Entrepreneur

Cantiknya Bisnis Sulam Alis di Tangan Fanny Chan

Cantiknya Bisnis Sulam Alis di Tangan Fanny Chan

Sulam alis kini menjadi semakin marak digeluti oleh pelaku bisnis kecantikan. Fanny Chan, salah satunya. Perempuan asal Surabaya ini sukses menjalankan bisnis sulam alis hingga mendirikan Sulam Alis Academy yang sudah memiliki banyak cabang di Indonesia. Bermula dari pekerjaan sebagai seorang make up artist di tahun 2011, ia merasa tidak bisa mendapatkan pendapatan yang tinggi dari profesinya.

Setahun setelahnya, ia nekat meminjam uang sebesar Rp 500 juta sebagai modal membuka salon. Saat itu sulam alis adalah pilihan jasa terakhir yang ia sediakan di salonnya. Ia hanya menyediakan satu meja, kursi, dan alat bahan seadanya. Melihat peluang di bisnis “menggambar alis” tersebut, ia pun memutuskan untuk menutup salon dan fokus mengembangkan bisnis barunya.

Fanny Chan, Pemilik Van Sulam Alis & Academy

Fanny Chan, Pemilik Van Sulam Alis & Academy

“Sulam alis belum menjadi tren di tahun itu. Jika hanya mengandalkan salon saja, saya tidak bisa mengembalikan modal ratusan juta yang saya pinjam. Setelah 2 tahun menjalani bisnis sulam alis, saya bisa balikan modal dan membeli ruko di Pakuwon City,” ungkapnya. Awalnya, untuk sulam alis, ia menawarkan harga mulai Rp 1,5 juta, tetapi saat ini sudah Rp 2,5 juta dengan waktu pengerjaan sekitar 1,5 jam—rata-rata hasil sulam alis bertahan 2-3 tahun.

Tidak hanya melakoni sulam alis, Fanny membuka sekolah/kursus yang dibuka untuk umum—Van Sulam Alis & Academy. Untuk mendaftar, peserta kursus harus membayar biata sebesar Rp 2,5 juta untuk 2 hari pertemuan hingga Rp 30 juta untuk 12 hari pertemuan. Peserta belajar mulai dari jam 09.00-15.00 setiap harinya.

Lembaga kursus yang terdaftar di Dinas Pendidikan ini juga menerbitkan buku kursus sulam alis sendiri yang bekerja sama dengan PT Intibook Publisher. Nantinya peserta yang sudah lulus kursus, akan mendapat sertifikat/ijazah dari Dinas Pendidikan.

Fanny tidak mengurus lembaga kursusnya sendiri, ia pun membuka kemitraan sehingga dapat memperluas cabang ke berbagai kota. Untuk akademi di Kemang-Jakarta, Pantai Indah Kapuk (baru akan dibuka), dan Surabaya Timur ia mengelola sendiri. Sedangkan cabang Cibubur, Surabaya Barat, Central Park-Grogol (baru akan dibuka), Green Palm -Cengkareng (sedang dalam proses renovasi), dan Bali (launching pada Desember 2016) ia kelola dengan sistem kemitraan.

Mitra dapat membayar dengan biaya Rp 60 juta, di mana mereka akan mendapat lisensi selama 2 tahun, royalty fee 12,5 persen dari omset jasa, alat dan bahan beli putus–Alat dan bahan impor dari Korea, Amerika, dan Taiwan. Walaupun bermitra, ia tetap memastikan akademi cabang berjalan baik. Ia pun memberi pelatihan kepada orang-orang yang kemudian akan mengelola cabang tersebut—terdiri dari satu kepala cabang, admin, dan asisten pengajar. Semuanya mendapat training di Surabaya dan Kemang.

Van Sulam Alis & Academy bisa menerima peserta kursus 10-15 orang/cabang/bulan, baik dari masyarakat umum hingga seorang dokter. Setelah lulus, mereka diberi kesempatan untuk untuk study tour ke Cell Line Academy selama 5 hari. Di sana mereka dapat mendapat ilmu sulam alis langsung dari para pakar. Tahun ini, memberangkatkan kurang dari 10 peserta.

“Setiap tahun saya selalu mengupgrade ilmu tentang sulam alis, saya akan selalu pergi ke luar negeri untuk belajar mengenai bisnis ini. Ilmu dari sana, kemudian saya kembangkan di Indonesia, dan disesuaikan dengan karakter konsumen di sini,” kata perempuan yang pernah belajar sulam alis di Cell Line Academy, Korea.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved