Entrepreneur

Berangkat dari Kesedihan, Oktavia Kini Sukses Pasarkan Abon My Baby

Oleh Admin
Berangkat dari Kesedihan, Oktavia Kini Sukses Pasarkan Abon My Baby

Usaha abon My Baby yang dirintis oleh Oktavia Hasim berhasil menghantarkan dirinya menjadi pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2013 pada kelompok pascasarjana dan alumni di kategori boga. Wanita dari Probolinggo, Jawa Timur ini pun meraih Rp 50 juta dari Bank Mandiri.

Kepada SWA, di sela-sela acara expo WMM 2013, Jakarta, Rabu (15/1/2014), Oktavia bercerita bagaimana ia merintis usahanya. “Usaha ini saya terpaksa, karena, satu, anak saya kebetulan meninggal, pada 8 Maret 2011. Karena saya nggak ingin larut dalam kesedihan, saya buat usaha.” abon my baby Mengapa memilih usaha di bidang kuliner?

Sengaja saya pilih kuliner karena saya melihat budidaya ikan lele di tempat saya banyak. Dari sesuatu yang banyak dan murah itu, saya bereksperimen untuk menghasilkan suatu produk. Saya mengalami sejumlah kegagalan. Tapi, akhirnya, saya menemukan satu produk di mana dari kegagalan itu saya olah akhirnya jadi produk abon My Baby, yaitu abon buat balita dengan teksturnya yang lembut, sehingga bisa dikonsumsi oleh balita delapan bulan ke atas. Dan ini pertama dan masih satu-satunya di Indonesia.

Selain abon dari ikan lele, sudah membuat abon dari apa saja?

Seiring dengan berjalannya waktu, dari ikan lele itu, akhirnya banyak permintaan untuk ikan patin, sapi, ayam, terakhir itu konsumen minta ikan salmon. Memang dari konsumen sendiri yang memaksa kami untuk berproduksi, istilahnya seperti itu.

Ukuran kemasannya pun macam-macam karena karena memang harga bahan bakunya beda-beda. Kayak ikan lele, ukuran 100 gram, kemasan produk ikan patin 80 gram, lalu kemasan abon sapi 50 gram. Harga jualnya Rp 25 ribu, kecuali salmon saja Rp 50 ribu. Dari lima varian yang paling banyak diminati itu abon sapi. Kalau abon dari ikan lele itu justru peminatnya banyak di luar Jawa.

Ada kesulitan dalam mendapatkan bahan baku?

Kebetulan saya di Probolinggo, tidak susah bahan bakunya. Kami juga bekerja sama dengan nelayan-nelayan yang ada di sana. Supaya usaha juga tidak rugi, saya mengambil dari bahan baku lokal.

Seperti apa proses mengolah ikan menjadi abon?

Saya percobaan kurang lebih hampir satu bulan. Saya otak-atik. Tidak susah sama sekali. Prosesnya seperti ini: ikan itu datang, kemudian kami melakukan proses pencucian, perebusan, pengovenan, hasilnya ikan menjadi lembut. Lalu, kami kemas secara higienis dengan alumunium foil.

Berapa banyak tenaga kerja yang dimiliki sekarang?

Tenaga kerja saya ambil dari lokal, yaitu ibu-ibu lulusan SD. Mereka kami berikan pembekalan. Karena mereka, kalau tidak masuk perusahaan besar, ya mungkin karena kesempatan saja yang tidak ada. Ada sepuluh orang untuk produksi, dan lima untuk SPG.

Bagaimana memasarkan produk abon My Baby?

Yang paling heboh itu pemasaran lewat online. Dan, produk kami juga sudah masuk ke jaringan Carrefour, Ranch Market. Carrefour itu untuk Jawa Timur dan Makassar. Kalau untuk wilayah Jabodetabek, kami masuk ke Ranch Market. Kami baru mulai tahun 2012 masuk ke sana.

Kami melakukan penawaran ke mereka, dan Alhamdullilah responsnya bagus. Tapi, kami belum sampai ekspor. Masih belum ada yang mengajak. Kami sendiri masih berproses karena makanan harus lewat BPOM. Sedangkan kami ini UKM, jadi merambat pelan-pelan, dan sekarang masih proses untuk BPOM.

Dan kalau reseller sudah tersebar hampir 75-an, yang lewat pemasaran online. Kami punya situs, www.abonmybaby.com. Dan kami pun membentuk jaringan distribusi.

abon my baby produk

Berapa pendapatan sekarang?

Saat ini, omzet sudah hampir Rp 70 juta per bulan. Produksinya hampir 3 ton untuk ikan lele saja selama satu bulan.

Apa rencana di tahun ini?

Tahun ini, kami akan melakukan peluncuran produk abon vegetarian. Kami juga akan ekspansi pasar khusus ritel, supaya lebih menyebar di Jawa Timur, yakni di 30 titik kota dan kabupaten Jawa Timur. Sedangkan dana dari Bank Mandiri akan kami gunakan untuk pengembangan usaha. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved