Entrepreneur

Renaldo Panggabean, dari Bankir Menjadi Owner Resto Radja Ketjil

Renaldo Panggabean, dari Bankir Menjadi Owner Resto Radja Ketjil

Berawal dari seorang bankir Renaldo Panggabean akhirnya sukses dengan bisnis kulinernya Radja Ketjil. Berbeda dengan restoran yang lain, restoran yang pertama kali muncul tahun 2007 ini menyajikan makanan khas peranakan dengan campuran makanan asli Indonesia. Restoran ini pertama kali dibuka di jalan Fatmawati daerah Terogong ”Kebetulan saya punya rumah di sana, jadi pakai rumah itu dan dijadikan restoran pertama”.

Pilihan Foto 4_Compressed

ket foto : Renaldo Panggabean Pemilik Restoran Radja Ketjil

Menurutnya, bisnis ini adalah bisnis “gak niat” yang berlanjut serius hingga saat ini.” Awalnya itu cuma kumpul-kumpul di rumah saya, kebetulan keempatnya ahli di bidangnya masing masing seperti marketing, pemasaran, dan lain-lain. kebetulan salah satunya adalah chef yang bersemangat untuk membuka restoran, karena saya juga suka makan akhirnya dibuatlah restoran ini, ” ujar pria 48 tahun tersebut.

Pertama kali membuka restoran, ia masih bekerja di salah satu bank hingga akhirnya memutuskan untuk keluar. “ Awalnya saya masih kerja double, namun restoran ini banyak menarik peminat dan beberapa di antaranya adalah pemilik mal, kebanyakan dari mereka bilang ‘restoran ini harus masuk mal!’ dari situ kami mulai serius dan saya melepas pekerjaan saya sebagai bankir”.

Selain itu, ia pun mendirikan PT Resanel Prima Hutama pada tahun 2008 sebagai salah satu bentuk keseriusannya. Setelah itu, restoran dengan modal awal Rp300-500 juta ini, mulai memasuki mal-mal yang ada di Jakarta. Restoran ini pun sukses membuka 7 cabang seperti di Pondok Indah mal, Gandaria City, dengan target pasar orang-orang berkeluarga yang ingin menghabiskan waktu bersama.

Omsetnya pun cukup fantastis namun menurutnya, jumlah omset dsesuaikan dengan letak outlet itu sendiri. Namun ia memperkiran untuk setiap outlet kira-kira bisa menghasilkan perkisaran 150 hingga 500 juta perbulan. Di musim hujan, omset bisa menurun 20-30%, tergantung dari lamanya musim hujan.

Namun ia pun tak menginginkan musim hujan menjadi penghalang dan disiasati dengan memberikan layanan delivery pada beberapa outlet Radja Ketjil, salah satunya di outlet Lotte Mart di Bintaro.

Untuk itu ia pun memutuskan untuk membuka restoran baru dengan target orang-orang yang bekerja dan sering berpegian sendiri.” Kami juga membuka restoran lain yang namanya Saribanon di Teras Kota dan Tangerang City Mal. Berbeda dengan Radja Ketjil yang untuk seorang sekali makan bisa habis Rp70.000 – 150.000, restoran Saribanon cukup terjangkau karena di bawah Rp 50.000 sudah bisa makan sama minum. Targetnya memang orang-orang menengah ke bawah dan suka makan sendiri. Variasi menunya pun berbeda dengan mengandalkan makanan Indonesia seperti nasi goreng hijau yang menjadi menu andalan”.

Namun untuk pengembangan restoran ia mengaku tak main-main karena kepuasan pelanggan adalah nomor satu. Resanel Prima Utama memiliki R&D sendiri sehingga mereka sering melakukan uji coba serangkain menu. Menurut ayah 2 anak ini, dalam setahun mereka selalu mengeluarkan menu baru atau mengganti menu yang dianggap kurang laku di pasaran.

Selain kualitas makanan yang terjaga, kakak dari Tika Panggabean ini pun mengaku hanya menarik orang-orang terdekat saja untuk bekerja di perusahaan yang memiliki 300 karyawan tersebut. “Bisa dibilang ini perusahaan keluarga, Tika juga menjadi salah satu ownernya, karena dia public figure, dia pun menjadi Public Relation kami. Namun bukan berarti kami mengandalkan dia sepenuhnya karena kami tetap harus menjaga kualitas dan rasa makanan untuk menarik dan menjaga pelanggan” ujar pria lulusan Universitas Parahyangan jurusan Ekonomi ini.

Ke depannya ia ingin mengembangkan restoran Radja Ketjil ini keluar Pulau Jawa dan saat ini ia sedang mencari partner seperti di Manado, Balikpapan, dan Makasar. Selain itu ia pun ingin mengembangkan restoran Saribanon karena menurutnya pasar restoran ini cukup menjanjikan. Hal ini dikarena harganya yang lebih terjangkau serta memiliki lebih banyak pilihan menu makanan.

“Kami baru membuka restoran ini 2 tahun setelah Radja Ketjil karena kami juga harus bisa menjangkau kelas menengah ke bawah. Ternyata cukup laku meskipun omsetnya lebih kecil daripada Radja Ketjil namun bisnis profitnya cukup ok, sehingga saya ingin restoran ini bisa berkembang dan keluar pulau Jawa, kalau jadi tahun ini”. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved