Profile

Rizki D. Rahmawan, Lewat Tangannya Gula Jawa Menjadi 'Kristal'

Rizki D. Rahmawan, Lewat Tangannya Gula Jawa Menjadi 'Kristal'

Peluang untuk berbisnis bisa ada di mana saja. Bahkan di pelosok desa sekalipun. Asal jeli melihat peluang dan membaca pasar, alhasil peluang untuk berbisnis pun terbuka lebar. Kesempatan ini lah yang dilihat oleh Rizki Dwi Rahmawan, pemuda kelahiran Desa Kemawi, Banyumas pada 26 tahun silam. Bersama rekannya di bawah payung CV Mekanira Nusantara memproduksi gula kelapa kristal yang diberi merek SweetJava.

RizkiAstra

Ia memulai bisnis ini bersama dengan rekan-rekannya ketika duduk di bangku kuliah. Ketertarikannya bermula ketika melihat warga sekitarnya yang mayoritas penderes, menyuplai nira untuk dijadikan gula. Hasil produksi melimpah. Namun, menurutnya produksi nira hanya sampai pada gula merah saja yang sering dijumpai di pasar-pasar. Ia terpikir untuk memproduksi gula merah dalam bentuk kristal. Berkat usahanya, kini ia telah membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat desanya sendiri. Akhirnya, dalam ajang pencarian pemuda inspiratif SATU Indonesia yang diadakan oleh Astra International .Ia terpilih sebagai pemenang. Ia dinobatkan sebagai pemuda inspiratif di bidang kewirausahaan.

Rizki meyakini, bisnis gula kristal ini bisa sampai pasar manca negara. Bagaimana kisah Rizki dalam mengembangkan usahanya? Berikut wawancara Reporter SWA Mochamad Januar Rizki dengan Rizki Dwi Rahmawan:

Apa alasan Anda ikutserta dalam kompetisi Satu Indonesia?

Saya direkomendasikan oleh teman yang berada dalam satu tim usaha ini. Sudah lama pendaftaran di internet tidak ada kejelasan. Saya merasa luar biasa kaget ketika panitia datang ke tempat saya untuk membuat video dokumentasi.

Latar belakang usaha ini?

Saya melihat di kampung saya banyak penderes, dan hasil produksinya banyak. Tapi kebanyakan jadi gula kelapa biasa. Seperti dalam batok atau cetak biasa. Gula kelapa ini dimainkan oleh spekulan. Menjadi gula kristal ini saya belajar ketika di Surabaya. Saya melihat di hotel-hotel ada gula pasir cokelat, tapi itu hanya gula pasir biasa yang dikasih warna cokelat.

Bagaimana perbedaan gula kelapa atau batok biasa dengan gula kristal produksi Anda?

Gula batok biasa itu umurnya pendek sekitar 2 sampai 3 minggu sudah lembab. Dua bulan sudah berjamur. Kalau kristal ini karena serbuk seperti gula pasir bisa sampai 1,5 tahun. Ini karena kadar air yang ada digula kristal rendah di bawah 3 persen. Ini tanpa bahan pengawet.

Apa kendala Anda untuk memproduksi ini?

Ini kan dikumpulkan dari petani. Awalnya, para petani tidak yakin dengan ide saya. Mereka bilang “buat apa sih susah-susah, kalau enggak jadi bisa rugi”. Ini untuk meyakinkan petani kira-kira sampai satu tahun. Kini kami sudah ada tiga orang yang mengelola manajemen. Operasional ada empat orang. Petani 101 orang.

Selain itu, kebersihan petani harus dijaga. Jika tidak bersih, ini akan memengaruhi kualitas nira sehingga proses kristalisasi terganggu.

Sudah ada BPOM?

Belum. Masih dari dinas kesehatan. Urus BPOM biayanya mahal dan birokrasinya ribet.

Bagaimana proses pembuatannya?

Gula jawa dipanaskan terlebih dahulu. Awalnya, pakai sinar matahari awalnya. Sekarang sudah pakai oven.

Produksinya berapa?

Dalam satu bulan kita produksi 2 ribu. Ada dua jenis. Satu dalam bentuk sachet dan refill. Sascet untuk minuman, refill untuk masak. Satu kotak dihargai Rp 25 ribu. Omzet bisa mencapai Rp 100 juta per bulan

Untuk mendapatkan peralatannya?

Ikut pameran-pameran UKM. Kita mendapatkan dari dinas perdagangan kabupaten. Kami juga masih perlu bantuan peralatan untuk mesin pengemas skala pabrik.

Ke depan apa saja targetnya?

Kami ingin menjadi produk yang dikenal sebagai gula sehat. Kami ingin perusahaan ini besar di daerah bukan di kota-kota. Tahun 2014 ini kami ingin meningkatkan jumlah produksi. Sehingga kami bisa diterima di pasar domestik. AFTA tahun 2015 ini kami akan memanfaatkan kesempatan untuk membuka pasar lebih besar hingga manca negara. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved