Profile

Vania Santoso, Mendulang Untung dari Sampah Sak Semen

Vania Santoso, Mendulang Untung dari Sampah Sak Semen

Vania Santoso, 23 tahun, boleh berbangga hati. Usaha rintisannya heySTARTIC kini telah mendapatkan banyak apresiasi dari berbagai kalangan. Baru-baru ini ia memperoleh penghargaan Wirausaha Inovatif berbasis sosial dan lingkungan yang diadakan HM Sampoerna bekerja sama dengan Yayasan Inovasi Teknologi (Inotek). Sebelumnya ia juga pernah menyabet berbagai penghargaan seperti Singapore Internasional Foundation sebagai Young Social Enterpreuner dan Jawara Wirausaha Mandiri tahun 2014.

Bisnis gadis asal Surabaya tersebut memang unik, ia mendaur ulang sampah sak semen menjadi barang-barang eco-fashion seperti tas dan dompet yang punya karakteristik menyerupai kulit dan tahan air. Tak kurang sudah 300 sampai 500 tas dan dompet yang ia produksi setiap tahunnya. Angka tersebut di luar pesanan grosir yang bisa mencapai 500 hingga 1.000 buah.”Awal bisnis ini saya jalankan bersama kakak saya Agnes Santoso. Untuk modal kami gunakan penghasilan dari MC dan nyanyi karena kebetulan kami memang sering tampil,” ujarnya kepada SWA Online.

Vania Santoso (Tengah)

Vania Santoso (tengah)

Ketertarikannya atas produk ramah lingkungan tak terlepas dari latar belakangnya Vania yang aktif dalam dalam komunitas lingkungan bernama AVpeduli. Berbekal keprihatinannya terhadap penumpukan sampah, muncul lah ide mendaur ulang sampah menjadi barang-barang berguna. Kantong semen dipilih menjadi bahan dasar lantaran jumlahnya yang banyak dan kuat. “Pembangunan kan akan terus ada, jadi sampah sak semen tidak akan pernah habis, selain itu sak semen punya karakteristik kuat, karena bisa menopang beban yang berat,” ujarnya menceritakan dipilihnya kantong sampah sebagai ide produk daur ulang.

Ketertarikan masyarakat terhadap produk daur ulang sak semen ini bisa dikatakan positif. Vania menceritakan rata-rata tiap bulannya ia bisa mengantongi omset Rp 40 juta hingga 50 juta. Tahun 2014 lalu misalnya ia telah menghasilkan omset Rp 350 juta, dan tahun ini omsetnya diprediksi akan meningkat 3 kali lipat. ”Per Juli saja kami telah melampaui omset tahun lalu,” ujarnya bangga.

Tak hanya di dalam negeri, produk heySTARTIC juga diminati pasar luar negeri seperti Australia dan Belanda. Toko-toko oleh-oleh Mirota dan beberapa galeri pemerintah saat ini aktif menjadi tempat heySTARTIC memasarkan produknya. “Kita rajin ikut pameran-pameran agar bisa punya channel keluar negeri,” ujarnya.

Untuk satu buah tasnya, Vania memiliki beragam jenjang harga. Untuk tas berbahan dasar sak semen saja harga yang dibandeol berkisar antara Rp 50 ribu sampai Rp 180 ribu. Sementara itu bila sudah dipadu dengan bahan kombinasi harganya akan lebih mahal, seperti tas sak semen kombinasi kulit dan batik yang dibandreol Rp300 ribu.

Ia menggandeng masyaraat marjinal sebagai perajin di heyStartic. Jumlah pegawai tetap yang saat ini dimiliki ialah sebesar 11 orang. “Tapi kami juga punya masyarakat binaan dari 3 desa yang membantu membuat produk dengan sistem profit sharing,” ujarnya. Ke depan Vania masih punya banyak mimpi untuk heySTARTIC, ia berencana mempunyai show room sendiri untuk menampilkan hasil produknya. Ia juga ingin merealisasi targetnya menyelenggarakan one village one product guna menambah kapasitas produksi heySTARTIC. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved