Entrepreneur

Kangen Masakan Amerika, Tommy Hadirkan Cajun Claws

Kangen Masakan Amerika, Tommy Hadirkan Cajun Claws

Tinggal selama 5 tahun di Amerika membuat Tommy Putra kangen masakan Amerika. Alasan inilah yang mendasari berdirinya, Cajun Claws, restoran yang mengusung tema menu-menu dari Amerika bagian selatan, salah satunya adalah Louisiana, Georgia, Mississippi, Virginia, dan negara bagian lainnya. Amerika bagian selatan dipilih karena makanan-makanan di daerah sana memakai banyak bumbu seperti makanan Indonesia.

Awalnya Cajun Claws hanya mengusung tema Authentic Louisiana Seafood. Louisiana memang terkenal dengan hidangan seafoodnya yang segar dan lezat. Namun, seiring dengan perkembangan dunia food and beverages, Tommy memperluas konsepnya menjadi The Real American Food. Sehingga Cajun Claws tidak lagi hanya menawarkan hidangan seafood, tetapi ada juga hidangan berbahan dasar ayam dan daging sapi.

Tommy

Tommy Putra, Owner Resto Cajun Claws

Dirikan sejak November 2014, Tommy memilih kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) sebagai outlet pertamanya. Ia mengatakan kawasan PIK sudah menjadi pusatnya kuliner. Restoran-restoran yang ada di kawasan inipun unik-unik sehingga konsumen yang datang ke daerah PIK adalah konsumen yang berani mencoba masakan baru. “Biasanya restoran yang pertama kali buka di sini, akan buka cabang di daerah lain. Di PIK untuk mengetes pasar, apakah bisa diterima apa tidak,” ujarnya.

Tommy menegaskan bahwa Cajun Claws tidak berfokus kepada food presentation, fokusnya ada di rasa. Untuk menghasilkan rasa yang sama persis dengan makanan yang di Amerika bagian selatan, 80% bahan-bahan diimpor langsung dari negara asalnya. “Kami memberikaan rasa yang otentik. Jadi rasanya sama persis. Untuk mencapai hal itu, saya mengimpor bahan-bahannya langsung. Tapi jika di Indonesia ada bahan yang lebih bagus, saya tidak impor. Contohnya lada hitam di Indonesia lebih bagus, jadi saya tidak usah impor,” jelasnya.

Menururtnya, perbedaan Cajun Claws dengan restoran seafood lainnya adalah restoran lainnya lebih memasukkan cita rasa lokal seperti kepiting asam manis atau kepiting saus Padang. Cajun Claws tidak melakukan hal itu, rasa yang dihadirkan otentik sesuai dengan cita rasa di Amerika sana.

Tommy bukanlah chef, ia bahkan mengaku tidak bisa memasak. Tapi ia mengatakan bisa membedakan mana rasa yang otentik mana yang bukan. Tommy pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya di Indiana University Bloomington jurusan Keuangan dan Bisnis. Selum membuka Cajun Claws, ia sempat bekerja di kantor konsultan Price Waterhouse Coopers di bagian perpajakan selama 3 bulan. Ia lalu memutuskan untuk menjadi wirausaha. “Makanan Southern Amerika jarang ditemukan di Indonesia. Paling hanya ada 1-2 restoran saja. Jadi ini peluang yang bagus”,” dia menegaskan.

Mengenai konsep yang diperluas, Tommy mengatakan bahwa pengeluaran konsumen untuk mengonsumsi makanan mahal sedikit menurun imbas dari pelemahan ekonomi. Untuk menu seafood boil, satu orang harus merogoh kocek sekitar Rp 120 ribu. Menu dengan berbahan dasar ayam di bawah Rp 100 ribu, sehingga konsumen bisa mengonsumsinya setiap hari. “Jika makan ayam setiap hari konsumen tidak akan bosan. Tapi jika makan seafodd setiap hari bisa kena kolesterol. Selain itu, di Amerika seafood boil dikonsumsi untuk acara-acar besar seperti 4th of July, syukuran rumah baru, dan lain-lain,” ujar pria kelahiran Jakarta 25 tahun yang lalu.

Dengan diperluasnya konsep, Cajun Claws buka lebih pagi. Jika sebelumnya beroperasi pukul 5 sore, kini restoran buka lebih awal pukul 12 siang. “Karena menu yang kami sajikan lebih bervariasi, jadi jam buka kami lebih pagi,” tambahnya.

Ada 20 menu baru yang ditawarkan oleh Cajun Claws, antara lain Buffalo Wings with Blue Cheese Sauce, Buttermilk Fried Calamari, Pulled BBQ Beef Sandwich, Crawfish Sliders, Blackened Fish, Jambalaya, Seafood Gumbo, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk menu dessert ada Lemon Icebox Pie, Cajun Flambe, Mudpie, dan Candied Yummie Pie. Harga menu yang ada di Cajun Claws verkisar antar Rp 100 – 400 ribu.

Konsumen yang datang ke sini, rata-rata menghabiskan Rp 300-400 ribu untuk seafood premium. Namun, untuk menu biasa rata-rata Rp 100 ribu. Menu yang menjadi andalah Cajun Claws adalah seafood boil dan Alaskan King Crab. Alaskan King Crab ini ibarat wagyu di dunia seafood. Alaskan King Crab hanya ada di Alaskan dan hanya panen selama 3 bulan setahun. Jadi, jangan heran jika harganya cukup fantastis.

“Biasanya Flambe hanya tersedia di restoran-restoran mewah. Tapi pengunjung bisa menikmati Flambe tanpa merogoh saku dalam-dalam,” ujar Tommy Putra, Pemilik Cajun Claws. Tommy menambahkan butuh waktu 7 bulan untuk membuat menu-menu baru.

Guna menghasilkan cita rasa yang otentik, diperlukan chef yang handal. Ivan Eria Ugaya dipilih untuk menjadi Executive Chef di Cajun Claws. Pria yang akrab dipanggil Chef Ivan sudah melalang buana di dunia kuliner. Ia pernah bekerja di Washington. Presiden Barack Obama sempat berkunjung dan mencicipi makanan di restoran tempat ia bekerja ketika ia masih menjadi senator di Amerika. “Waktu itu Obama datang ke restoran, saya tahu dia sempat tinggal di Indonesia jadi saya sapa dengan bahasa Indonesia ‘Apa kabar?’ dia kaget ternyata ada chef dari Indonesia yang bekerja di sini. Setelah itu kami berbincang-bincang sedikit,” ujar Chef Ivan mengenang.

Mengenai investasi, Tommy mengeluarkan dana Rp 400 juta per tahunnya untuk tempat, sedangkan untuk merenovasi ruangan dan mendesain ulang membutuhkan biaya Rp 3 miliar. Tommy mengatakan keluarganya membantu dalam permodalan. Ia menargetkan bisa balik modal dalam waktu 6 bulan lagi.

Dengan luas ruangan 23×8 meter persegi, Cajun Claws mampu menampung 120 orang. desain interior yang diusung sama persis dengan yang ada di Louisiana, yaitu clean desain, sehingga terdapat banyak kaca-kaca di seluruh restoran. Mayoritas konsumen yang datang ke Cajun Claws adalah konsumen yang sudah pernah pergi ke Amerika dan mereka mengatakan menu yang ada di sini rasanya sama persis dengan yang ada di Amerika bagian selatan sana.

“Biasanya yang datang ke sini adalah alumni dari universitas di Amerika. Tapi jika yang baru pertama kali datang pasti akan kaget ‘kok rasanya begini’,” ujarTommy sambil tertawa. Dengan total pegawai 20 orang dan 8 orang chef, Cajun Claws mampu menarik 500 pengunjung setiap bulannya. Ke depannya, Tommy ingin melebarkan outletnya ke daerah selatan Jakarta. “Mungkin nanti akan buka di daerah Senopati,” tutupnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved