Entrepreneur

Rizki Raup Omset Puluhan Juta dari Gantungan Kunci

Rizki Raup Omset Puluhan Juta dari Gantungan Kunci

Perseteruan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Haji Lulung, anggota DPR dari Fraksi PPP soal Tanah Abang yang banyak preman dan ramai dibicarakan tahun 2015, menjadi inspirasi bisnis bagi orang yang kreatif. Dan sosok itu adalah Rizki Auliadi, owner Evriz Souvenir & Craft, yang memanfaatkan peluang itu dengan memproduksi gantungan kunci bergambar Haji Lulung dari bahan clay.

Sepak terjang Rizki dimulai selepas SMA, kesulitan mencari pekerjaan. Selama 1,5 tahun mondar-mandir ikut tes panggilan kerja. Hingga akhirnya seorang saudaranya memberikan buku cara membuat pernak-pernik dari bahan clay. Siapa sangka, bermula dari situlah pada 2015, lelaki muda ini meraih sukses berjualan gantungan kunci Haji Lulung secara online di Tokopedia.

Rizki Auliadi Pemiliki Evriz Souvenir and Craft

Rizki Auliadi Pemiliki Evriz Souvenir and Craft

Jika dulu Rizki memburu pekerjaan, kini dia malah bisa mempekerjakan 15 karyawan dan sudah memiliki banyak agen yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan, dia sering memberikan pelatihan gratis pada orang-orang tidak mampu. Pelatihan ini dilakukan di Bogor, karena dirinya terpacu mendorong orang di sekitranya ikut maju.

“Sejak SMP saya sudah bekerja mulai dari ngamen, kenek angkot, dll. Saya hidup di jalan dari pagi sampai malam, pulang jam setengah 9 malam lalu membuat gantungan kunci, bros, serta lainnya. Dalam sehari bisa buat 2 lusin,” jelasnya. Dengan modal awal Rp 35.000 Rizki mulai menjual produk gantungan kunci pada teman-temannya pada bulan-bulan pertama berbisnis.

Awalnya ia memberikan harga teman, yakni Rp 5000 hingga Rp 10.000. Kemudian, dia memasarkan produknya pada saat car free day, dari jam 04.00 WIB dan mampu memperoleh omset hingga Rp 700.000 ribu sehari. Sisanya dijual ke sekolah-sekolah dasar. Tahun 2009 Rizki mulai mengenal internet dan memasarkan produknya melalui social media.

Walaupun, awalnya konsumen tipis, tapi lulusan SMAN 4 Bogor ini percaya bahwa ke depannya penjualan melalui daring akan menguntungkan. Oleh karena itu, dia mulai belajar secara otodidak dengan bersumber pada buku.” Saya sering datang ke toko buku, dan membaca buku-buku bisnis dan pemasaran,” ujarnya mengenang.

Akhir tahun 2009 usahanya mulai menanjak seiring banyaknya pesanan souvenir pernikahan dan aksesoris seperti gantungan handphone. Sociopreneur ini sengaja mengajak 5 orang teman-temannya sesama anak jalanan untuk ikut membangun bisnisnya. Untuk mengembangkan bisnisnya, ia mencoba untuk menjajakan produknya ke mal khusus elektronik di Bogor.

Suami dari Elvira Deliana ini mencoba menawarkan 200 buah gantungan handphone yang sudah dibuatnya. Dari dua mal yang didatangi hanya satu toko yang bersedia membeli semua gantungannya dan dibayar tunai. Dari pengalaman tersebut, mantan anak jalanan ini mulai berbenah diri, ia memotong rambut panjangnya, menggunakan pakaian rapi dan mulai merawat diri.

Selain itu packaging produk juga mulai diganti, yang awalnya hanya dibungkus plastik dengan label fotokopian, kini diubah dengan tampilan yang lebih menarik, omset yang dihasilkan mampu mencapai Rp 17 juta per bulan. Setelah menikah di tahun 2011 usahanya mengalami kegagalan, pria asli Bogor ini akhirnya menjadi sales kosmetik untuk kembali mengumpulkan modal.

Tahun 2012 ia kembali memulai usahanya dengan lebih matang, salah satunya mengganti bahan terigu menjadi bahan impor dari tanah liat sintetis. Kini, produksi dilakukan di Bogor dengan 8 orang karyawan di bagian produksi dan marketing. Dalam satu hari mereka bisa memproduksi 900 pieces, untuk anting, aksesoris, dan gantungan kunci.

Pada 2013, pria berusia 27 tahun ini. harus membuat satu produk yang laku dalam waktu satu hari karena kedatangan 3 orang pekerja yang membutuhkan pekerjaan. Untuk menerima para pekerja ini ia harus memiliki modal terlebih dahulu, mengingat masa lalunya, ia merasa memiliki kewajiban untuk menolong sesama.

Dari situ ia tercetus untuk membuat gantungan kunci Haji Lulung yang di jual hanya 30 pieces dengan harga Rp130.000. Strategi marketing yang digunakan juga unik, yaitu melalui meme-meme yang sedang tren di kalangan anak muda. Produknya langsung terjual dalam waktu satu hari dan dikenal oleh masyarakat luas.

Sekarang, produknya tidak hanya ada di social media, melainkan marketplace seperti Tokopedia. Omsetnya mencapai Rp 80 juta per tahun, untuk proses produksi ia menarik tenaga freelance yang diberikan bahan baku sehingga mereka bisa menghasilkan uang tanpa harus mengeluarkan modal.

Kelak, Evriz Souvenir & Craft akan menjual berbagai perlengkapan dan packaging untuk online shopping. Sejak tahun 2013 tokonya sudah mulai menjual berbagai kebutuhan UKM. Rizki berharap toko onlinenya bisa menjadi supplier yang menyediakan produk untuk UKM, sehingga produknya lebih terjangkau dengan kuantitas lebih banyak. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved