Profile

Ryan Sim: Penjualan dan Pemasaran Ada dalam Darah Saya

Oleh Admin
Ryan Sim: Penjualan dan Pemasaran Ada dalam Darah Saya

Mulai bergabung sejak tahun 2001, Ryan Sim kini menjabat sebagai General Manager AMD (Advanced Micro Devices) Far East Ltd untuk kawasan ASEAN. Apa yang dikerjakannya saat ini cukup berbeda dari pekerjaan sebelumnya maupun latar belakang pendidikannya. Namun, ia sukses menekuninya. Salah satu bukti, namanya kini terukir di sejumlah penghargaan yang didapat dari perusahaan.

Lantas bagaimana kisah hidupnya selama bekerja di perusahaan produsen prosesor terbesar di dunia ini? Simak petikan wawancara langsung SWA Online dengan Ryan, di Jakarta, minggu lalu.

Kenapa memilih untuk berkarier di AMD?

Saya ditawari kesempatan untuk bergabung di AMD. Itu menjadi alasan yang pertama. Alasan kedua adalah sebuah tantangan yang baru. Saya tadinya bekerja di industri semikonduktor. Perusahaan tempat saya bekerja sebelumnya yakni Cisco dan Advantest. Menurut saya, industri itu cukup lambat. Lantas, saya pun berpindah ke AMD yang saya pandang sebagai sebuah tantangan baru. Saya mendatangi konsumen, berhadapan dengan penjualan ritel, hingga bertemu dengan mitra multi-national corporations (MNC). Saya pikir industri PC (personal computer) lebih dinamis dan menantang. Lagi pula, saya memang lebih menginginkan untuk bekerja di perusahaan Amerika Serikat ketimbang Jepang.

Lalu, pekerjaan pertama di AMD apa?

Saya menjabat sebagai account manager untuk strategic account di MNC global, seperti HP, Acer, Compact, dan Gateway. Waktu itu saya satu-satunya orang yang menangani MNC global untuk wilayah Asia-Pasifik. Belum ada yang pernah melalukan itu sebelumnya.

Setelah 4-5 tahun kemudian, saya pindah untuk menangani bisnis distribusi. Saat itu, saya dekat sekali dengan distributor lokal. Dan 5 tahun belakangan, saya pun bekerja mengelola bisnis AMD di tingkat Asia Tenggara (ASEAN).

Apakah Anda menikmati menangani pekerjaan di bidang pemasaran dan penjualan?

Ya. Penjualan dan pemasaran ada dalam darah saya. Saya sebenarnya lulus sebagai seorang insinyur. Awalnya, saya bekerja sebagai seorang insinyur di Cisco. Tetapi, saya tidak menyukai pekerjaan teknis walaupun saya menghabiskan 4 tahun mengambil gelar untuk itu. Saya justru lebih bergairah dalam hal penjualan, bertemu dengan orang, berbicara produk, pemasaran, dan ekspansi bisnis. Jadi, hasrat untuk bertemu dengan orang adalah alasan dibalik kepindahan saya ke dunia penjualan dan pemasaran.

Anda adalah sosok penting dibalik berdirinya bisnis AMD di Indonesia tahun 2007. Apakah mendirikan PT AMD Indonesia itu adalah target dari perusahaan atau pribadi?

Tentu dari saya. Seperti ini, saya kan dari Singapura dan satu-satunya orang yang menangani bisnis di wilayah ASEAN. Tadinya bisnis di Indonesia sangat kecil. Jadi saya harus memastikan ada orang di sini (Indonesia). Awalnya tidak mudah tapi sekarang berkembang besar. Tujuh tahun lalu, siapa yang tahu Indonesia, tak ada yang berbicara. Kondisi waktu itu misalnya, penanaman modal asing masih rendah. Tetapi, lihat sekarang, semua orang berbicara tentang Indonesia.

Bagaimana meyakinkan perusahaan bahwa AMD harus mendirikan perusahaan di Indonesia?

Kamu harus membawa angka. Menunjukkan hasilnya kepada perusahaan. Tahun pertama tentunya penjualan masih nol. Tetapi, bisnis terus berkembang. Tahun pertama memang cukup sulit.

Memang potensi pasar Indonesia terbilang besar untuk produk komputer, khususnya PC?

Jelas Indonesia yang terbesar sekarang ini untuk pasar PC di lingkup ASEAN. Baik itu berbicara tentang pertumbuhan dan potensi pasar, Indonesia adalah salah satu yang terbesar di ASEAN. Berdasarkan data IDC untuk produk PC, pangsa pasar Indonesia sekitar sepertiga dari total pangsa pasar PC di ASEAN. Kedua terbesar adalah Thailand. Ketiga adalah Malaysia.

Itu data IDC, karena kami bergantung pada IDC untuk riset dan data pasar. AMD tidak melakukan riset pasar sendiri. Semua bisnis kita juga kira-kira sama. Indonesia yang pertama, kedua adalah Thailand, dan ketiga adalah Malaysia. Jadi, bisnis AMD di ASEAN, sekitar sepertiganya dari Indonesia.

Populasi masyarakat Indonesia mencapai 250 juta orang, sekitar setengah dari populasi ASEAN. Di Indonesia, penetrasi PC masih rendah. Penetrasi internet berdasarkan PC juga masih rendah. Tetapi memang penetrasi internet berdasarkan mobile sangat tinggi. Jadi, berdasarkan kondisi itu, peluang bisnis di Indonesia sangat tinggi.

Lalu bagaimana kondisi saat mendirikan AMD Indonesia?

Saya pikir awalnya sangat sulit. Ketika awal mendirikan kami bahkan belum mempunyai mitra. Jadi mencari mitra menjadi yang pertama dilakukan. Membangun tim juga sangat berat. Mencari orang lokal yang berkualitas juga merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Apalagi dahulu investasi belum begitu gencar seperti sekarang. Jadi, membangun tim dan mendapatkan mitra yang pas merupakan dua proses yang membutuhkan waktu yang lama.

Apakah yang Anda lakukan pada waktu awal mendirikan AMD Indonesia? Apakah saat itu sudah memikirkan bagaimana strategi untuk menghadapi kompetitor?

Ya, katakanlah dalam 1-2 tahun pertama, berbicara bagaimana membangun rumah, membangun infrastruktur. Kami bahkan belum fokus untuk menghadapi kompetitor pada waktu itu. Kami hanya melihat ke rumah kami.

Itu (menghadapi persaingan) masih terlalu cepat. Membangun pondasi sangat penting. Jadi kami memulai dengan mendapatkan mitra yang tepat. Tanpa mitra, AMD tak ada. Dan AMD itu adalah konsumen sentris. Jadi, kami harus sangat dekat dengan mitra. Ketika konsumen menang kami menang.

Kedua adalah tim. Tim penting untuk menjaga rumah. Kami pun membutuhkan waktu untuk membangun tim. Jadi, kami belum melihat kompetitor, ataupun melihat bagaimana persaingan pasar. Ada banyak yang harus dibangun di internal kami.

Tapi sekarang berbeda. Saat ini, kami mulai menghadapi kompetitor. Bagaimana strategi kami untuk fokus ke konsumen, dan bagaimana memitigasi menurunnya bisnis PC.

Berapa orang dalam tim tersebut?

Ketika awal, yakni 7 tahun lalu, hanya satu orang yang melakukan segalanya. Saya melakukan segalanya. Saya adalah karyawan pertama, yang memulai kantor, menyiapkan dokumen, bertemu Pemerintah. Semua di bawah nama saya.

Lalu mencari orang lokal untuk melakukan segalanya. Karena saya tidak bisa di sini selama 24/7. Ketika dapat orang lokal hanya satu orang. Bisnisnya kecil, jadi harus mengerjakan semua. Tapi sekarang, kita mempunyai orang di setiap jabatan.

Saya mencari orang selama satu tahun. Sekarang karyawan tetap berjumlah 6 orang, karyawan kontrak sekitar 25 orang. Semua orang Indonesia.

Mendapatkan dan mempertahankan mitra adalah suatu hal yang penting bagi perusahaan. Bagaimana strategi Anda untuk melakukan itu?

Saya pikir itu semua karena kepercayaan. Itu menjadi yang pertama. Bukan hanya relasi. Misalnya saja, bahasa Indonesia yang mirip dengan bahasa Malaysia karena satu rumpun yakni bahasa Melayu. Kamu bisa mendapatkan kepercayaan dengan mudah ketika kamu berbicara dengan bahasa yang mirip. Kamu membangun hubungan dengan mereka. Bukan hanya mengenai bisnis.

Itu (kepercayaan) sama di setiap negara. Itu bukan hanya mendorong pelanggan untuk melakukan binis. Ya jangan seperti orang yang serius. Kamu bisa saja membangun bisnis untuk 2-3 bulan, tapi kita berbicara bisnis untuk 2-3 tahun bahkan selamanya. Bahkan setelah saya pergi, itu bisnis tetap jalan berdasarkan hubungan yang telah dibangun. Jadi, untuk jangka panjang.

Setelah “membangun rumah”, lantas seperti apa upaya Anda untuk meningkatkan penjualan dan pemasaran?

Sebelumnya kan membangun rumah. Langkah selanjutnya adalah memperkaya ekosistem. Seperti membangun rumah harus dipastikan semuanya baik. Selanjutnya harus membangun MRT (mass rapid transit) hingga jalan. Kamu harus mempersilahkan investasi masuk ke Indonesia.

Kamu (Indonesia) punya sumber daya, orang, pertumbuhan. Semua sudah siap. Tetapi apa yang belum siap di Indonesia? Ya infrastruktur, kan? MRT, jalan, ya ada banyak hal yang musti harus dibangun. AMD pun seperti itu, kamu sudah bangun rumahnya. Pondasi sudah ada. Sekarang bagaimana kita membangun ekosistem, seperti mendukung mitra ke level berikutnya, mendorong penjualan. Jadi bekerja untuk memperkaya segala sesuatu dari ujung ke ujung. Kamu tentunya ingin memenangkan pelanggan. Bukan tentang kita lagi sekarang. Strategi yang berbeda sekarang ini.

Apakah strategi tersebut sama terhadap semua negara di lingkup ASEAN?

Saya pikir strategi berbeda di setiap negara. Seperti di Indonesia kan punya potensi pasar yang terbilang besar. Strategi di sini pastinya, setiap yang kami lakukan di negara ASEAN lain, di sini (Indonesia) kami lakukan dua kali lebih cepat. Jika kami investasi 1x di Thailand, maka 2x di Indonesia.

Tetapi secara keseluruhan strategi AMD di Indonesia dan ASEAN tidak berbeda. Hanya ketika pertumbuhan di sini lebih tinggi maka akselerasi lebih tinggi. Misalnya saja, saya merekrut 20 orang di Thailand, di Indonesia kita rekrut 40 orang.

Berapa mitra AMD di Indonesia sekarang ini. Dan bagaimana target mitra ke depannya, baik MNC dan mitra lokal?

Di Indonesia, kami bekerja sama dengan 7 mitra MNC. Ada HP, Acer, Asus, Toshiba, Samsung, Sony, Fujitsu. Yang kami tidak kerja sama di Indonesia hanya Dell and Apple. Saya tidak bisa komentar apakah ke depan kita akan kerja sama dengan keduanya. Tapi kami sangat berkomitmen dengan 7 mitra yang ada.

Bermitra dengan OEM (Original Equipment Manufacturer) lokal? Ya, kami terus menggali peluang untuk bekerja sama dengan lokal. Kami akan bertemu seseorang di kuartal keempat ini. Tetapi apakah akan bertambah di kuartal berikutnya atau tahun depan, kami tidak tahu. Tapi kami tegaskan, itu tergantung kesempatan. Sekarang kita lihat pasar OEM lokal menurun.

Kami sangat terbuka bekerja dengan lokal. Kami dapat bekerja dengan siapapun. Kami sempat bekerja sama dengan Advan pada tahun 2010-2011. Lalu dengan PT Metrindo Supra Sinatria.

Selama 11 tahun berkarya di AMD, pencapaian apa saja yang telah diraih?

Mengenai pencapaian terbesar saya, maka yang mau saya katakan adalah membangun tim dan membangun hubungan dengan pelanggan. Ini , yang menurut saya, telah saya lakukan dengan sangat baik. Kalau mengenai angka, saya bisa berikan angka. Misalnya saja, pencapaian pertumbuhan sekian persen atau 4-5 kali lipat. Tetapi, ketika anda bertanya satu hal, itu adalah tim.

Saya menyukai tim dan senang bekerja dengan tim. Karena itu, tingkat turnover (perpindahan) sangat rendah. Hubungan yang dibangun dengan pelanggan di regional adalah suatu hal yang telah saya kerjakan dengan baik untuk diri saya maupun untuk AMD.

Orang senang bekerja untuk AMD karena relationship-nya dan tim kami. Inilah yang akan saya wariskan ketika mungkin saya suatu saat saya keluar atau meninggal. Ini adalah warisan selain penghargaan dan pencapaian dalam bentuk angka.

Penghargaan apa saja yang telah Anda raih selama bekerja di AMD?

Dalam rentang waktu 11 tahun saya mendapatkan banyak penghargaan. Ada Vice President dan President Award, AMD Achiever ‘s Club Award yang diberikan kepada karyawan penjualan AMD terbaik di seluruh dunia.

Setelah sekarang menjabat sebagai General Manager, target Anda selanjutnya?

Target ini akan saya simpan hanya untuk HRD saya. Tentu saja, kita akan selalu mencari tangga di sebuah perusahaan. Kita selalu ingin lebih tinggi. Jadi, ambisi itu ada, dan tantangan juga ada. Tujuannya adalah menjadi yang terbaik dalam apa yang kau lakukan.

(Ester Meryana)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved