Entrepreneur zkumparan

Pengusaha Sekaligus YouTuber Beromset Ratusan Miliar Rupiah

Chandra Putra Negara. (Foto : Istimewa)

Chandra Putra Negara adalah pengusaha, motivator bisnis, dan YouTuber asal Surabaya, Jawa Timur. Ia mendulang penghasilan dari berbagai lini bisnis yang dijalankan oleh perusahaan yang didirikannya (Co–Founder) bersama sepuluh orang, yakni PT KK Indonesia, CPN Training & Consulting, CV Graha Kencana Interior, CPN Publishing, PT CPN Media, SB30 Store, dan AHHA Store. Seluruh perusahaanya ini dibawah naungan induk usaha, CPN Group.

Chandra mengatakan jumlah total pegawai CPN Group itu ratusan karyawan yang tersebar di berbagai lini bisnisnya itu. “Omset KK Indonesia yang paling besar, omsetnya bisa mencapai ratusan miliar rupiah per tahun dan total aset termasuk gedung, kantor pusat dan cabang, aset gudang, mobil dan lainnya yang juga mencapai ratusan miliar rupiah,” tutur Chandra saat dihubungi SWAonline di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Nilai aset CPN Group bakalan membengkak apabila menghitung valuasi aset digital lantaran jumlah follower/subscriber di akun media sosial terverifikasi Chandra itu cukup banyak. Sebagai contoh, Chandra memiliki kanal di YouTube dan akunnya ini diberi judul Succes Before 30. Jumlah subscribers di akunnya pada awal Juni 2020 ini sebanyak 2,52 juta. Kanal ini membahas beragam topik, antara lain kewirausahaan, perencana keuangan, tips pemasaran, investasi, peluang bisnis, dan pengembangan diri. Di kanal ini, Chandra acapkali mengundang tokoh inspiratif atau pengusaha nasional untuk berbagi ilmu. Misalnya saja diskusi bersama Sandiaga Uno mengenai solusi di masa pandemi Covid-19 yang diunggah pada 24 April 2020.

Selain kanal ini, Chandra mengelola kanal Delish Tube Id, SB30 Health dan Teknobie. Jumlah subscribers-nya masing-masing sebanyak 8 ribu, 1,5 juta dan 213 ribu di awal bulan ini. Delish Tube adalah kanal seputar kuliner, Channel SB30Health mengenai edukasi kesehatan. Teknobie, mengulas teknologi informasi dan tutorial di platform digital. “Kanal Success Before 30 mendapat penghargaan dari YouTube, Silver Play Button di tahun 2017 dan Gold Play Button pada 2018, SB30 Health juga mendapat plakat Silver Play Button pada 2018 dan Gold Play Button di tahun lalu,” tutur pengusaha yang dianugerahi penghargaan Best Of The Best Enterpreneur oleh Indonesia Entrepreneur Award pada Maret 2019 itu.

Chandra tak menampik dirinya mendulang penghasilan dari kanal YouTube tersebut. “Rata-rata penghasilan dari YouTube cukup untuk mengelola biaya operasional dari 4 channel dan media digital yang memiliki total 12 karyawan, dan bisa menghidupi CPN Media tanpa harus injeksi dana dari CPN Group,” ujarnya. Untuk menjaga kas perusahaan, manajemen arus kas masuk-keluar dicatat oleh akuntan yang disewa perusahaan. “Tugas akuntan untuk mengkalkulasikan setoran modal awal dan sampai kapan harus balik modal. Tentu semua harus rekening yang terpisah dengan rekening pribadi agar bisa terlihat performa bisnis setiap anak usaha untuk divaluasi dari cash flow dan skala ekonomi,” sebut Chandra. Ia mencontohkan modal awal CPN Media di tahun 2015 senilai Rp 300 juta. Titik impas terealisasi dalam tiga tahun sejak CPN Media didirikan itu.

Kemudian, SB30 Store yang modal awalnya Rp 200 juta di awal 2019, telah mencapai balik modal dan menghasilkan keuntungan per Desember 2019. AHHA Store, unit usaha CPN Group yang bekerjasama dengan CPN Group, beroperasi sejak April 2019. “Saat ini, sudah break event point (BEP) 80 % dari modal awal, sekitar 80% dari total omset AHHA Store dikontribusikan dari penjualan online dan 60% dari total penjualan online ini berasal dari pembeli di luar negeri, seperti Taiwan, Hongkong, dan Malaysia. Yang sisanya penjualan domestik. Semoga target BEP dalam dua tahun tercapai dan omset di masa pandemi Covid-19 ini tetap stabil,” ujar Chandra merincikan.

Chandra menjalin kerjasama bisnis dengan Atta Halilintar dengan mendirikan AHHA Store di Surabaya. Toko ini menjual hoodie, bandana, t-shirt, dan produk fesyen dari Atta Halilintar.

(tengah dan kanan) Chandra Putra Negara dan Atta Halilintar. (Foto : Istimewa)

Sebagai pengusaha, Chandra mengelola kas perusahaan dengan mengembangbiakkan penghasilan ke lini usaha yang potensi bisnisnya prospektif dan diinvestasikan ke berbagai instrumen investasi untuk menyokong laju bisnis. “Dana yang tersisa dari penghasilan kami investasikan ke saham, properti, atau logam mulia,” ungkap penulis buku buku Badai Pasti berlalu ini.

Kisah sukses Chandra ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Jejak kewirausahaanya dimulai dari titik nol. Ia bukan anak konglomerat. “Sejak saya berusia 12 tahun saya membantu ayah berjualan di toko hasil bumi miliknya dan membantu paman di toko kelontongnya,” ujar Chandra. Peran ayahnya ini diklaim Chandra sangat besar dalam mengasah jiwa kewirausahaan, terutama mental disiplin yang ditempa di dunia olah raga. Ayahnya adalah mantan atlet bola basket.

Sebagai pengusaha, ia pernah menelan pil pahit lantaran salah satu unit bisnisnya mengalami kebangkrutan, yakni Nirwana SPA. Tak hanya itu, Chandra pernah dibekap kerugian gara-gara investasi di valuta asing (forex) tak memberikan cuan. “Kerugian di forex sempat mengganggu kinerja pribadi, piutang yang tidak terbayar, tapi untungnya tidak mengganggu cash flow perusahaan,” kata anak kelima dari enam bersaudara ini. Ia cepat beradaptasi dan memfokuskan pengembangan lini usaha yang prospektif.

Bisnisnya juga pernah mengalami fase kesulitan di tahun 2011-2015 tatkala bertransformasi dari era konvesional ke digital. Resistensi sempat dialami CPN Group. “Kami bersyukur setelah CPN Media beroperasi dalam lima tahun terakhir ini, khususnya di YouTube, telah menopang tiga lini usaha kami yang mengalami pertumbuhan omset sebesar 300% dalam tiga tahun belakangan itu,” ia menjabarkan. Sebelumnya, pengusaha yang dijuluki Mr Nothing Impossible ini mengalami berbagai tantangan ketika merintis karier di dunia direct selling yang ditekuninya pada awal 1990-an.

Melunasi UtangPada 1994, Chandra menamatkan pendidikan SMA dan melanjutkan studinya ke Fakultas Teknik Industri, Universitas Surabaya. Pada 1996, usaha yang dirintis oleh ayahnya terancam gulung tikar dikarenakan terlilit utang bank. Ini ditambah dengan utang ibunya senilai Rp 400 juta lantaran ditipu oleh mitra bisnis.

Chandra berjibaku untuk menyelesaikan masalah kelaurga. Rumah dan toko ayahnya terpaksa dijual untuk membayar utang sehingga Chandra dan keluarganya terpaksa harus mengontrak rumah untuk melangsungkan kehidupannya. Hasil penjualan aset orang tuanya belum bisa melunasi seluruh utang keluarga. Chandra memutuskan untuk menjadi guru les privat dari rumah ke rumah untuk menambah uang saku serta meringankan beban orang tuanya.

Kala itu, Chandra mulai berkenalan dengan dunia direct selling/penjualan langsung dan menekuni bisnis ini dan membukukan kesuksesan finansial sehingga bisa membayar utang keluarga sebesar Rp 400 juta. Pendek cerita, Chandra berhasil mewujudkan impiannya menjadi Diamond Star Director di KK Indonesia. Ia menggapai jenjang karier tertinggi sebagai Crown Star Director di Juli 2000. Dan akhirnya melalui proses perjuangan yang maksimal, Chandra di tahun 2003 berhasil menyelesaikan semua utang utang orang tuanya.

KK Indonesia, menurut Chandra, adalah direct selling di bawah APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) dan WFDSA ( World Federation Direct Selling Asosiation). “Produk KK Indonesia meliputi 5 lini utama, yakni produk suplemen kesehatan, skin care dan kosmetik kecantikan, perawatan diri, barang-barang konsumsi, dan fashion seperti kalung kesehatan KK Liforce yang banyak digunakan artis,” Chandra menjelaskan. Kini, jumlah reseller KK Indonesia per Maret 2020 sebanyak 1,2 juta reseller. “Dan KK Indonesia berencana IPO di tahun 2025,” ia menambahkan.

Mulanya, Chandra memulai karier di KK Indonesia sebagai reseller. Jenjang posisinya kian meningkat seiring dengan keberhasilannya menjual produk KK Indonesia. Saat ini, Chandra adalah salah satu Co–Founder dari sepuluh orang pendiri KK Indonesia. “Boleh dikatakan saya sebagai Co–Founder KK Indonesia, ketika perusahaan ini didirikan hanya 10 orang dan Managing Director-nya adalah Dato Dr Andrew Ho dari Malaysia,” ia mengisahkan.

Perlahan-lahan, penghasilan Chandra kian meningkat. Ia mengoptimalkan penghasilannya sebagai reseller KK Indonesia untuk berbisnis dengan mendirikan Graha Kencana Interior. Dia tercatat sebagai Komisaris di perusahaan ini. Kemudian, Chandra di tahun 2012 mulai merintis anak usaha ketiga dengan mendirikan CPN Publishing yang modal awalnya senilai Rp 150 juta. Anak usaha keempat didirikan, CPN Training & Consulting, yang memberikan jasa pelatihan kepada perusahaan swasta maupun BUMN.

Lalu, CPN Media berdiri pada 2015 yang didapuk sebagai anak usaha kelima. Ia menggelontorkan modal Rp 300 juta untuk memuluskan operasional empat kanal YouTube dan situs Successbefore30. “Anak usaha keenam, SB30 Store, berdiri pada 2018 dan modal awal Rp 200 juta, menjual merchandise successbefore30 seperti kaos, topi, hoodie, payung, dan lainnya. Di Juni 2019, saya mendirikan anak usaha ketujuh yang mendirikan AHHA Store di Surabaya dengan modal awal Rp 1 miliar dan bermitra dengan Atta Halilintar sebagai partner resmi untuk penjualan produk AHHA di Surabaya dan Jawa Timur,” ucap Chandra merincikan.

Ketujuh anak perusahaan itu didirikan sebagai langkah Chandra melakukan diversifikasi bisnis dan mengintegrasikan ekosistem bisnis. Chandra bermimpi untuk mencetak pengusaha baru di ekosistem bisnisnya. “Ke depannya, kami tetap berkomitmen turut berkontribusi dengan turut membantu bangsa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia karena visi CPN Group adalah Go 1% yaitu 1% penduduk Indonesia harus menjadi entrepreneur,” imbuhnya. Impian Chandra lainnya adalah memuluskan lini bisnisnya untuk go public di Bursa Efek Indonesia di rentang tahun 2020 hingga 2025. Inilah gaya pengusaha kelahiran Surabaya, pada 21 Desember 1976 dalam mengembangkan bisnisnya.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved