Profile

Vidjongtius : Menjadi yang Terbaik, Harus Mau Repot

Vidjongtius : Menjadi yang Terbaik, Harus Mau Repot

Keberhasilan PT Kalbe Farma Tbk.menjadi perusahaan publik tidak bisa dilepaskan dari sosok Vidjongtius. Direktur Keuangan dan Corporate Secretary PT Kalbe Farma Tbk ini, mengabdi lebih dari 20 tahun di perusahaan yang sudah melakukan initiap public offering (IPO) beberapa tahun lalu itu.

Dia menyukai pekerjaannya, menanamkan semangat, dan mau repot menjadi kunci-kunci kesuksesan kariernya. Berikut penjelasan lengkapnya kepada reporter SWA Online Destiwati Sitanggang.

Vidjongtius

Bagaimana perjalanan karier Anda?

Saya mulanya adalah seorang akuntan publik di awal tahun 1980-an. Lalu, saya mulai mausk Kalbe itu pada tahun 1990. waktu itu saya membantu publik untuk go public. Pada 1991 Kalbe IPO. Dari situ, kita berusaha terus secara perlahan. Dimulai dari pekerjaan kecil misalnya accounting, hingga sampai ini saya bisa mencakup sebagai Direktur Keuangan.

Lalu, mengapa memutuskan masuk Kalbe?

Saya dahulu kuliah di Trisakti, sebagai akuntan publik itu menurut saya itu merupakan tempat untuk belajar. Sehabis itu, kita harus memilih industri atau perusahaan mana saya harus masuki. Dari beberapa pilihan, salah satunya saya memilih Farmasi, karena saya berkeyakinan ini merupakan salah satu kebutuhan dasar, sehingga farmasi ini bertahan. Dan opini saya tidak salah, pas.

Latar belakang pendidikan Anda mendukung untuk di dunia farmasi?

Memang tidak perlu. Kalau berbicara tentang cita-cita saya dahulu, saya ingin menjadi apoteker. Paling tidak saya menjadi apoteker untuk keuangan.

Terobosan terbesar yang Anda lakukan sepanjang di Kalbe?

Banyak sekali. Waktu pertama, membawa Kalbe dari perusahaan privat ke perusahaan go public, IPO. Itu satu lompatan, sehingga membawa Kalbe seperti sekarang ini. Itu juga salah satu ilmu yang tidak saya dapati di universitas. Hal kedua, saya terlibat banyak dalam hal reorganisasi. Pada saat kriris pada tahun 1998, tahun yang penuh tekanan. Sehingga banyak sekali reorganisasi, efisiensi, renegosiasi dengan bank. Waktu itu kita berhubungan dengan 35 bank asing dan semua marah kepada kita karena terlalu besar tekanan pada saat itu. Tetapi saat itu, kami bisa menyelesaikan dengan cepat dan malah kita membayar lebih cepat.

Kiat-kiat yang ditanamkan dalam bekerja?

Selalu saya bilang, kembali ke individu kita pribadi. Saya selalu menyemangati diri sendiri. Memberikan pertanyaan pada sendiri, apakah kita sudah memberikan yang terbaik untuk orang lain? Itu pertanyaan pribadi saya. Karena itulah yang menciptakan tingkat kepuasan pribadi. Dimanapun kita berada, kita bekerja, kita harus puas dan happy kalau tidak, pasti saya tidak akan betah. Kalau kita berusaha untuk mencari hal ini terus, pasti akan berjalan terus. Jadi kita jangan cepat puas, jika sudah sudah tercapai, karena itu belum tentu yang terbaik. Karena yang ‘terbaik’ ini tingkatnya harus naik terus, naik kelas.

Tantangan yang dihadapi ketika memenuhi kepuasan tersebut?

Kembali ke diri sendiri. Karena saya selalu bilang, kalau kita mau optimal dan menjadi yang terbaik, harus mau repot. Kalau sudah mau repot, pasti tidak akan kekurangan pekerjaan dan tidak akan bosan. Itu kuncinya. Kalau kita merasa sudah bagus dalam melakukan sesuatu, berarti kita sudah men-discount semangat, dan lama-lama semangat itu akan hilang. Maka harus dipacu terus.

Apa yang memacu Anda?

Banyak faktor. Kalau saya, satu hal yang selalu saya bilang menyenangi pekerjaan. Kalau saya menyenangi pekerjaan, pasti semangatnya tidak akan padam. Kalau lembur, sudah tidak perlu lagi disuruh, flexible time. Itu yang membuat semangat kita tidak pernah padam, karena kita menyenangi. Karena saya menyenangi keuangan, dan terus menanamkan hal itu, itu kunci semangat saya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved