Entrepreneur

Tiga Kelebihan Pengusaha Bergelar Doktor

Tiga Kelebihan Pengusaha Bergelar Doktor

Nugroho Supangat, Chairman and Knowledge Fellow dari Dunamis,

Membangun sebuah bisnis adalah hak setiap orang. Namun jika bisnis tersebut dibangun tanpa fondasi yang kuat, tak pelak akan mendatangkan kerugian. Misalnya, kemampuan melihat peluang, menganalisa pasar dan tingkat pendidikan. Nugroho Supangat, Chairman and Knowledge Fellow dari Dunamis, memaparkan tiga kelebihan pengusaha yang bergelar doktor.

Pertama, pengusaha bergelar doktor biasanya mampu berfikir secara tertata. Hal tersebut dilatarbelakangi karena kebiasaan mereka sering melakukan riset atau penelitian, sehingga ketika membangun sebuah bisnis, mereka memiliki pola pikir yang sistematis, mulai dari perencanaan hingga eksekusi dan evaluasi.

Kedua, pengetahuan yang mendalam. Seorang pengusaha yang notabene adalah peniliti atau doktor, memiliki pengetahuan yang lebih mendalam dibandingkan dengan pengusaha dari latabelakang pendidikan biasa. Karena kemampuan akademis itu, mereka lebih banyak memiliki kecakapan informasi.

Kelebihan terakhir adalah apresiasi terhadap knowledge management. Peneliti yang menjadi pengusaha, menganggap penelitian dalam sebuah bisnis atau perusahaan itu penting, bahkan mutlak dilaksanakan secara berkala, seperti learning and development. Kebanyakan dari mereka menghabiskan waktu untuk penelitian agar menemukan inovasi-inovasi baru demi kemajuan bisnisnya.

“Mereka terbiasa dengan ritual atau prosedur ketika melakukan sesuatu. Jadi, ketika mereka mendapatkan sebuah temuan, mereka tidak serta merta akan menjajakan temuannya tersebut untuk dikomersialkan. Mereka akan menggunakan atau menempuh banyak cara dan tahapan untuk meyakinkan diri bahwa temuannya itu benar-benar bisa diaplikasikan dan dikomersialkan,” jelas Nugroho.

Agar hasil penelitian itu bisa dikomersialisasikan, Nugroho menyarankan, doktor bisa bekerja sama dengan pihak swasta. Misalnya dalam bentuk pendanaan riset dan pengembangan. Jika penelitian tersebut menemukan sebuah hasil, maka proses selanjutnya pengembangan bisnisnya.

“Kebanyakan dari peneliti tidak business oriented, sehingga membutuhkan peran swasta yang memiliki kemampuan bisnis yang kuat. Untuk itu, kolaborasi antar keduanya perlu dilakukan agar temuan mereka tidak sia-sia,” Nugroho menambahkan.

Kerja sama juga mesti dilakukan di perguruan tinggi negeri atau swasta. Seperti di luar negeri, pihak pemerintah atau swasta biasanya menggaet akademisi untuk bisa menciptakan suatu temuan. Namun, tidak demikian dengan di Indonesia. “Memang ada yang menjalankan kerja sama seperti itu, namun kebanyakan perguruan tinggi hanya dijadikan sebagai wadah untuk penelitian saja tanpa ada proses pengembangan ke arah bisnis,” ujarnya. (Ario Fajar/EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved