Entrepreneur

Lye Wai Choong, Membesarkan Klinik Ginjal Tanpa Marketing

Lye Wai Choong, Membesarkan Klinik Ginjal Tanpa Marketing

Jika layanan kesehatan dikomersialisasi, hasilnya akan buruk buat pasien sendiri. Demikianlah keyakinan dokter Lye Wai Choong, nefrologis RS Mount Elizabeth, Singapura sekaligus pemilik klinik Centre for Kidney Disease .

Bukankah fenomena komersialisasi ini yang sedang terjadi di depan mata kita? Dokter spesialis ginjal ini tidak menghindar, ia pun melihat kenyataan yang sama. Meski berpraktik di rumah sakit kelas atas di Singapura, pria asli Malaysia yang tak kagok berbahasa Indonesia ini juga berkiprah di Centre for Kidney Disease, klinik tempat ia bisa mewujudkan idealisme. “A doctor should not market,” tegasnya.

dr. Lye Wai Choong, nefrologis dan pendiri Centre for Kidney Disease di Singapura

Pagi ini (6/4) dengan kacamata klasik dan dasi merah cerah, Lye menjadi salah seorang narasumber dalam sosialisasi tranplantasi ginjal AB0-Incompatible. Ia tak menunjukkan kelelahan, justru dingin, saat menyambut SWA online usai bicara di depan 40-an pasien. Namun setelah bercakap lebih lama, rupanya kelahiran 21 Agustus 1959 itu murah tawa juga. Ikuti obrolan santai SWA online dengannya.

Apakah kedokteran memang ketertarikan Anda sejak awal?

Dulu, saya belajar kedokteran karena hanya itulah hal yang tepat untuk dilakukan. Biayanya terjangkau. Layak dipelajari. Ya, jaman saya tidak seperti sekarang. Jenis profesi masih sedikit dan hanya yang mendasar, entah dokter, insinyur, akuntan, pengacara. Saya pilih saja mana yang lebih saya sukai.

Boleh ceritakan proses Anda membekali diri hingga jadi seorang nefrologis?

Tahun 1976 ketika berusia 17 tahun, saya pergi ke Australia untuk belajar kedokteran di University of New South Wales. Selulus dari situ dengan predikat First Class Honours, saya kembali ke Malaysia 5 tahun untuk praktik di rumah sakit.

Lalu saya memilih spesialisasi ginjal di Singapura. Soal memilih spesialisasi, kadang-kadang dokter bisa memilih mana yang ingin dipelajarinya. Tapi pada keadaan berbeda, bisa saja tidak posisi yang tersedia. Bagaimanapun juga, saya menikmati pekerjaan saya ini. Kita kan, tidak bisa tahu apakah kita spesialisasi ini sebelum benar-benar melakukannya. Seperti itulah hidup.

Lima tahun setelah menamatkan studi spesialisasi, saya mulai bekerja di Mount Elizabeth pada 1994.

Selain berpraktik di Mount Elizabeth, Anda membuka klinik juga?

Benar. Saya masih menerima konsultasi pasien di klinik saya, Centre for Kidney Disease, di Orchard Road, Singapura. Saya memulainya bulan September 1994 dan sampai sekarang masih aktif. Dengan 1 orang partner dan 5 staf, termasuk perawat dan petugas adiministrasi, saya bisa melayani 50-60 pasien per hari. Banyak yang datang beberapa bulan sekali. Mereka bukan orang Singapura saja, melainkan Indonesia, India, Banglasdesh, Vietnam. Klinik ini memang khusus untuk pasien ginjal.

Dengan pasien sebanyak itu, bagaimana Anda mengatur waktu?

Saya sendiri tidak tahu. Ha ha ha. Memang klinik sedang dalam proses menjadi besar. Konsekuensinya, saya jadi sangat sibuk. Saya juga harus sering bepergian. Kalau sudah capek, rasanya ingin tinggal di rumah saja. Tapi, jarang sekali ada waktu luang.

Jika kebetulan punya waktu luang, apa yang Anda lakukan?

Saya hobi mengumpulkan barang antik. Ada porselin, furnitur, dan sedikit lukisan baik dari Singapura maupun Malaysia. Setelah mengalami hari yang sibuk hobi ini membantu saya menjernihkan pikiran dan rileks.

Pasien Anda datang dari berbagai negara. Bagaimana mereka bisa tahu tentang Centre for Kidney Disease?

Saya harap, pasien dari Asia ini datang karena kami memberi mereka perawatan yang baik. Tapi biasanya, mereka tahu tentang saya dari pasien lain. Penyebaran lisan (word of mouth) memang paling bisa diandalkan. Saya tidak lakukan promosi. Saya tidak punya situs internet, Twitter, Facebook, ataupun Google Ad. Bahkan kartu nama tidak saya bawa, hanya ditinggal di kantor. Ha ha ha.

Buat profesional di bidang medis seperti Anda, apa yang jadi tantangan utama?

Saya harus menyesuaikan perawatan yang diberi pada pasien dan memastikan bahwa langkah itu tepat untuk pasien tertentu, pada waktu dan keadaan tertentu. Ada banyak tindakan yang bisa diambil, tapi apakah itu tepat untuk pasien ini? Saya yakin, para dokter lain juga mengalami tantangan yang sama.

Pasti punya rencana jangka panjang untuk klinik Anda.

Rencana jangka panjangnya adalah menyerahkannya pada mitra saya agar dia melanjutkan merawat pasien. Kan, butuh rencana suksesi juga. Dan bila nantinya dibutuhkan, klinik akan merekrut lebih dokter baru.

Dalam jangka pendek, bagaimana Anda mau mengembangkan klinik ini?

Saya hanya melakukan terbaik untuk merawat pasien. Saya tak pernah menargetkan penambahan pasien atau pengembangan bisnis. Tak ada rencana pemasaran. Jadi, kerja profesional murni.

Sayangnya akhir-akhir ini, layanan kesehatanan dijadikan bisnis. Jika layanan kesehatan dikomersialisasi, hasilnya justru sangat buruk buat pasien. Menurut saya, menyedihkan sekali.

A doctor should not market. Jangan dijadikan bisnis. Kami tidak seperti restoran. Restoran bisa punya banyak pelanggan yang menulis hal bagus kemudian membuat restoran itu menjadi bintang 1 atau bintang 5. Kalau dokter kan, tidak ada bintang 1 atau 2.

Apa Anda masih punya mimpi yang lain?

Tidak. Saya sudah bahagia dengan karier saya sekarang. Buat saya justru pencapaian terbesar terjadi saat saya membuat pasien sehat dan memberi perubahan dalam hidup mereka. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved