Entrepreneur

Dulu Sopir Metromini, Sekarang Pemilik 14 Perusahaan

Dulu Sopir Metromini, Sekarang Pemilik 14 Perusahaan

Darwis Manalu, pendiri Grup Darta, mantan tukang minyak keliling dan supir Metromini yang menjelma sebagai pengusaha nasional. Betapa tidak, kerajaan bisnisnya itu beroperasi di 37 kota besar. Pendapatan Grup Darta pada Juli 2016 tercatat sebesar Rp 129 miliar. Daya juang Darwis membesarkan Grup Darta dimulai pada 2003 tatkala mendirikan KDW Consulting, perusahaan konsultan pajak, bersama rekannya, yakni Kadek Sumadi dan Wen Lie. Unit usahanya berkembang biak seiring pertumbuhan bisnis. Karena itu, Darwis di tahun 2015, mendirikan Grup Darta sebagai perusahaan induk yang menaungi 14 anak perusahaan.

Darwis Manalu, pendiri Grup Darta. (Foto Dok Darta)

Darwis Manalu, pendiri Grup Darta. (Foto Dok Darta)

Darwis beralih menjadi pengusaha karena ingin mewujudkan impiannya sebagai wirausahawan sebelum berumur 45 tahun. Sebelumnya, pria kelahiran Dolok Sanggul, Sumatera Utara pada 21 Juli 1961 ini adalah tenaga profesional di sejumlah perusahaan nasional dan multinasional. Sebut saja Bank Niaga di tahun1980-1985. Perusahaan terakhir yang disinggahinya PT Cadbury Indonesia (perusahaan makanan dan minuman). Dia menjadi Direktur Keuangan di perusahaan tersebut sejak tahun 2003-2007. Sambil bekerja dia mengembangkan bisnis KDW Consulting. Darwis mengisahkan ketika memutuskan menjadi seorang pengusaha, dirinya sudah bermodalkan jaringan kerja yang kuat dan potensial untuk menjadi klien KDW. “Risiko mendirikan perusahaan konsultan pajak lebih rendah. Saya menjual pengalaman sebagai tenaga profesional di bidang keuangan,” ucap Darwis di Jakarta.

Darwis memburu klien-klien potensial. Ia mempresentasikan jasa dan layanan yang ditawarkan KDW Consulting ke sejumlah perusahaan. “Klien yang pertamakali kami layani adalah perusahaan minyak dan gas dari Australia,” ia mengenangnya. Roda bisnis KDW bergulir mulus. Darwis mampu menjaring klien lainnya, semisal Indosurya Securities. “Kami menjadi konsultan pajak Indosurya Securities,” tandasnya. Di tahun 2004, KDW membuka cabang di Bali yang ditangani oleh Kadek Sumadi. Sedangkan Darwis Manalu dan Wen Lie konsentrasi untuk pengembangan KDW Consulting di Jakarta.

Selama mengembangkan KDW itu, Darwis pada 2006 mendirikan PT Global Maju Bersama (GMB) untuk menggarap jasa human resource management, general man power outsourcing, hingga rekrutmen karyawan. “Kami hanya mengutip manajemen fee dari klien jadi kami tidak memotong gaji pegawai outsourcing. Ini yang membedakan kami dengan perusahaan outsourcing lainnya,” tegasnya.

Hijrah ke Jakarta

Selepas lulus SMP Santa Maria, Pakkat, Sumatera Utara, Darwis meninggalkan kampung halamannya untuk melanjutkan pendidikannya di SMEA 11, Jakarta Pusat. Dia menumpang hidup di kediaman kerabatnya. Tekad Darwis ke Jakarta adalah untuk belajar tata buku dan perniagaan. Dia menonojol di kedua bidang itu. Tak heran, saat itu dia pada semester I pernah menjadi juara umum. Setelah merampungkan pendidikannya di SMEA 11, Darwis memburu pekerjaan. Dia bekerja di CV Sardo pada 1980. Tak lama kemudian, dia hijrah ke Bank Niaga (kini Bank CIMB Niaga).

Darwis mengisahkan gajinya sebesar Rp 52.500/bulan sebagai staf pembukuan di kantor Bank Niaga, Gajah Mada, Jakarta Barat. Kenangan yang paling berkesan di Bank Niaga, menurut Darwis, terjadi di tahun 1983 saat dirinya dipercaya oleh (almarhum) Robby Djohan, Direktur Operasional Bank Niaga, untuk menangani sistem online dan sistem jaringan kantor cabang perusahaan. “Saya berhasil menyelesaikan solusinya dan sejak saat itu dipercaya oleh Pak Robby,” katanya.

Berkat prestasinya, karier Darwis meroket hingga menjadi supervisor. Gajinya sebesar Rp 450 ribu/bulan. Penghasilannya itu disisihkan untuk mendaftar kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Jayabaya, Jakarta. Pada 1985, Darwis berhenti mendadak dari Bank Niaga. Alasannya karena masalah sepele. “Maklum, waktu itu masih darah muda,” tukasnya sembari tertawa ringan. Dia pun menjadi pengangguran selama 15 bulan. Untuk menyambung hidupnya sehari-hari, Darwis melakoni profesi sebagai supir Metromini P-07 trayek Tanjung Priuk-Senen. Kemudian, dia menjajal bisnis minyak tanah. “Awalnya saya menjual keliling dengan gerobak, Lama-lama kelamaan saya menjadi pengepul minyak tanah untuk mensuplai minyak tanah ke tukang keliling,” jelas Darwis yang dibesarkan dari keluarga petani ini. Setiap pekan dia berhasil melego minyak tanah sebanyak 9 ribu liter. Dia menekuni bisnis sambil melamar pekerjaan.

Singkat cerita, suami dari Rita Simanjuntak ini diterima di Kokusai Godo Denso pada 1986. Kemudian berkarier di Electrolux (1987-1991), Lotto Sport Wear (1991-1996), Cipta Prima Karya (1996-1997), Keramik Indonesia (1997-1999), Cadbury (1999-2002), dan Dow Chemical (2002-2003). Pengalaman dan relasi yang dibinanya selama menjadi tenaga profesional dioptimalkan oleh Darwis. “Cadbury menjadi klien saya ketika hendak menutup pabriknya di Indonesia. Waktu itu prinsipil Cadbury Inggris memutuskan langkah efisiensi untuk menutup pabrik di Indonesia dan negara lainnya,” ucap alumnus pasca sarjana dari Universitas Prasetiya Mulya ini. Seiring perjalanan waktu, perusahaan Darwis beranak pinak sebanyak lima divisi bisnis yakni Darta Consulting, Darta Outsourcing, Darta Logistik, Darta Aero Teknik dan Darta Oil & Gas Service. “Tahun ini kami menargetkan pertumbuhan omzet sebanyak 30%dari pendapatan tahun 2015 sebesar Rp 267 miliar,” ia menjabarkan.

Ke depannya, dia ingin mengembangkan bisnis Darta Aero Teknik yang menyediakan jasa perawatan pesawat terbang ringan, ground handling, dan clearance. Selain sejumlah perusahaan tersebut, Darwis mengatakan, Darta Group melakukan ekspansi bisnis di bidang aero teknik yang diharapkan sudah berjalan awal tahun depan. Perusahaan ini bergerak di sektor perawatan ringan pesawat, ground handling hingga cleareance. “Kami sudah membuat letter of intent dengan Air Asia yang akan menjadi klien perusahaan,” papar Darwis yang akan merilis kisahnya dalam buku Akrobat Kehidupan Darwis pada akhir September ini . Di tahun 2017, Darwis memproyeksikan Darta Aero Tekni bisa menggandeng enam maskapai penerbangan. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved