Profile Entrepreneur

Resto Citarasa Indonesia Ini Ada di 5 Negara

Bisnis kuliner dengan citarasa khas Indonesia sebenarnya punya potensi mendunia. Hanya butuh kegigihan dan paham pasar negara tujuan untuk bisa mewujudkan itu. Pemilik D’Penyetz, Edy Ongkowijaya membuktikan hal ini. Kini, restonya sudah ada di lima negara:i Singapura, Malaysia, Indonesia, Brunei Darussalam dan Myanmar.

Edy mengawali bisnisnya di Singapura tahun 2009. “Saya cinta Indonesia, makanya sekak awal bisnis kuliner, tetap menonjolkan ciri khas makanan Indonesia. Terbukti cita rasa Indonesia tidak kalah dengan cita rasa negara lain. Jaringan bisnis D’Penyetz berkembang hingga memiliki 5 outlet,” kata sebelum penyerahan penghargaan Indonesia Digital Popular Brand Award 2018 di Ayana Mid Plaza Hotel Jakarta (30/08/2018).

Besarnya peminat investor restonya, pada 2011 D’Penyetz mulai diwaralabakan dengan membuka gerai mitra pertamanya di Maju Junction Mall (Jl. Sultan Ismail) Kuala Lumpur, Malaysia. “MIitra pertama kami merupakan salah satu customer setia D’Penyetz yang berasal dari Kota Malaka, Malaysia,” tuturnya. Setelah itu gerai D’Penyetz semakin berkembang hingga menjadi 24 outlet di Kuala Lumpur, Kelantan dan Penang.

Menariknya, setelah berkembang di dua negara tetangga, Edy baru tertarik membuka D’Penyetz di Indoensia pada 2012. “Ada salah satu teman lama yang tinggal di Jakarta tertarik. Awalnya sih skeptis, karena yang kami jual adalah kuliner Indonesia, namun mereknya berasal dari Singapura. Namun ternyata di luar dugaan saya, D’Penyetz sangat diterima. Hingga akhirnya outlet pertama di Indonesia dibuka di ITC Roxy Mas. Setelah itu berkembang hingga menjadi 22 outlet, bukan hanya di Jakarta saja tapi juga mulai dari Aceh, Medan, Siantar, Batam, Palembang, Bandung, Samarinda, Balikpapan, Pontianak, hingga ke Jayapura,” ungkap Edy bahagia.

Ada grup mitra bisnisnya yang memiliki 4 gerai di Batam, baru saja membuka gerai terbesar dengan luas 2.700 m2 di Pekanbaru. Dan akhir tahun ini juga akan merambah Sorong, Timika, Manokwari dan Merauke.

Setelah Singapura, Malaysia dan Indonesia, di tahun 2014 kuliner yang terkenal dengan ayam penyetnya ini mulai dilirik oleh pengusaha dari Brunei Darussalam, yang juga merupakan salah satu pelanggan D’Penyetz di Kuala Lumpur. Kini D’Penyetz sudah ad 3 gerai di Brunei Darussalam.

“Sementara untuk outlet yang di Myanmar sendiri sebenarnya dibuka oleh seorang customer setia di outlet Singapura. Mitranya sendiri Warga Negara Indonesia yang tinggal di Singapura yang mengajak rekan kerjanya yang tinggal di kota Yangon untuk membuka di Yangon. Mereka sangat yakin kalau D’Penyetz akan digemari. Semakin potensial karena banyak Muslim di sana, dan di Myanmar sendiri sangat susah mencari makanan yang halal,” ungkapnya.

Tidak cukup hanya di 5 negara saja. Rencananya D’Penyetz juga akan hadir di Melbourne Australia. “Target ke depannya untuk luar negeri ke Middle East, Amerika dan New Zealand,” katanya. Kini, total ada 119 gerai yang tersebar di lima negara tersebut. Ke depan, tidak hanya dari sisi kuantitas yang menjadi titik konsentrasinya. Akan tetapi juga konsistensi menjaga kualitas. Hal inilah yang menurut Edy menjadi kunci keberhasilan D’Penyetz bisa berkembang pesat dan diterima konsumennya.

Berapa investasi per gerainya? Ia menjawab dibutuhkan Rp 1.,2-1,8 miliar, nilai tersebut sudah termasuk renovasi, equipment, stainless dan lain-lain. Edy sangat paham di era digital ini, digital marketing memegang peranan penting dalam membangun merek D’Penyetz. “Bukan hanya saya, para mitra juga sangat aktif, mereka membangun strategi digital yang bagus terutama melalui media sosial,” terangnya. Tak heran selama dua tahun berturut-turut D’Penyetz meraih Indonesia Digital Popular Brand Award (IDPBA) 2017 dan 2018

“Kami dari pusat support, yang paling getol itu tim dari Batam. Dia itu bisa boosting ke Facebook sampai 20 jutaan lebih dalam sebulan,” katanya. Edy menambahkan, meskipun peran digital marketing untuk bisnisnya sangat penting, tapi menurut dia, itu bukanlah yang menjadi faktor utama. Karena menurutnya, digital marketing lebih ke branding awareness dan branding retention.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved