Entrepreneur

Resep Sukses Keripik Pisang Suseno Menjadi Ikon Bandar Lampung

Resep Sukses Keripik Pisang Suseno Menjadi Ikon Bandar Lampung

Di Pulau Sumatera, tepatnya di Kota Bandar Lampung, terdapat satu merek keripik yang ikonik, yakni Keripik Pisang Lampung Suseno, yang beralamat di Jalan Ikan Kakap 78, Teluk Betung. Disebut ikonik karena memang keripik aneka rasa yang dibesut oleh Natalia itu kerap menjadi buruan pelancong yang menyambangi kota itu. Seolah-olah tidak sah meninggalkan Bandar Lampung tanpa memboyong keripik yang dirintis oleh Natalia 46 tahun silam itu. Tak mengherankan, setiap hari tak kurang dari 2,5 ton keripik yang berbahan dasar pisang ambon itu ludes diborong pembeli.

Ketika diwawancara Majalah SWA melalui sambungan telepon, Natalia tak pernah menyangka, pisang ambon yang ia dapatkan dari penjual pisang di dekat rumahnya akan menjadi awal dari lahirnya bisnis keripik pisang yang ia geluti saat ini. Pasalnya, di tahun 1970, ia hanya menggoreng keripik pisang untuk mengisi waktu senggang di sela-sela aktivitas membantu usaha Roti Suseno milik kakaknya di Bandar Lampung. “Saat itu ada seorang pedagang pisang yang menjual pisang ambon, namun rasanya masih kurang enak. Akhirnya, muncul ide saya untuk menggoreng keripik tersebut,” katanya.

Ternyata dari 5-10 sisir pisang ambon yang diolahnya menjadi keripik untuk pertama kali, konsumen langsung jatuh hati. Dari situ Natalia menyeriusi bisnis keripik pisang dengan menitipkan ke para tukang roti dan beberapa toko di Bandar Lampung dengan menggunakan mikrolet. “Rasa keripik kami menyebar dari mulut ke mulut sehingga cepat sekali banyak permintaan. Selain itu, dulu juga belum ada yang menjual keripik pisang seperti saya,” ujarnya.

Pada 1980, Natalia yang dibantu empat karyawan mulai menggunakan kemasan kardus sebagai pengganti kemasan kaleng. Pasalnya, kemasan kaleng membuat produknya lekas hancur.

Natalia mengaku, sepanjang perjalanan bisnisnya hampir tak ada kendala berarti. Meski demikian, memang ada tantangan berkala, yakni pasokan pisang ambon yang kerap berkurang di musim kemarau. “Saat musim kemarau. Kadang pisangnya masih terlalu muda dan belum enak digoreng. Kalau di Lampung sedang susah, kami membeli pisang dari Bengkulu. Tetapi, harganya lebih mahal karena terkena biaya ongkos kirim dari pihak penjual di Bengkulu,” ia menjelaskan.

Natalia, dan kini Siane Herawati, menantunya yang meneruskan pengelolaan bisnis, terus berupaya menjaga kualitas produknya dengan cara menggunakan resep yang sama. “Kami menggunakan bahan pisang ambon untuk membuat keripik, bukan pisang kepok. Rasanya tentu berbeda antara pisang kepok dan pisang ambon karena (pisang ambon) memiliki karakter yang kering saat digoreng,” ujar Natalia.

Saat ini Keripik Pisang Suseno mempekerjakan 20 karyawan. Dari pabriknya yang berlokasi di Jalan Hayam Wuruk, Bandar Lampung, tak kurang 1,5-2,5 ton keripik pisang dihasilkan saban hari. “Hasil produksinya memang bervariasi, tergantung pada ketersediaan bahan baku pisang,” kata Natalia seraya menambahkan, varian rasa manis dan cokelat kerap diburu konsumen.

Berkat kerja keras Natalia, lambat laun Keripik Pisang Suseno menjadi oleh-oleh khas Kota Bandar Lampung. Kini, Keripik Pisang Suseno pun sudah menyambangi Jakarta. Supermarket seperti Total Buah juga hypermarket Carrefour turut memesan produknya untuk gerai-gerainya di Jakarta dan Medan.

Memang tak mudah mempertahankan produk yang telah menjadi ikon daerahnya masing-masing. Godaan yang muncul dari para pesaing yang menawarkan harga lebih murah telah menjadi tantangan sehari-hari. Toh seperti yang diungkapkan Natalia, keinginan untuk memuaskan konsumen berhasil memacunya untuk terus mempertahankan kualitas produknya. Itu sebabnya, Keripik Pisang Suseno masih menggunakan gula asli dan minyak goreng merek tertentu karena mampu menghasilkan keripik dengan tingkat kematangan yang baik. “Kami berupaya tetap menjaga standar kami meskipun dampaknya agak sedikit menurun jumlah penjualan,” kata Natalia yang menjual produknya Rp 55 ribu-60 ribuan per kg.

Selain keripik pisang, Natalia kini juga merambah bisnis lain, yakni katering dan Sambal Udang Suseno. Meski demikian, ia terus berupaya mengembangkan Keripik Pisang Susesno. Kalau memungkinkan, ia pun ingin membawa produknya ke mancanegara. “Sempat beberapa kali pemerintah mengajak kami untuk membawa produk ke luar negeri, tetapi sampai saat ini belum terealisasi. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa cepat kami bekerja sama dengan pemerintah,” ujar Natalia penuh harap. (Hana Bilqisthi)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved