Entrepreneur

Riel Tasmaya & Rifat Sungkar Pelopori Kafe Ping Pong

Riel Tasmaya & Rifat Sungkar Pelopori Kafe Ping Pong

Riel Tasmaya, Rifat Sungkar, dan beberapa temannya yang tergabung dalam sebuah konsorsium dari empat perusahaan membangun PongMe!, sebuah lounge atau kafe yang menyediakan fasilitas bermain ping pong (tenis meja) pertama di Indonesia. Kafe yang terletak di Jalan Gunawarman No. 7 ini mempunyai 8 meja ping pong, yang terdiri atas lima meja ping pong kasual dan 3 meja ping pong VIP ikonik. PongMe! menawarkan sarana hiburan yang sangat unik yang menyesuaikan gaya hidup anak muda masa kini.

Di bisnis lounge ini, Riel berperan mengurusi finansialnya, mengingat latar belakangnya sebagai pengusaha di bidang pelabuhan, sementara Rifat bisa dibilang sebagai brand ambassador-nya, karena dia merupakan sosok yang lebih dikenal publik karena prestasinya di dunia balap. Mari simak wawancara khusus reporter SWA Online, Ria E. Pratiwi, dengan pengusaha muda pemilik PT Ranji Karya Sakti, kelahiran 26 November 1978 (Riel) dan, pembalap nasional kelahiran 22 Oktober 1978 (Rifat), mengenai usaha mereka yang baru berjalan sejak September 2013 tersebut.

Rifat Sungkar (Kiri) dan Riel Tasmaya (Kanan)

Rifat Sungkar (Kiri) dan Riel Tasmaya (Kanan)

Siapa yang memiliki PongMe! lounge ini?

Riel Tasmaya (RT): Perusahaan yang memiliki ini adalah PT RFT Management, PT Gilang Media Group, PT Rajasa, dan PT Hasnoputro. Jadi PongMe! ini adalah milik konsorsium dari empat perusahaan tersebut. Tiap PT itu bergerak di bidang yang berbeda, satu bergerak di bidang IT, lalu ada di digital marketing, finansial, dan olahraga, akhirnya kita kolaborasi jadi satu.

Rifat Sungkar (RS): Lounge ini (terbentuk) berdasarkan keinginan saya dan teman-teman hangout saya. Masing-masing owner punya latar belakang yang berbeda-beda, tapi semua tetap ingin having fun. Jadi kita membuat lounge atau kafe ini, di mana everybody can play ping pong with their outfit, orang mau datang pakai baju apapun tidak masalah. Semua orang bisa datang dan bersenang-senang, tapi memang harus ditemani dengan desain tempat yang unik, warm, dan cozy.

Bagaimana awalnya mau berinvestasi di restoran ini?

RT: Jadi awalnya kita melakukan riset untuk membaca apa maunya market, lalu melihat arah tren di Jakarta ini maunya ke mana. Kedua, kita membuat feasibility study, dan di sini kita mengukur investasi yang akan kita keluarkan itu sampai seberapa.

Ide awalnya membangung PongMe! ini dari siapa?

RT: Ide awalnya ini dari riset itu. Jadi kita melakukan riset itu sampai satu tahun, untuk mengumpulkan berbagai macam ide.

Anda (Riel) dengan Rifat kan teman main (nongkrong), berarti memang sering membicarakan untuk membangun bisnis seperti ini ya?

RT: Karena kita ini satu lingkungan, teman main bersama, lalu kita ingin menghasilkan sesuatu yang positif juga, maka salah satunya ini. Ini mungkin baru yang pertama, nanti akan datang lagi beberapa bisnis yang baru lagi (bersama).

RS: Kita semua teman lama, suka nongkrong bareng, (lalu ngobrol) masing-masing bisa bikin apa, akhirnya tercipta ide (membuat kafe) ping pong ini.

Kenapa yang dipilih adalah olahraga ping pong ini?

RT: Olahraga ini dipilih karena pada awalnya kita mencari sesuatu yang menarik orang untuk datang. Sekarang ini, trennya orang Jakarta adalah ingin hidup sehat. Jadi kita ingin orang bisa bersosialisasi atau membangun networking, tapi bisa hidup sehat juga. Jadi misalnya kalau futsal kan kita harus ke lapangan bola rame-rame, ganti baju dulu, sementara ini (ping pong) kan tidak, lebih simpel.

RS: Ada beberapa alasan mengapa kita mengambil tema ping pong, yakni hal ini tidak terbentuk begitu saja, karena kami sudah riset setahun untuk mendapatkan ide ini. Kita kapan pun dan dimana pun suka main ping pong. Ini game interaktif yang bisa dimainkan di mana saja. Ping pong bisa dimainkan 2, 4, sampai 8 orang. Kita juga ada host di sini, yaitu mbak Ade (mantan atlit ping pong), untuk coaching orang-orang yang tidak bisa main ping pong.

Kenapa akhirnya kalian mau terjun ke bisnis food and beverages (F&B) ini? Apa menariknya bisnis ini?

RT: Karena kita melihat bisnis F&B ini, walaupun sudah ramai, tapi sebenarnya market-nya masih besar. Karena orang Jakarta cukup unik. Di satu sisi, mereka sangat “lapar” untuk mencari sesuatu yang baru terus, tapi di sisi yang lain, mereka juga kritis dengan kualitas makanan, servisnya, dan segala macam. Jadi kita melihat market-nya masih besar untuk membuat sesuatu yang baru asal ada unique selling-nya.

Berapa jumlah investasi yang Anda gelontorkan bersama teman-teman untuk bisnis ini pada awalnya?

RT: Investasinya lumayan lah, haha.. Dari empat perusahaan yang mendirikan ini ada komposisinya masing-masing.

Bagaimana animo dari pengunjung sejak awal dibuka September lalu?

RT: Alhamdulillah, animo masyarakat cukup positif. Bisa kita bilang, sekarang ini setiap weekend, bahkan setiap hari pun cukup penuh pengunjungnya. Tapi memang lebih penuh di weekend, karena trennya sekarang orang lebih senang kumpul-kumpul (dengan teman dan keluarga) pada saat itu.

Jadi sasaran konsumen restoran ini lebih ke eksekutif muda, keluarga, atau apa?

RT: Sebenarnya target market kita bervariasi. Awalnya untuk orang pekerja atau kantoran, anak kuliahan, tapi ternyata ketika kita buka dengan konsep ping pong ini, yang suka olahraga ini bervariasi, dari yang sudah senior sampai yang anak kecil juga suka.

Berapa harga yang ditawarkan untuk menyewa meja ping pong, serta makan di sini?

RT: Range harga disesuaikan dgn harga pasar di sekitar sini. Meja ping pong bisa sewa per jam Rp 80 ribu, dan itu bisa dapat 4 bat ping pong. Lalu, untuk makan, total orang spend makanan dan minuman di sini bisa sampai Rp 100-150 ribu.

Bagaimana dengan jenis makanan dan minuman di sini?

RS: Kita juga concern terhadap kualitas makanan. Ide (untuk makanan) berbeda-beda dari kami semua (founder PongMe!), tapi memang tidak bisa dituangkan untuk makanan yang berat-berat. Tadinya ada 50 menu makanan dan minuman yang kami pikirkan, tapi kemudian disortir sampai akhirnya jadi menu yang ada sekarang. Karena masyarakat Indonesia memiliki lidah yang arahnya ke (makanan) manis, jadi ada dessert yang enak juga. Kita memang menyewa profesional untuk mengurusi F&B di sini, supaya dari awal sampai akhir sama rasanya, karena makanan di sini harus punya kualitas yang baik dan harus dilayani dengan cepat. Harapannya customer bisa minum-minum dan makan-makan sambil main ping pong, terus pulang dari sini dengan happy.

Mengapa Anda dan teman-teman memutuskan untuk membuka lokasi di sini (Jalan Gunawarman, Jakarta Selatan)?

RT: Sebenarnya kita hunting lokasi ini cukup lama, sekitar enam bulan. Kita memang fokus untuk daerah sentral bisnis ini, karena di sini merupakan yang paling strategis secara lokasi. Akhirnya kita menemukan tempat ini dan membuka di sini. Jadi dari brainstorming, sampai akhirnya soft launching, kita menghabiskan waktu setahun.

Apa sebelumnya Anda dan teman-teman sudah mencoba untuk membuka jenis bisnis yang lain juga?

RT: Kita masing-masing memang sudah punya bisnis yang berjalan sendiri-sendiri. Tapi bisnis yang berbarengan baru ini.

Bagaimana Anda melihat persaingan bisnis sejenis ini di Indonesia, khususnya Jakarta? Apakah ada restoran lain yang juga menyajikan ping pong?

RT: Berdasarkan riset kita dan informasi yang kita dengar, konsep restoran (dengan ping pong) seperti ini merupakan yang pertama di Indonesia. Mungkin di Asia juga baru ini.

Saya tadinya berpikir bahwa ini franchise, tapi bisnis ini berarti murni buatan anak dalam negeri ya?

RT: Ya, memang ini bukan franchise dari luar negeri. Malah ada beberapa pihak dari luar negeri yang mengajak kita bekerja sama. Mereka ada yang mengundang kita ke sana. Jadi kita lihat lah bagaimana perkembangannya nanti.

Bagaimana pemasaran PongMe! yang sudah dijalankan sejauh ini, dan rencana pemasaran ke depan?

RT: Pada awalnya, kita memasarkan ini lewat social media, yakni Twitter, Facebook, Instagram, dan sebagainya. Itu cukup kencang dilakukan, dan juga lewat word of mouth. Lalu, kita juga menginginkan bahwa setiap minggu itu akan ada event rutin di tempat kita. Ini untuk membuat customer tidak bosan, karena selalu ada yang baru. Misalnya akan ada event Ping Pong with Models, Beer Pong, atau mungkin nanti akan kita datangkan atlit ping pong nasional. Pemilik PongMe! juga ada yang public figure (jadi bisa membantu pemasaran), seperti Mario Lawalatta, Rifat Sungkar, Ashanty, dan Patrick Effendy (produser Coboy Junior).

Apa targetnya ke depan? Misalnya mencapai break event point (BEP) kira-kira kapan?

RT: Ya, insya Allah, secepat mungkin. Haha.. Kalau melihat animonya di sini, ya kita optimis lah akan meraih itu dengan cepat.

RS: Tapi kita memang tidak ingin langsung (jadi bisnis) besar, tapi pelan-pelan saja sambil berjalan, misalnya dengan membuka kafe dari siang hari terlebih dulu. Kita juga membangun team work yang baik, yaitu kita ingin memasarkan bisnis ini secara baik, karena ini untuk kepentingan bersama juga. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved