Entrepreneur

Masyarakat Bawah dalam Bidikan Ruma

Oleh Admin
Masyarakat Bawah dalam Bidikan Ruma

Apabila Anda menemui seorang ibu rumah tangga di pedesaan yang begitu lincahnya memainkan jarinya pada layar sentuh ponsel tablet, jangan heran. Walaupun sang ibu hanya berjualan pulsa atau membuka warung kecil-kecilan, hal tersebut tak lagi mustahil sejak hadirnya Ruma Market Intelligence.

Ruma Market Intelligence merupakan bagian dari proyek Application Laboratory (AppLab) tahun 2010 lalu. Alat survei mobile tersebut dapat membantu perusahaan memahami kebutuhan dan minat konsumen berpenghasilan rendah. Masyarakat kurang mampu juga mendapat penghasilan tambahan dari survei tersebut. Itulah yang menjadi nilai tambah Ruma Market Intelligence dibandingkan alat survei lainnya.

Para pengusaha kecil memiliki kesempatan memperoleh pendapatan tambahan dengan menjadi responden dan melakukan survei di kalangan konsumen mereka sendiri. Mereka juga dapat melakukan survei ke lebih dari 1,5 juta konsumen di dalam jaringannya untuk menguji suatu produk atau strategi pemasaran baru.

Ruma Market Intelligence membantu kalangan bawah ini dengan memberikan komisi per responden survei. Untuk satu responden, mereka bisa memperoleh Rp 5000 hingga Rp 20.000. Umumnya pengusaha mikro tersebut meraup komisi Rp 50.000 per hari.

Survei yang dilakukan Ruma Market Intelligence hanya memakan waktu dua minggu. Dukungan teknologi dari Qualcomm, Grameen Foundation dan Wireless Reach yang membuat survai tersebut dapat dilakukan dalam waktu singkat. Ruma alias Rekan Usaha Mitra Anda memanfaatkan ponsel tablet berbasis Android. Tidak dipungkiri bahwa mengedukasi penggunaan tablet untuk masyarakat kurang mampu bukan hal yang mudah.

Saat ini Ruma telah hadir di tiga propinsi di Pulau Jawa. “Kami mau memperkuat basis di Pulau Jawa dulu,” tutur Aldi yang meraih gelar MBA dari Harvard Business School. Ia pun mengungkapkan bahwa Ruma telah merangkul lebih dari 1,5 juta penduduk sebagai responden. Dengan angka tersebut, Aldi mengaku berani berkompetisi dengan market intelligence multinasional sekalipun.

“Harga kami di bawah market intelligence multinasional. Tapi memang masih lebih tinggi dari yang lokalan karena kami sudah meninggalkan metode survei tradisional dengan kertas dan pena. Kami berbasis teknologi,” ujarnya penuh percaya diri. (Tika Widyaningtyas/EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved