Youngster Inc. StartUp Technology Entrepreneur

Cold Storage Sederhana untuk Ikan Ala Lukman&Jainuri

Oleh Admin
Cold Storage Sederhana untuk Ikan Ala Lukman&Jainuri

Lukman Nurhakim dan Jainuri, mahasiswa Universitas Tanjungpura Pontianak, berupaya mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi para nelayan di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Selama ini, para nelayan di wilayah itu menggunakan kotak pendingin (cold box) biasa untuk mendinginkan ikan. Cara seperti itu dipandang tidak efisien, mengingat nelayan harus mengonsumsi banyak es balok yang berisiko cepat cair, untuk dimasukkan ke kotak tersebut.

Keduanya lantas menemukan sebuah alat pendingin (cold storage) sederhana sebagai solusi dari permasalahan tersebut. Alat tersebut pun dibawa ke ajang Mandiri Young Technopreneur 2013, dan berhasil membawa mereka menjadi finalis.

jainuri cold storage ikan“Kami ini di daerah Kalimantan Barat merupakan pesisir pantai. Jadi, di sana itu ikan cukup banyak. Keluhan dari pencari ikan, nelayan, yaitu seringkali ikan dihargai pembeli itu murah karena kualitasnya kurang segar. Jadi, kami berinisiatif untuk membuat pendingin ikan, yang menggunakan wadah seperti ini,” ujar Jainuri kepada SWA Online, di sela-sela acara expo Wirausaha Muda Mandiri dan Mandiri Young Technopreneur 2013, di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (15/1/2014).

Berapa lama percobaannya untuk membuat alat ini?

Yang pertama itu kami membuat prototype cold storage. Lalu, ini kami buat skala kecilnya. Kalau alat yang ini penelitiannya tiga bulan. Ini sebenarnya merupakan penelitian kami sewaktu PKM (Program Kreativitas Mahasiswa). Kebetulan ada lomba di Bank Mandiri, kami ajukan ini ke tingkat nasional. Alhamdullilah, kami terpilih sebagai finalis.

Berapa banyak ikan yang bisa ditampung oleh alat pendingin ini?

Kapasitasnya buat 40 kilogram ikan. Ini ada dua tingkat. Ikan yang ukuran kecil bisa di bagian atas, dan yang besar di bagian bawah.

Memang di Kecamatan Sungai Kakap, belum banyak yang menggunakan alat pendingin?

Ada, tapi masih yang konvensional, atau masih yang standar. Alat yang kami buat ini juga menggunakan es batu, tetapi dicampur dengan garam inggris. Kalau ketahanannya itu bisa sampai 16 jam.

Target kami memang nelayan kecil yang perginya sore, pulang pagi. Alat ini menggunakan mesin diesel. Pakai listik bisa, pakai accu (aki) juga bisa. Harga alat ini, kami pastikan Rp 900 ribu.

Pemasaran alat ini seperti apa?

Kami sudah mempunyai mitra untuk bekerja sama. Kalau kami mau survei di tempat mereka, sudah diizinkan. Pengenalan ke nelayan pun sudah kami lakukan. Dan ini ide dari mereka juga. Keluhan mereka yang kami coba jawab, supaya lebih mudah menyimpan ikan dan mempertahankan kesegaran ikannya.

Sudah ada berapa alat yang dipasarkan?

Ini yang pertama kami buat. Karena kami awalnya hanya program PKM. Jadi, belum ada biaya. Ini kalau PKM, sistemnya hibah dengan nelayan. Kelompok nelayan, ketuanya, menjadi mitra kami. Jadi, kami serahkan ke mereka. Mungkin kalau ada permintaan ke depan, baru kami buat lagi. Menurut nelayan, harganya cukup terjangkau.

Bahan baku untuk membuat alat ini mudah didapatkan?

Bahan baku yang kami buat cuma ini (bagian dalam). Sementara, bagian luarnya masih beli. Itulah kelemahannya. Ke depan, kami mau buat sendiri. Karena kami ini dari teknik industri, inginnya buat sendiri. Kami sendiri belum selesai kuliah, masih semester tujuh.

cold storage ikanApakah ada bantuan untuk modal, misalnya dari kampus?

Kalau modal, belum ada. Kemarin, kami masukkan ke bank, tapi belum ada respons.

Seperti apa rencana ke depan?

Ke depan, kami ingin memasarkan ini ke seluruh Indonesia. Pertama, tentunya untuk seluruh Kalimantan Barat. Lalu, desainnya disempurnakan lagi. Ini belum sempurna. Kami usahakan tidak menggunakan tenaga listrik lagi. Supaya mudah dibawa. Pasar untuk alat ini bagus, karena 30 persen di Kalimantan Barat itu nelayan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved