Entrepreneur

Fajar Nugraha & Ira Hanira: Dari Modal 180 Ribu, Kini Beromset Miliaran

Fajar Nugraha dan Ira Hanira, founder Adorable Projects.
Fajar Nugraha dan Ira Hanira, founder Adorable Projects.

Semuanya bermula di tahun 2008. Semuanya berawal dari Rp 180 ribu.

Itulah deskripsi awal bagaimana Fajar Nugraha dan Ira Hanira menautkan cinta dan bisnis. Di tengah mabuk cinta, sejoli ini mendirikan Adorable Projects di tahun 2008, tak lama setelah Ira lulus kuliah. Berpatungan Rp 90 ribu, mereka, yang saat itu belum menikah, menjual produk aksesori seperti kalung, cincin, dan gelang.

Tunggu dulu. Masing-masing Rp 90 ribu?

Ya, betul, dan bisa dibayangkan bagaimana memulai bisnis dengan dana minim. Namun, siapa sangka, bisnis yang awalnya hanya memiliki tujuan sederhana, yaitu untuk biaya pacaran, kini berkembang luas. Mengandalkan cash flow yang disiplin, modal Rp 180 ribu itu perlahan-lahan berhasil diputar. Kini Adorable Projects bisa meraup omzet Rp 1 miliar-3 miliar per bulan dan sudah merambah semua produk pakaian wanita, terutama sepatu dan tas yang menjadi andalannya.

“Awalnya hanya jualan dari teman ke teman. Lalu, tahun 2009 mulai online. Modal itu diputar terus sampai punya keuntungan Rp 2 juta, kemudian dibelikan sepatu selusin, dua lusin, sampai akhirnya punya inventori puluhan ribu pasang,” kata Fajar mengenang.

Dalam memproduksi sepatu, tas, dan pakaian, Adorable Projects menggandeng pengrajin lokal di wilayah Bandung. Bukan pengrajin skala pabrik, melainkan pengrajin kecil. “Produk kami 100% dibuat pengrajin lokal, hanya beberapa bahan masih impor. Saat ini telah bekerjasama dengan 53 pengrajin,” kata pria kelahiran 1986 itu.

Kerjasama dengan pengrajin dilakukan karena sejak awal merintis usaha, Fajar dan Ira memegang prinsip: bisnis bukan hanya soal mengejar laba, melainkan juga harus bisa bermanfaat untuk lingkungan sekitar. Itu sebabnya, sejak 2013 mereka sudah merekrut 105 orang sebagai karyawan. Sebagian adalah teman-teman Fajar yang menganggur.

Fajar mengungkapkan, terhadap bisnisnya ini, dia tidak ingin bercita-cita yang berlebihan seperti membuat diferensiasi yang bertujuan mengubah dunia. Baginya, yang terpenting adalah memberikan lapangan kerja bagi teman-temannya. Lalu, kepada pengrajin, dia sengaja menggunakan model full order buyer agar mereka berkembang dan bisa mendapatkan order dari yang lain.

“Saya mikirnya lebih short term, yakni memberikan impact, karena memang DNA kami adalah produk handcrafted yang dibuat pengrajin. Jadi, titik berangkat saya adalah bukan dari industri ingin apa, lalu kemudian kami buat massal, tapi lebih kepada melihat pengrajin bisanya apa, lalu saya minta ke Ira untuk mendesainnya. Jadi, kami selalu mencari titik temu antara rules dan hati,” ungkapnya.

Dalam mengelola bisnis yang usianya menginjak 13 tahun ini, Fajar dan Ira berbagi tugas. Fajar mengurusi semua urusan operasional, termasuk manajemen, produksi, pemasok, dan pengrajin, sementara istri tercintanya mengurusi desain produk.

“Saya menangani desain. Saya yang memantau perkembangan dan tren desain, kemudian enaknya membuat seperti apa. Tetapi, saya juga sering sharing sama Fajar, misalnya minta pendapat vendor yang cocok, atau untuk material baru, Fajar lebih menguasai jenis material bahan,” tutur Ira, alumni Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Nasional, Bandung.

Walaupun demikian, Fajar menambahkan, dia juga terlibat sejak awal tahap mood board ketika akan memikirkan ide baru. Mengapa? Karena, hal tersebut akan terkait dengan berbagai penyesuaian kepada vendor dan pengrajin. Dia lebih banyak berperan sebagai orang lapangan. “Ira sudah punya tim, sehingga saya tidak lagi memikirkan desain produknya. Jadi, saya lebih banyak mendorong supaya bisnis bisa lebih besar lagi,” katanya.

Bicara tentang couple-preneur, Fajar mengakui tidak mudah menyatukan dua kepala. Tidak jarang mereka bersilang pendapat sampai berlarut-larut. Namun, sejauh ini semua dapat diselesaikan dengan baik. Karena, menurut mereka, keuntungan berbisnis sebagai suami-istri: bisa lebih mudah saling percaya dan transparan.

Keuntungan lain berbisnis suami-istri yaitu dalam urusan diskusi bisnis. Ira menuturkan, gaya mereka dalam membicarakan perihal bisnis tidak dibatasi waktu. Apalagi, dalam hal mendesain, tidak bisa mengikuti perhitungan waktu. Sebab, ide bisa datang kapan saja sehingga hampir di setiap saat mereka selalu memikirkan kerjaan. “Kami pernah coba mengatur waktu begitu, tapi akhirnya tetap tidak bisa. Jadi, let it flows aja. Ketika ada keinginan obrolin bisnis, ya langsung diobrolin, juga sebaliknya,” kata Ira.

Tanpa terasa, kini setelah 13 tahun berjalan, bisnis mereka kian mekar, dijalankan oleh tim inti yang terdiri dari 10 orang di bagian desain, 30 orang di layanan pelanggan, 10 orang di bagian kreatif, dan 40 orang mengurusi warehouse. “Kami bukan perusahaan yang struktur organisasinya kuat. Kami bukan ke arah seperti itu, bukan ke manajerial yang kuat, tapi lebih kepada leadership yang natural,” ucap Fajar.

Saat ini Adorable Projects bisa menjual rata-rata 100 ribu-200 ribu produk dalam setahun. Namun, pandemi Covid-19 turut berdampak terhadap omzet, yang turun sampai 50%. Sebab, di level pengrajin, barang-barang tidak bisa dikirim, baik ke gudang maupun untuk dijual. Selain itu, juga adanya kesulitan dalam memilih bahan yang bagus.

Kendati terkena dampak pandemi, sejoli ini tak segan merancang target. Mereka sedang menjajaki kerjasama dengan pabrik kelas menengah. Tujuannya, ada peningkatan produk. “Jadi, nanti yang bisa diproduksi secara massal akan di pabrik, untuk yang eksklusif tetap diproduksi di pengrajin kecil, tinggal bagaimana mendapat supply material yang bagus,” Fajar menjelaskan. Menurutnya, para pemain seperti mereka harus bisa naik kelas. Dia sendiri selalu punya harapan: merek lokal bisa go international, bukan hanya digunakan oleh orang Indonesia.

Fajar dan Ira sekarang bisa menyatakan harapan yang ditanamkan dalam Adorable Projects. Sebuah harapan yang tak terpikir saat mereka memulai semuanya di tahun 2008. Kekuatan cinta telah membuat mereka tegar memutar roda bisnis. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved