Profile Entrepreneur

Kiat Agie Purwa Lambungkan Sepatu Jasmine Elizabeth

Kiat Agie Purwa Lambungkan Sepatu Jasmine Elizabeth

Orang yang bisa maju hanyalah orang yang mau berubah. Agie Purwa salah satu orang yang meyakini kredo tersebut. Setelah 10 tahun hanya membuatkan sepatu dan aksesori berbahan kulit yang dipesan berbagai label fashion dari Australia, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa, Agie memutuskan mengembangkan merek sendiri.

Pada 2015, bermodal Rp 300 juta dari koceknya, ia mulai menjual sepatu dengan label sendiri: Jasmine Elizabeth (JE). Mulanya, ia hanya menjual secara online (melalui situs www.jasmineelizabeth.com). Kemudian, juga membuka gerai JE di Kuta (Bali) dan Jakarta.

“Saya memutuskan untuk mengembangkan brand sendiri karena merasa yakin akan kualitas produk saya yang sudah teruji di negara lain,” kata Agie. “Saya mencintai pekerjaan ini, dan ingin mengeluarkan ide-ide desain yang selama ini ada di kepala secara bebas,” tambahnya.

Agie Purwa, Pendiri Jasmine Elizabeth

Agie Purwa, Pendiri Jasmine Elizabeth

Melalui merek JE, Agie menawarkan berbagai model sepatu wanita, mulai dari heels, wedges, hingga flat. Mengusung konsep handmade craftmanship, model sepatu yang dibuat Agie terlihat cukup elegan, modern, dan simpel tetapi nyaman dipakai.

Agie menjamin, sepatu yang dibuatnya berasal dari bahan kulit domba. Ia mengklaim, karena material yang digunakan berkualitas dan desainnya up-to-date, sepatu JE bisa digunakan selama 2-3 tahun. “Sepatu buatan saya memiliki desain yang timeless. Saya juga menggabungkan nuansa glamor, sensual, dan feminin dalam desainnya,” ujarnya.

Untuk menciptakan desain sepatu, Agie mengaku mencari inspirasinya dari alam, arsitektur lama, budaya dan masyarakat. Selanjutnya, ia membuat prototipe, yang diuji coba sendiri untuk mengetahui: apa yang mesti diperbaiki, baik dalam hal kenyamanan maupun desain. Pembuatannya dikerjakan secara manual oleh para pengrajin lokal.

JE memiliki sejumlah merek turunan. Ada JE Classic yang koleksinya mencakup berbagai sepatu dengan desain basic. Ada pula JE Bespoke yang desainnya sesuai dengan permintaan pelanggan. Tersedia pula JE Bridal bagi para calon pengantin. Dan, ada JE Junior untuk anak-anak. Yang menarik, merek-merek sepatu yang dirancang untuk kalangan anak-anak dan dewasa berusia 25-40 tahun ini juga bisa dipesan dengan layanan custom order.

Dijual pada kisaran harga Rp 1.650.000-2.550.000, sepatu JE membidik kalangan wanita menengah-atas. Diklaim Agie, dalam sebulan rata-rata ia mampu menjual 30-35 pasang sepatu. Sepatu-sepatu tersebut diproduksi di workshop di Kuta, Bali. Saat ini sepatu JE dipasarkan di Jakarta dan Bali. Selain memasarkan produk di dalam negeri, JE juga sudah mulai menjajaki pasar luar negeri. “Saya akan mulai jajaki Miami dan Sydney,” ujar Agie.

Disebutkannya, setelah mengadakan peluncuran merek dan produk pada Desember 2015, sepatu JE mulai dikenal konsumen sehingga pembeli pun banyak. Namun, tak berhenti di situ, Agie terus mempromosikan sepatunya melalui media sosial. Ia juga berkolaborasi dengan para influencer di media, kalangan fashion stylist dan fashion designer, dll. JE juga sempat berpartisipasi dalam ajang Indonesia Fashion Week 2016.

Strategi online JE lebih fokus pada med-sos, khususnya Instagram, dengan mengajak para pelaku fashion untuk berkolaborasi. Adapun untuk strategi offline, pihaknya berusaha membina hubungan yang baik dengan para mitra.

Agie Purwa

Agie Purwa: “Target kami bisa go international. Kami sedang menjajaki peluang untuk menjual produk kami di Amerika Serikat.”

Menurut lulusan D-4 Manajemen Perhotelan Sekolah Pariwisata Bali ini, pihaknya akan tetap konsisten merilis dua koleksi setiap tahun. Di setiap koleksi, akan ditawarkan desain dan warna yang berbeda, seperti Fall Winter dan Spring Summer. Selain itu, Agie juga ingin menambah cabang/gerai, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Juga, untuk memperluas wilayah pemasaran, ia berencana melakukan event penjualan melalu gerai sementara (pop-up store) di beberapa kota. “Target kami bisa go international. Kami sedang menjajaki peluang untuk menjual produk kami di Amerika Serikat,” kata Agie.

Keunggulan sepatu JE diakui salah satu pelanggannya dari Jakarta, Ratih Astary. Ratih menjadi pelanggan JE sejak merek sepatu itu diluncurkan Desember tahun lalu. “Saya membeli produk-produk JE bukan semata karena bersahabat dengan Agie sejak kecil. Tetapi, saya memang menyukai desain-desain JE yang elegan, tidak neko-neko, menggunakan kulit domba kualitas bagus dengan pengerjaan yang rapi, serta nyaman dipakainya,” tuturnya.

Menurut Ratih, kualitas sepatu JE sesuai dengan ekspektasinya. Selain nyaman dipakai karena pengerjaannya personalized, juga tepat waktu, kontrol kualitasnya baik dan bahan bakunya sangat bagus. “To be honest, produk JE memang untuk pasar menengah-atas dari segi harga dan kualitasnya. Desain JE saya suka dan ini objektif,” ujarnya.

Hal senada dikemukan pelanggan lainnya dari Bali, A.A. Raka Jeniari. Menurut Jeniari, desain JE itu catchy, sangat menarik, dan sangat nyaman ketika dipakai. “Sampai saat ini saya sudah tiga kali membeli JE. Dari segi harga, sesuai dengan kualitasnya,” ujarnya.

Mengingat JE merupakan merek baru, Jeniari menyarankan agar Agie rajin mengikuti berbagai pameran dan ajang fashion besar, seperti Indonesia Fashion Week, sehingga bisa lebih dikenal. “Selain itu, sebagai pemilik merek ia pun harus mau mendengar masukan dari konsumennya, sehingga makin memperbaiki kualitas sepatu produksinya,” katanya. (*)

Reportase: Tiffany Diahnisa


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved