Entrepreneur zkumparan

Elders Garage, Melambung setelah Memodifikasi Motor Pesanan Jokowi

Heret Frasthio, Pendiri Elders Garage

Pada Minggu, 8 April lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengadakan touring ke Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dengan mengendarai motor Royal Enfield Bullet 350cc yang telah dimodifikasi bergaya chopper. Touring sejauh 30 km ini dilakukan dalam rangka agenda kunjungan Jokowi meninjau penyerahan makanan bergizi bagi ibu hamil dan balita, proyek perbaikan irigasi, hingga pembangunan tembok penahan tanah. Dalam touring tersebut, Jokowi ditemani beberapa klub motor, antara lain Elders dan Cleaveland.

Nah, yang menarik, Motor Royal Enfield 350cc bergaya chopper yang dikendarai Presiden telah dimodifikasi oleh Elders Garage dan Kick Ass Chopper. Jokowi membelinya pada Januari silam dengan harga Rp 140 juta. Saat Jokowi membeli motor tersebut juga sempat heboh. Kala itu, Jokowi pun memamerkan motor yang baru dibelinya itu melalui akun Twitter resminya. “Saya baru saja membeli motor hasil modifikasi Chopperland dari bengkel Elders Garage,” demikian tulis Jokowi di akun Twitternya.

Dengan latar belakang Istana Bogor, motor tersebut eksis nampang menyedot perhatian. Tak hanya karena warna emasnya yang kinclong, tetapi juga karena bentuknya yang sangar. Dan yang membanggakan lagi, motor tersebut hasil besutan modifikator lokal Elders Garage.

Siapakah sebenarnya Elders Garage yang membuat Jokowi terpincut membeli produknya? Adalah Heret Frasthio dan Adrianka yang mendirikan Elders Garage. Keduanya pencinta motor. “Dalam melakukan pekerjaan apa pun, aku merasa harus based on passion,” kata Heret yang juga pehobi fotografi — sebelum mendirikan Elders Garage, ia sudah memiliki bisnis fotografi bernama Studio Gaharu di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

Diakui Heret, dalam kondisi tertentu kita dihinggapi rasa jenuh dengan aktivitas yang ada. Ia pun berupaya mencari hobi baru dan akhirnya motorlah yang menjadi hobi barunya. “Ketika aku mendapatkan hobi, aku langsung all out,” ujarnya. Bahkan demi minat ngoprek-nya yang tinggi, pernah dalam satu tahun Heret membeli 12 motor untuk uji cobanya. “Tapi sekarang saya sudah berubah,” katanya. Akhirnya, ia menyadari bahwa dirinya terlalu banyak mengeluarkan uang. Kini modifikasi motor menjadi bisnisnya, seperti halnya hobi fotografi yang telah lama ia lakoni.

Ia pun mencari brand yang bisa diakuisisi dan akhirnya membeli brand helm Thailand Elders Helmet pada 2014. Maka, supaya bisa mencakup ranah bisnis yang lebih besar, dikibarkanlah bendera Elders Company. Saat itu bisnisnya yang mulai jalan di bawah Elders Company adalah penjualan riding gear dan apparel. Tak sampai di situ, ia juga mengakuisisi satu bengkel kecil bernama Krisda Motor, dengan pemiliknya bernama David. Ia pun mengajak David bekerjasama dan kemudian bengkel tersebut diubah namanya menjadi Elders Garage pada 2015 dan sekarang berada di bilangan Lebak Bulus, Jak-Sel.

“Kalau ditinjau secara bisnis, bengkel tersebut harapannya sangat kecil. Kami terkendala pada spare part yang langka. Motor custom rata-rata dibuat dari barang-barang vintage. Nah, kami terkendala pada pengiriman barang tersebut,” kata Heret. Ia mencontohkan jika memesan bahan ke Amerika Serikat, pesanan baru sampai 2-3 bulan kemudian. Maka, produk yang dibuat Elders Garage tidak terlalu banyak pada awal membangun bisnisnya. “Bisa dibilang 1-2 tahun (2015-2016) kami menginjeksi dana terus karena uangnya belum berputar. Maka pada 2017, kami mulai berpikir bahwa Elders Garage harus punya produk. Lalu, kami keluarkan Chopperland yang dibeli oleh Presiden Jokowi,” katanya. Ia pun bersyukur. Ia membeberkan, seperti saat membuka bengkel Elders Garage, ia harus merogoh modal Rp 120 juta.

Saat ini, Elders Garage fokus mengerjakan motor Chopperland. Sebelumnya, Elders Garage sempat mengerjakan Brat Style dan Café Racer. “Ke depannya, kami mungkin akan memodifikasi Tracker,” ucapnya. Adapun target memodifikasi motor: tiga unit motor per bulan. Sebelumnya, pada tahun pertama dan kedua, pihaknya hanya memproduksi 3-4 motor per tahun. “Harga setiap motor modifikasi yang kami kerjakan berkisar Rp 95 juta-150 juta,” kata pria kelahiran Jakarta, 13 Maret 1980 ini.

Setiap satu motor, pihaknya mengambil keuntungan 30%. “Penjualan kami tinggi, namun keuntungan kami relatif. Kami mengincar bagaimana memproduksi lebih banyak motor untuk menekan harga spare part. Harga bahan untuk modifikasi motor bisa lebih rendah apabila kami memesan banyak,” katanya menjelaskan.

Untuk memasarkan produknya, Elders Garage lebih banyak melakukan branding melalui media sosial. “Pada awalnya, kami membangun branding Elders Company dulu melalui medsos. Produk Elders Helmet juga kami ekspor ke Amerika. Lewat medsos, orang Indonesia bisa melihat brand kami digunakan oleh orang mancanegara lewat helm tersebut,” katanya. Ia memilih helm karena logonya akan terlihat jelas lewat foto di Instagram. Berbeda dengan kaus yang biasanya hanya mencantumkan logo kecil saja. Itu sebabnya, saat Elders Garage dibentuk, pemasarannya tidak perlu repot lagi karena branding-nya sudah terbentuk sangat kuat di medsos.

Lalu, bagaimana ceritanya Presiden Jokowi bisa tertarik untuk memiliki motor hasil modifikasi Elders Garage? Heret mengaku banyak bergaul di lingkungan advertising. Kebetulan, teman-temannya di perusahaan periklanan telah mengenal Elders Garage dengan baik. “Saat mereka jadi panitia acara Sumpah Pemuda, mereka menghubungkan Elders Garage dengan Presiden Jokowi. Akhirnya, Presiden tertarik membeli Chopperland produk pertama Elders Garage. Setelah Jokowi membeli Chopperland tersebut, permintaan barang kami meningkat,” tutur lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo Jakarta ini.

Ke depan, agar bisnisnya tetap langgeng, pihaknya akan terus berusaha meningkatkan produksi per bulannya untuk memenuhi permintaan yang tinggi. Saat ini pun Elders Garage sudah memiliki pola kerja yang sistematis. “Jadi, kami bisa mengukur kesanggupan produksi per bulan. Karena itu, kami membatasi pesanan by request agar tidak perlu mengulang sistematika pembuatan motor modifikasi ini,” katanya. Sementara itu, untuk ekspor motor modifikasi, pihaknya masih ada kendala pada biaya pengiriman yang tinggi. Meski begitu, produk-produk apparel dan riding gear-nya sudah sampai ke Spanyol dan AS.

Yoris Sebastian, pengamat industri kreatif, menilai bisnis modifikasi seperti yang dilakukan Elders Garage merupakan bisnis yang bagus. Ia melihat, orang-orang yang bergelut di industri ini cukup hebat karena mereka sebenarnya staminanya cukup panjang. Demi passion, mereka rela berjuang membangun bisnis, dan sekarang telah menuai hasilnya. “Ini hebatnya presiden kita, Jokowi, suka menemukan poin-poin yang unik. Sekarang, tinggal bagaimana mereka yang sudah ‘terpilih’ ini harus bisa memanfaatkan momentum tersebut,” ujarnya.

Menurut Yoris, Elders Garage harus bisa terus menjual story yang mereka dapat dari Jokowi yang tentunya lebih powerful daripada memasang iklan di billboard. “Sekarang, mereka perlu membuat cerita baru. Pelaku industri kreatif jangan hanya menjual produk, tapi juga experience bahwa motor modifikasi dibikinkan untuk siapa,” katanya menandaskan.

Selain itu, agar bisnisnya terus berkembang, Elders Garage harus memperbesar jaringannya. Misalnya, dengan datang ke festival modifikasi motor setahun sekali. Di sana mereka bisa belajar pada orang-orang yang punya kesukaan sama. “Mereka harus meng-upgradeknowledge di komunitas-komunitas level internasional, karena orang yang ke luar negeri akan punya value tambahan,” cetusnya. Ini adalah salah satu poin penting dari industri kreatif. Kreativitas harus lebih besar daripada modal, karena modal bisa didapatkan dari orang lain.(Reportase: Nisrina Salma)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved