dalam komunitas itu kami memberikan ketrampilan bagi wanita single parent sebagai modal untuk mandiri. Dari situ saya kemudian terpilih untuk mengikuti International Visitor Leadership Program (IVLP) yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat, tepatnya tahun 2011.

Setelah pulang dari program tersebut saya kemudian berbagi ilmu dengan teman-teman komunitas wanita single parent, ternyata pesertanya bertambah banyak, lalu saya bangun Yayasan Cinderella From Indonesia tujuannya untuk wanita single parent yang tidak mampu dan ingin mandiri. Tetapi tahun 2013 ada tawaran untuk menjadi pembina bagi wanita narapidana. Akhirnya saya memenuhi permintaan itu. Pertama kali saya membina di Lapas Tanjung Pinang, Batam. Ada 20 narapidana wanita disana. Pertama kali kami produksi 300 boneka Batik Girl dengan modal dari kantong saya sendiri.

Saat ini boneka Batik Girl sudah dipasarkan ke mana saja?

Kami pemasarannya dengan misi “Satu boneka satu teman”. Sampai saat ini kami memasarkan lewa website, kami juga banyak mengikuti pameran di dalam dan luar negeri. Untuk luar negeri kami sudah mengikuti pameran di Amerika, Australia dan Malaysia. Dan dari sana saya melihat ternyata peminat dan apresiasi lebih tinggi di luar negeri. Contohnya ketika kami ikut pameran yang di Amerika, dalam sehari bisa habis hingga 100 boneka, sedangkan di dalam negeri, menjual 100 boneka baru bisa kami dapatkan dalam waktu 5 hari.

Apakah itu artinya pasar luar negeri lebih prospektif untuk Batik Girl?

Tidak juga, di dalam negeri tetap prospektif, karena ini adalah bisnis sosial sehingga yang menjadi fokus saya bukan berepa banyak yang terjual, tetapi saya lebih fokus ke berapa banyak orang yang menerima pesan sosial dari Batik Girl ini? Saya lebih suka mereka cukup membeli satu boneka tetapi kemudian mereka bisa menceritakan misi sosial Batik Girl ini ke teman, keluarga atau komunitasnya.

Produksinya sudah mencapai berapa buah saat ini?

Tahun 2014 kami menargetkan produksi 1.000 boneka tetapi ternyata kami bisa memproduksi hingga 1.500 boneka dan itu semuanya habis terjual lewat pameran di dalam dan luar negeri. Tahun ini juga kami masih pasang target jumlah produksi sama dengan tahun 2014.

Saat ini sudah berapa jumlah narapidana wanita yang bergabung menjadi perajin Batik Girl?

Total ada 100 napi, tepatnya ada 60 napi di Rutan dan Lapas di Batam. Kemudian ada 40Napi di Rutan Pondok Bambu, Jakarta. Kami juga dibantu 41 orang volunteer.

Seperti apa sistem pembagian profit Batik Girl dengan para narapidana ?

Jadi boneka Batik Girl ini kami jual dengan harga Rp 100 ribu. Nah, kami bagi Rp 10 ribu per boneka per orang. Kemudian sisanya itu kami bagi dua untuk dikembalikan menjadi biaya produksi dan untuk yayasan. Untuk Yayasan itu kami alokasikan untuk 3 program lainnya yaitu pusat belajar gratis untuk ibu-ibu dari anak jalanan terutama yang single parent. Kedua, program pemberdayaan wanita ODHA dan bekas PSK. Ketiga, program untuk anak-anak jalanan.

Ke depan apakah ada rencana strategi pemasaran lainnya untuk Batik Girl ini ?

Iya, untuk saat ini kami sudah bekerjasama dengan Saung Angklung Udjo di Bandung. Jadi produk kami dijual untuk pengunjung yang datang ke sana. Ke depan saya sedang memproses kerjasama dengan Garuda Indonesia, untuk membuat Batik Girl edisi khusus untuk merchandise mereka. Selain itu saya juga mulai menjajaki perusahaan-perusahaan yang memiliki program CSR untuk bermitra dengan kami, khususnya untuk pemasarannya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved