Entrepreneur

Eva Fajriah Sulap Perca Batik Tata Jadi Kerajinan Mewah

Eva Fajriah Sulap Perca Batik Tata Jadi Kerajinan Mewah

Di tangan Eva Fajriah, rangkaian batik, kayu, dan batu bisa diubah menjadi satu barang nan apik dan mewah. Ya, sebagai pemrakarsa produk turunan Batik Tata asal Sumpiuh di sisi craft-nya, wanita kelahiran Jakarta, 27 Juli 1977 ini mengaku usahanya berawal dari iseng. Akhirnya, Eva memproduksi beragam aksesoris mulai dari paspor case, dompet koin, sampul buku, sampul buku nikah, sampul tab, sarung HP, bandana, bros, gelang, kalung, dsb.

Wanita berhijab ini juga kerap mengikuti pameran-pameran guna mempopulerkan karyanya. Bagaimana kiprahnya di dunia crafter ini? Berikut penuturan lengkapnya kepada Gustyanita Pratiwi dari SWA Online :

Eva Fajriah, Foto : Gustyanita P

Eva Fajriah, Foto : Gustyanita P

Awal mula ikut menggerakkan usaha Batik Tata melalui craft?

Kebetulan saya ada kerabat dengan pemilik Batik Tata, Mira Subyandono dan suaminya, Ibnu. Nama Batik Tata sendiri diambil dari nama jalan di desa Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah. Di lingkungan ini terdapat beberapa nama jalan di antaranya jalan Tata, jalan Tentrem, jalan Kerta dan jalan Raharja. Kebetulan Batik Tata berada di jalan Tata No. 14.

Nama – nama jalan tersebut, diambil dari kata Tata Tentrem Kerta Raharja, yang merupakan bagian dari ungkapan dalam bahasa Jawa yaitu, Gemah ripah Loh-Jinawi Tata Tentrem Kerta Raharja. Gemah ripah berarti makmur, Loh-Jinawi berarti sangat subur, Tata berarti teratur, Tentrem berarti tenang, Kerta berarti sejahtera dan Raharja berarti selamat. Ungkapan tersebut mengandung makna agar manusia bisa menjalani hidup dengan tenang, tentram, bahagia lahir dan batin.

Didorong oleh keinginan untuk memberdayakan masyarakat, serta fakta sejarah mencatat bahwa di Sumpiuh pernah menjadi salah satu sentra kerajinan batik tulis, terakhir sekitar tahun tujuh puluhan, seiring dengan membanjirnya bahan textil bermotif batik yang harganya lebih murah maka satu per satu para pengrajin berguguran. Oleh karena itu Mira dan Ibnu mencoba menghidupkan kembali kerajinan batik ini tepatnya pada bulan Juni tahun 2007 dengan nama Batik Tata.

Diawali dengan memberikan pelatihan, terutama kepada kaum perempuan agar bisa melukis di atas kain dengan menggunakan lilin yang biasa disebut mencanting, sehingga bisa memberikan penghasilan tambahan bagi keluarga. Dengan bekerja tidak jauh dari tempat tinggal, beberapa diantara mereka bisa pulang k erumah pada saat jam istirahat siang bahkan ada yang masih menyusui bayi, sehingga walaupun ibunya bekerja si kecil tetap bisa mendapat ASI.

Saya tadinya tertarik dengan batik Tata itu karena unik. Pewarnanya benar-benar alami. Jadi semua dari akar, rotan, dan bunga dari tumbuhan. Jadi dia benar-benar ramah lingkungan. Dia sama sekali tidak ada limbah. Limbahnya digunakan sebagai pupuk. Nah, kebetulan batik Tata itu kan juga ada baju, jadi ada sisa bahan-bahannya.

Saya pikir kenapa itu tidak digunakan lagi. Itu bahan-bahannya sangat antik dan ini kan sangat Indonesia. Kok kayaknya jarang sekali ada aksesoris-aksesoris yang berbahan batik. Karena saya juga suka batu, maka saya padukan. Jadi batu,kayu, dan batik saya rangkai-rangkai. Jadi di situlah mulai iseng. Ya terjadilah aksesoris seperti ini. Bros, kalung, kuncir rambut, karet gelang, dll

Total item yang Anda produksi?

Banyak ya, ada paspor case, dompet koin, sampul buku, lalu kemarin saya produksi untuk sampul buku nikah, terus sampul tab, sarung HP, macem-macem. Apa yang lagi ada di otak saya sih sebenarnya.

Produksi berapa banyak?

Sekitar 150 pcs kalau pas ada pameran-pameran. Kalau pas hari biasa, karena ini buatan tangan, dan misal saya tidak pakai karyawan ya biasanya seminggu dapat sekitar 3-5 pcs. Karena produksinya juga ini beragam. Jadi saya tidak bisa pukul rata dalam seminggu dapat berapa pcs. Saya lagi mau bikin apa, ya itulah yang mau saya lakukan.

Untuk produksi dilakukan sendiri?

Kebetulan saya kan ibu rumah tangga ya, selama saya masih mampu sendiri ya semua saya sendiri. Ide-idenya juga dari saya, tapi kalau misalnya ternyata ada permintaan, saya paling memberdayakan orang-orang yang ada di sekitar lingkungan saya.

Pesanan paling banyak biasanya waktu kapan?

Banyak banget juga tidak, tapi kan kadang-kadang ada event pameran dimana saya harus produksi, itu baru saya panggil karyawan. Bukan karyawan tetap juga sih, karena mereka orang-orang yang ada di sekitar lingkungan saya.

Penjualan selain dari event-event pameran?

Sebenarnya online. Tapi saat ini saya lebih fokus ke pameran dulu karena memang karir utama saya untuk saat ini kan ibu rumah tangga.

Kisaran harga?

Beragam ya, karena ini kan modelnya juga macam-macam. Batunya pun macam-macam. Misalnya seperti ini, satu kalung ada 2-3 batu. Batunya pun beda-beda. Tidak bisa distandarkan. Saya biasanya bikin 1 model hanya 1 pcs. Sampai saat ini masih seperti itu.

Aksesoris selain batik, misal batu-batunya didapat dari mana?

Hunting ya. Dari mana saja. Saya suka jalan untuk hunting. Misalnya ada yang bagi saya menarik atau lucu, etnik, ya saya padu padankan saja. Saya suka banget semua yang serba Indonesia. Paling murah Rp 100 ribuan, karena batiknya pun batik alam ya, dia perhelainya paling murah bisa Rp 1 juta. Proses pengerjaannya itu lama sekali dan ini bagi saya ekslusif,karena setiap 1 desain hanya 1 pcs, jadi tidak bisa samaan.

Bagaimana tanggapan pelanggan? Berapa banyak yang order misal kalau ada pameran?

Sampai saat ini sih masih bagus antusiasnya, makanya saya masih terus berproduksi karena memang terlihat banyak yang minat terhadap karya-karya saya.

Jumlah omzet?

Saya masih belum bisa jawab.

Hal-hal seperti apa yang wajib dipunyai seorang craftrer supaya usahanya sukses?

Sebenarnya standar sih ya. Saya tidak tahu kalau orang lain, saya juga baru belajar. Tapi bagi saya pantang nyerah aja, terus berinovasi, dan terus belajar.

Dari pihak pemerintah ada support tidak?

Saya lihat pemerintah sangat mensupport UKM. Kalau permodalan sampai saat ini saya belum merasakan. Kalau misalnya dapat kucuran modal,wah bagus sekali. Tapi saya melihat pemerintah memperhatikan UKM kok. Mungkin banyak orang belum tahu bahwa ternyata kita itu punya Dewan Kerajinan Daerah. Kalau kita sudah menjadi anggota itu, kita bisa diberikan pelatihan, kita ada wadah lah di sana. Dan ada komunitas yang bikin kita semakin tahu apa yang harus kita lakukan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved