Entrepreneur

Bejo Prayitno, Juragan Roti yang Nyemplung ke Bisnis Otomotif

Bejo Prayitno, Juragan Roti yang Nyemplung ke Bisnis Otomotif

Membangun bisnis perlu modal besar? Istilah yang sudah menjadi pameo di masyarakat itu akhirnya terpatahkan. Adalah Bejo Prayitno yang berhasil membuktikan bahwa membangun bisnis hanya perlu dua modal : tekun dan nekat. Tanpa modal selangit, pria asal Blora, Jawa Tengah, ini menjelma menjadi juragan roti.

Pada 17 tahun lalu, Bejo bukanlah siapa-siapa. Bahkan tidak ada yang menyapa hangat ketika pagi menjelang. Saban subuh, ia bergegas ke toko roti untuk menjajakan dagangannya itu ke komplek perumahan sekitar Pasar Kamis, Tangerang.

Bejo tidak berpendidikan tinggi. Cita-citanya juga tidak muluk-muluk. Bekerja sebagai penjual roti keliling dengan penghasilan Rp 20 ribu per hari sudah cukup baginya untuk menghidupi keluarganya. “Ada yang beli saja, saya sudah bersyukur,” ujar pria berkulit gelap ini.

Bejo Prayitno, Juragan Roti Juan Haykel

Bejo Prayitno, Juragan Roti Juan Haykel

Semangat Bejo untuk mencari nafkah tiba-tiba hilang. Tahun 1997-1998, si empunya usaha roti menutup usaha rumahan itu karena krisis ekonomi. Toko roti itu karam sehingga seluruh karyawan diberhentikan, termasuk bapak tiga anak itu. “Saya stress saat itu, bahkan sempat putus asa. Mau kerja apa lagi setelah itu, ” kenang Bejo.

Bejo terus mencari akal. Berbagai macam usaha telah ia coba, namun tidak ada satu pun yang menyangkut dihatinya. Usaha pencarian nasib akhirnya menemui titik cerah. Karena terbiasa menghirup aroma tepung dan coklat, ia mutuskan untuk berjualan roti. Kala itu bukan sebagai penjual keliling tetapi sebagai pembuat roti serta menjualnya. Namun tetiba, pertanyaan besar muncul. “Bagaimana saya bisa menjual roti?. Membuat saja tidak bisa. Saya cuma bisa berjualan bukan membuat, ” tandasnya.

Tarik ulur niat berbisnis itu cukup alot dalam benaknya. Namun karena keadaan yang mendesak, Bejo dituntut untuk memutuskan nasib segera. “Saya pasti bisa,pasti!!!,” ujarnya saat itu seraya meyakinkan diri.

Semangat pria berusia 34 tahun itu berkobar kembali. Demi mewujudkan impiannya, Bejo mengajak adiknya untuk membantu membangun usaha kecil itu. Duet kakak adik itu ternyata menciptakan sinergi yang cukup solid. Setelah uji coba beberapa kali, terciptalah roti yang diinginkan. “Yah gak sempurna-sempurna banget sih waktu itu. Tapi seenggaknya membuat saya ingin terus menyempurnakan roti ciptaan saya,”akunya sambil tersenyum.

Roti yang diidamkan pun tercipta. Dari yang berbentuk asimetris kini ia mampu membuat roti yang layak dijual dan dimakan, bahkan jauh lebih menarik dari roti kebanyakan. “Tapi kesenangan saya hanya sebentar karena pada saat yang bersamaan, saya memikirkan bagaimana caranya saya berjualan,” sahutnya.

Pesimisme kembali membayangi benak Bejo. Rasa putus asa hampir menenggelamkan semua usaha yang telah dibangunnya. Ia lalu berjalan kaki disekitar komplek rumah untuk mencari pencerahan.

Tak dinyana, aksi mencari ilham itu memberikan petunjuk. Bejo berhenti di depan ruko yang menawarkan jasa kredit kendaraan bermotor. Ia berdiri sejenak, menatap ruko dua lantai itu di bawah terik matahari. “Masuk enggak yah,” tanyanya dalam hati saat itu.

Dengan langkah ringan, Bejo menghampiri bangunan itu dan mulai bertanya ke pegawai yang bertugas. Dari obrolan biasa, pikiran Bejo kembali terbuka. Optimismenya jauh lebih tinggi dari sebelumnya. “Akhirnya saya mendapat cicilan motor untuk berjualan. Motornya merek Vega R dari Yamaha,” katanya.

Roti siap, armada siaga. Usaha rumahan itu pun dimulai. Dari 3 kilo adonan kala itu kini ia sudah mampu memproduksi 2000 roti setiap hari. Roti bermerek “Juan Haykel” itu menjadi primadona dikomplek perumahan di daerah Tangerang, Banten. Roti aneka rasa dan bentuk itu dijual mulai dari Rp 3.800-Rp 12.000 per buah.

Juan Haykel semakin kondang. Permintaan kian melonjak sehingga menuntut si empunya usaha untuk berinvestasi lebih. Akhirnya, Bejo kembali ke lembaga pembiayaan yang dulu pernah ia sambangi. Tiap tahun, Bejo membeli motor baru guna menambah jangkauan bisnis rotinya. Bahkan tahun 2009 ia berani mengambil 5 motor dengan sistem kredit. “Saat ini saya mempunyai 60 armada. Dengan begitu, usaha saya bisa lebih luas,” ujarnya bangga.

Hingga saat ini Juan Haykel tersedia di tiga cabang yakni Balaraja, Tigaraksa, dan Dadap, Tengerang, Banten. Jumlah karyawan yang dikelolanya bertambah menjadi 50 orang. “saya harus terus berinovasi. Jangan pernah mengeluh., harus tekun,” katanya memberikan petuah.

Kini Bejo bisa tersenyum sumringah. Jerih payahnya selama belasan tahun terbayar sudah. Dalam sebulan, ia mampu meraup omset sekitar Rp 240 juta. “Yang pasti saya ingin terus memperbesar usaha ini semaksimal mungkin,” Bejo berharap.

Jatuh bangun mendirikan usaha makanan menjadi pengalaman berharga bagi Bejo. Sampai pada akhirnya, enam bulan lalu, pria pendiam ini tergiur melirik bisnis baru : showroom motor baru dan bekas. Ia berhasil menggandeng Adira Finance sebagai mitra usaha barunya tersebut. “Saya sudah bekerjasama dengan Adira Finance sejak lama. Tak sulit bagi saya untuk meyakinkan Adira untuk bekerja sama lagi,” ungkapnya.

Sayang, Bejo masih enggan menceritakan bisnis barunya tersebut. Menurutnya, bisnis otomotif tersebut belum menampakkan hasil karena sedang dirintis. “Ini masih kecil-kecilan,” singkatnya yang tak mau bersuara.

Meski masih kecil-kecilan, Bejo optimis bisnis jualan kendaraan bermotor tersebut akan mengikuti jejak bisnis sebelumnya.. Ia pun tidak pernah berhenti untuk mencari pengalaman dan peluang baru lainnya. “Kuncinya dua : tekun dan nekat saja lah….,” katanya mengakhiri perbincangan santai. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved