Entrepreneur

Hura Kamadjaja Bangun Kamadjaja Logistics dari Nol

Hura Kamadjaja Bangun Kamadjaja Logistics dari Nol

PT Kamadjaja Logistics adalah salah satu anggota dari Kamadjaja Group. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1968 sebagai UD Kamadjaja yang mencakup sea freight forwarding. Selama lebih dari 42 tahun berkiprah, Kamadjaja telah melebarkan sayap bisnisnya ke one stop integrated freight forwarding solution untuk customer di berbagai range industri.

Tahun 2003, Kamadjaja Group merestrukturisasi arus bisnisnya dalam bentuk Kamadjaja Logistics yang menyediakan layanan bagi domestic freight forwarding,warehouse, dan land transport. Sementara itu, PT Pusaka Lintas Samudra adalah bagian dari Kamadjaja Group lainnya yang menyediakan layanan untuk international freight forwarding. Sebagai sebuah grup, Kamadjaja Logistics terspesialisasi di supply chain management services.

Adapun sosok pembesar Kamadjaja rupanya ada pada diri seorang Hura Kamadjaja. Sepak terjangnya di dunia ekspedisi sudah tak diragukan lagi. Sejak masih bujang, dirinya sudah hafal dengan laut. Bahkan dari zaman susah sampai Kamadjaja sebesar ini, Hura tetap kukuh mempertahankan pilihannya ke bisnis eskpedisi. Alasannya simpel. Bisnis negara kepulauan seperti Indonesia yang dijamin tak pernah mati adalah pengiriman barang antar pulau. Mati-matian Hura berjuang, bahkan sempat gontok-gontokan di pelabuhan sebab pada masa itu persaingan di ekspedisi dan shipment terbilang liar. Preman di mana-mana, hingga nyaris dirinya hampir dibunuh karena hawa persaingan yang memanas. Namun bukan Hura namanya kalau langsung ciut nyalinya. Berbekal kegigihan, dirinya nekad hidup di kapal dalam waktu yang terhitung lama (tahunan), untuk menyelami dunia ekspedisi secara total.

Maka tak heran, di masa senjanya kini (usia 66 tahun), Hura bisa menikmati hasil peluhnya semasa muda dengan tenang. Sembari memantau kinerja putra-putrinya yang kini telah incharge ke perusahaan, Hura tetap memilih setor tampang ke kantor sehari-harinya. Bukan untuk urusan bisnis, tapi lebih menjadi ‘bapak’ bagi anak-anaknya, para karyawan Kamadjaja, untuk sharingwisdom bagi kemajuan bersama. Seperti sore itu, 27 Juli 2013, dirinya masih tampak sigap dan lincah dengan kemeja merah lengan pendek untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman usahanya selama ini kepada Gustyanita Pratiwi:

Hura KamadjajaBagaimana awal mula Anda terjun ke bisnis Kamadjaja? Sebelumnya apa memang sudah getol berbisnis? Apa saja pengalaman menarik yang patut di-share?

Waktu itu saya masih bujang banget, umur baru 20 tahun. Waktu zaman PKI (1965), saya sudah dagang tidak jelas. Antara 3 atau 5 tahun, saya kerja apa saja. Makelar motor pernah, dagang sparepart pernah, pokoknya dagangannya tidak jelas lah. Lalu 1968, saya dikirim ayah saya ke Ende, Flores, karena abang saya mau kawin ke Jawa.Saya disuruhnungguin toko, ha..ha..ha. Habis itu saya bawa dagangan, coba-coba jualan. Jadi bukan saya langsung bawa barang.

Kapan momentum bisnis mulai kelihatan besar? Awalnya kan lebih banyak kerja serabutan, lalu mulai menemukan bisnis yang jelas untuk ditekuni kapan?

Saya berpikirnya begini, ini kan negara kepulauan. Ribuan pulau ada di sini. Jadi bisnis yang paling bagus dan tidak akan mati ya kirim barang antar pulau. Jadi waktu teman-teman ambil kapal, saya tetap pilih ekspedisi. Karena kalau kapal, saya hanya punya kemampuan 1-2 kapal. Artinya, pelabuhan terbatas. Tidak mungkin kita bisa keliling Indonesia dengan kapal segitu. Kalau ekspedisi, kita independen. Memuat di kapal manapun bisa. Kalau saya ke pelayaran, saya ambil contoh dari Flores mau bawa muatan ke Makassar, Sulawesi, Kalimantan, dll. Itu kan enggak bisa? Orang sentimen, karena kita bersaing. Dulu pelayaran persaingannya ketat sekali lho. Tahun-tahun itu, waduh sudah bunuh-bunuhan istilahnya. Di pelabuhan saja, untuk memuat barang, harus beli segala. Rebutan. Buruh pun begitu. Pokoknya serba preman lah dulu itu. Saya pernah hampir beberapa kali dibunuh orang di pelabuhan. Tapi karena saya bawa anak buah, Madura-Madura yang bela saya mati-matian, maka terselamatkanlah kita.

Masa tersulit saat merintis karier ?

Dulu itu, jarak kapal kebanyakan hanya 150 ton, jadi saya tidak pernah bisa tidur di dalam kapal. Selama perjalanan lima hari atau seminggu, itu air masuk beberapa kali. Tiap hari seperti itu. namanya saja kapal kecil. Kapal misi Katolik, yaitu kapal yang berjumlah dua buah, hasil bantuan dari luar negeri untuk membantu rakyat NTT. Yang satu namanyaAmaris, yang satu Ratu Sahari. Yang Ratu Sahari ini baru agak besar, sekitar 350 ton. Mendingan itu, masih bisa tidur di dalam dek dengan aman. Kalau kapal kecil susah. Jadi berhari-hari lihat laut saja. Makannya nasi–ikan asin, nasi-ikan asin, itu saja tiap hari. Atau sarden. Saya bersyukur keadaan itu tidak terlalu lama. Hampir setahun lebih, saya menjalaninya. Kemudian 1979, karena ada Kepres 14 A, bahwa ada aturan di perusahaan itu direksinya harus ada pribuminya, maka kami coba masuk ke swasta, pabrikan. Nah, akhirnya pertama kali kami dapat relasi Unilever. Itu pun dicoba dengan satu pelabuhan.

Jadi berdasarkan Kepres itu, saya direkomendasikan ke consumer good. Tapi selama iniberjalan, pengusaha-pengusaha/pedagang-pedagang/domestik antar pulau, toko-toko itu tetap dikirim. Hanya terbatas. Nah itu kemudian berkembang terus.

Kalau misinya perusahaan-perusahaan multinasional, yang penting kan trust. Terus on time delivery, harus tepat pengiriman, meminimalkan kerusakan barang, barang hilang, atau rusak. Dulu kan zaman preman, orang kirim barang pakai peti. Risiko hilang apa semua itu pasti ada, tapi sebisa mungkin diminimalisir.

Yang Unilever ekspedisi juga ya?

Yes. Ini saya bicara ekspedisi semua. Dulu saya ada dua ekspedisi. Untuk bahan bangunan, saya termasuk supplier, beli bahan, kirim. Jadi ekspedisi samasupplier. Sebetulnya tahunya orang awam logistik itu yasupplier. Mereka yang membangun bahasa logistik. Sebenarnya itu hanya bahasa canggihnya lah.

Kalau ekspedisi cuma bawain punya orang, tapi kalau supplierkan seperti berdagang?

Itu kan leveransir. Bahasa Belanda kalau tidak salah.

Kalau Unilever dulu membawa barang dari mana ke mana?

Ya pertama kami coba kirim dari head yang ada di Surabaya ke Gorontalo. Satu pelabuhan-satu pelabuhan, begitu terus sampai berkembang ke seuruh Indonesia. Kemudian tahun 1986, Unilever ingin membuka distribution center (DC) di luar pulau. Dibukalah gudang pertama kami di Manado. Setelah itu berhasil, kemudian tahun 1989, buka lagi di Samarinda, lalu lanjut lagi di Makassar, dst.

Sampai sekarang Unilever masih menjadi klien ya?

Masih. Unilever, Nestle, dll. Itu nyambung terus. Dan bisnisnya berkembang, dari yang tadinya ekspedisi, jadi kontrak logistik, dst.

Sekarang kan istilahnya bisnis logistik 3PL, itu di era Anda bagaimana?

Sebenarnya dari 1979, itu sudah ke arah logistik, cuma tahun 1980-an kan istilah tersebut belum begitu sering dipakai. Padahal sebenarnya waktu itu sudah start. Cuma mungkin zaman dulu bahasanya bukan DC, tapi depo. Aslinya gudang. Mereka(perusahaan multinasional) menamakannya depo. Backbone kami ada di domestic freight forwarding yang istilah bahasanya ekspedisi. Dan karena berkembang, lima tahun belakangan, orang sudah mulai kenal istilah TPL. Jadi kalau footprint, sebenarnya sudah disiapkanpondasi dan segala macamnya sejak 1968 tadi.

Mungkin bedanya, ekspedisi itu, orang khusus kirim barang antar pulau. Kami berkembang pada gudang, lalu punya transportasi darat, dsb. Akhirnya ini menjadi satu kesatuan logistik, integrated services lah. Pada umumnya ekpedisi ya ekspedisi, tapi kami punya kemampuan untuk buka gudang. Kan dulu kami tidak punya gudang. Barang dititipkan orang, atau gudang kecil-kecilan. 1 gudang ada 500 barang, terus kirim. Lalu berkembang lagi punya truk sendiri. Berkembang lagi buka gudang ke mana-mana, dll.

Tadi waktu ekspedisi di Manado, Unilever, Anda investasi juga?

Semua kami invest.

Kalau peran putra-putri Anda memang diarahkan ke bisnis keluarga ya?

Awalnya mereka pulang sekolah, saya suruh kerja dulu. Beberapa tahun di luar, baru masuk ke sini. Ivy masuk1998. Ivan dan Eric masuk 2003. Di awal, mereka bekerja di luar Kamadjaja semua. Artinya mereka merasakan bagaimana sih jadi karyawan? Begitu mereka kembali,saya lepas tidak handle kerjaan lagi. Hampir 10 tahun ini saya tidak ikut operasional lagi.

Antara Bu Ivy dan Pak Ivan? Mana yang kakak dan mana yang adik?

Ivan nomor 1, Ivy nomor 2. Ivy joint duluan, Ivan 2003 kalau tidak salah. Yangsaya ingat memang Ivy, karena waktu itu pas kerusuhan 1998. Ivy bukan pulang karena kerusuhan. Tapi karena sakit.

Hura Kamadjaja (utama)

Waktu itu kalau dibanding pemain-pemain lain, boleh dibilang kan belum ada perusahaan yang menjalankan bisnis seperti Anda, artinya yang mengelola full services tadi inspirasinya darimana? Anda yakin bahwa binsis ini bisa jalan bagus?

Kan awalnya saya berpikir simpel banget, teman-teman waktu itu ada yang pegang kapal, saya pegang ekspedisi. Kenapa saya tidak pegang bisnis lain? Karena yang paling gampang, Indonesia ini kan terdiri dari puluhan ribu kepualauan. Bisnis angkutan di lautan menurut saya tidak akan ada matinya. Kecuali dia menyatu dengan darat ya bisnis ini baru akan mati. Di manapun dan kapan pun kan pasti ada yang harus kirim barang, simpelnya begitu saja.

Dari awal kami juga bilang bahwa ini adalah bisnis trust. Jadi kami diberi kesempatan, kami ambil kesempatan itu, dan itu salah satu penyebab kami bisa berkembang. Klien kami itu rata-rata puluhan tahun.

Klien besar selain Unilever siapa saja?

Kami serve at leastthe fortune, 500 company misal Nestle, P & G, Shell, Good Year kalau di tire ya. Pabrik semen Holcim, juga kami yang pegang logistiknya, kami kelola di dalam gudang mereka.

Tapi gudangnya punya Holcim?

Ya. Kami masuki pabrik mereka. Dia keluar di produksi. Kamitake over untuk kelola semua, baik itu bahan bakar, sak-sakan, distribusi ke daerah, dll.

Itu di semua pabrik, atau pabrik-pabrik tertentu saja?

Kami ada beberapa side sih, yang benar-benar manage mereka. Memang tidak semua kami yang kelola. Tapi ada beberapa side, salah satunya ada yang di Maroko, Cilacap, dll.

Anda lahir di Surabaya ya?

Kalau merantaunya iya di Surabaya. Jadi sudah 10 tahun saya merantau. Kalau kelahiran, saya lahir di Ende, Flores.

Nama Kamadjaja?

Hura kamadjaya itu dulunya nama kumpulan berandal, hahahaha…!! teman-teman ya milih saja Kamadjaja.

Nama Chinese-nya jarang dipakai?

Bukan jarang. Tapi tidak ada. Kalau dulu ada.

Kalau marketing zaman dulu berarti berdasarkan kepercayaan saja ya?

Iya. Saya tidak punya modal.Saya modal dengkul.Pertama ya kepercayaan. Teman beli barang yapercaya. Sampai saya ketemu supplier, titip beli barang, ya percaya saja, Kalau dulu murni memang dasarnya kepercayaan.

Sekarang karyawannya?

2.800-an karyawan.

Kalau dalam mendidik putra-putri, apa memang benar-benar disiapkan untuk mengelola perusahaan atau dibebaskan saja?

Ya atur-atur saja, kebetulan Ivy pasnya di marketing, Eric di logistik, dll. Saya tidak mengharuskan. Alami, ngalir saja. Sebagai orang tua, memang saya arahkan, tapi kebetulan kok nyambung. Tapi tidak ada pemaksaan.

Apa hobi Anda?

Saya olahraga semua bisa, kecuali satu, voli. Beladiri karate, kungfu, itu saya bisa. Olahraga seperti badminton, pingpong, basket, bola kasti, juga saya sering.

Tiap hari ke kantor?

Saya ke kantor janjian dengan teman saja.

Kalau prinsip Anda dalam memimpin perusahaan bagaimana?

Anak buah saya di kantor saat kerja adalah karyawan saya, di luar itu, mereka kawan saya, anak saya, saudara saya. Jadi sekarang kami berusaha menjadi satu ya. Artinya, bekerja tanpa terlalu merasa ada perbedaan antara majikan dan karyawan.Jadi, karyawan tidak menganggap kita majikan, tapi lebih seperti Bapak. Karyawanjadi merasa lebih terlindungi. Kedekatan batin ada. Kerja sama-sama di lapangan, di waktu tertentu makan bersama-sama, malam-malam berkumpul bersama-sama. Kalau sekarang susah ya. Kalau dulu kan kita masih kecil, jadi selalu bersama sih. Jadi kayak bapak sama anak,

Kalau karyawan yang senior dari awal Anda kerja sampai sekarang masih ada?

Banyak. 28 tahun bekerja, masih ada. Yang eks saya masih ada. Tapi mungkin ada berapa persen kali ya. Tapi mereka tidak berhenti kok. Saya tutup mata, kalau mau pensiun silakan. Setia lah. Mereka sudah menganggap ini milik mereka juga.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved