Profile

Yus'an, Mantan Birokrat yang Kini 'Bermain' Kedelai

Yus'an, Mantan Birokrat yang Kini 'Bermain' Kedelai

Nama Ir. Yus’an mungkin familiar sebagai seorang birokrat. Jabatan terakhirnya adalah Wakil Kepala BKPM yang beriringan tugas dengan Gita Wirjawan. Kariernya di institusi ini sejak tahun 1985 serta mendapatkan banyak promosi jabatan mulai dari bidang pemantauan, pengawasan, evaluasi, sekretaris utama, hingga Wakil Kepala BKPM. Secara keseluruhan dirinya sudah terhitung 35 tahun berkiprah di sana.

Lulus tahun 2010, pehobi baca buku ini lantas pensiun dan memutuskan untuk lepas tangan dari pemerintahan. Dari sini, ia memilih untuk menghabiskan masa senjanya dengan beberapa kegiatan. Salah satunya dengan menjadi komisaris independen di PT FKS Multi Agro Tbk dan mendirikan lembaga independen yang bermain di seputar kedelai yakni Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo).

Lantas bagaimana Direktur Eksekutif Akindo yang sejatinya merupakan lulusan Teknik Perkapalan, Universitas Hassanudin, Makassar, ini dalam mengelola mainan barunya? Berikut penuturan kelahiran Bone, 17 November 1948 yang merupakan ayah dari Ahbar Khairun dan Annisaa Khisan ini kepada SWA Online :

Ir. Yus'an, photo by Gustyanita Pratiwi

Ir. Yus’an, photo by Gustyanita Pratiwi

Kapan tepatnya Anda mendirikan Akindo ini?

Organisasi ini didirikan tepatnya bulan September 2012 sebagai mediator antara kepentingan pengusaha di bidang perkedelaian. Di sini ada 4 pilar keanggotaan yaitu importir, perajin yang tergabung ke dalam perajin tahu tempe, pedagang distributor, serta para pembudidaya termasuk petani. Tapi yang kami tampung adalah yang berbentuk badan hukum-badan hukum. Misalnya sudah tergabung dalam koperasi, dsb. Itu yang bisa menjadi anggota Akindo. Kami berkoordinir untuk membawakan kepentingan para stakeholder ini, menyuarakan aspirasi mereka kepada pemerintah, dan sebaliknya, diharapkan juga mereka bisa menjadi partner pemerintah untuk berkomunikasi dalam dunia usaha, termasuk nanti mendiskusikan berbagai kebijakan di bidang perkedelaian.

Sebelum di sini, saya menjadi Wakil Kepala BKPM. Jadi wakilnya Pak Gita. Pensiun Desember 2010, kemudian bergabunglah ke dalam kegiatan-kegiatan perkedelaian ini. Kebetulan saya juga sudah duduk sebagai komisaris independen di perusahaan yang bergerak di bidang perkedelaian seperti PT FKS Multi Agro Tbk.

Di Akindo sendiri apa saja tugas-tugasnya?

Kenapa kita rangkul kedelai ke para perajin? Karena merekalah yang akan menggunakan kedelai itu. Dengan penggabungan 2 kepentingan antara importir yang menyediakan bahan baku kepada para perajin, maka importir tersebut harapannya bisa membina para perajin untuk meningkatkan kualitas sekaligus difersifikasi produksinya. Karena seperti yang kita ketahui, sekarang ini kan para perajin umumnya hanya sebatas memasarkan di fresh market. Dan processingnya pun sangat tradisional.

Oleh karena itu, melalui asosiasi ini, kami bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar untuk memberikan proyek percontohan, misalnya Rumah Tempe. Di sana diperlihatkan bagaimana memproses tempe yang higienis supaya bisa tahan lama. Selain itu tempe-tempe ini juga dikemas dengan baik sehingga bisa masuk ke supermarket-supermarket. Dengan daya tahan yang lebih lama, kualitas lebih baik, dan tingkat higienitas yang makin sempurna, diharapkan harga bisa kita katrol naik. Sehingga tidak perlu lagi ribut-ribut mengenai harga jualnya berapa dibandingkan dengan harga bahan baku berapa. Karena produknya sendiri sudah bisa disimpan lama dan juga berkualitas baik.

Menurut Wamen, swasembada kedelai, masih jauh targetnya?

Jadi begini, niat baik pemerintah itu bagus sekali untuk swasembada. Dan kita semua memang harus mendukung spirit tersebut. Tetapi juga harus objektif. Pertama, tanaman kedelai ini harus kita sadari betul bahwa asalnya dari sub tropis. Maka tumbuhnya bagus di Amerika atau Amerika Latin sana. Sementara di negara kita yang tropis ini, tentunya tumbuh juga, namun kualitasnya masih perlu kita perbaiki. Mungkin yang harus kita dorong di sini adalah temuan bibit yang betul-betul sesuai dengan iklim di Indonesia. Dengan demikian, produktivitasnya juga berbeda dengan iklim yang sesungguhnya. Jadi kalau di Amerika itu bisa 1,7 ton/ha, kita hanya sekitar 1-1,3 ton/ha. Walaupun secara contoh, dalam penelitian bisa saja 1,5 ton/ha, tapi kalau ditanam secara massal, sudah lain cerita.

Sehingga menurut saya, dorongan pemerintah ini juga harus dibantu oleh semua pihak, termasuk penelitian dan pertanian supaya bisa menghasilkan bibit yang produktivitasnya tinggi, dengan kualitas yang bisa disetujui oleh para perajin. Karena pada akhirnya, perajinlah yang mau mengolahnya menjadi makanan. Perajin pun tidak bisa asal membuat. Artinya, selera dimakannya tahu tempe itu harus bisa disetujui oleh orang-orang yang memakannya. Orang Jawa, luar Jawa, dll. Intinya harus ada pembenahan baik dari segi on farm msupun off farm. Tidak bisa serta merta kita bilang swasembada, tahun depan harus sekian, tapi harus disesuaikan bahwa produksinya itu bisa diterima oleh pasar dalam negeri.

Harga kedelai juga anjlok terus, kenapa?

Ya karena kan produktivitas per ton-nya berbeda dengan negara yang subtropis. Kemudian, petani kita kan juga sebenarnya petani yang itu-itu saja. Artinya apa? Petani yang menanam padi adalah petani yang menanam jagung sekaligus kedelai. Jadi dia ada pilihan. Mana yang menghasilkan harga terbaik, itulah yang dipilih. Kalau harga kedelai di luar negeri kebetulan memang bagus. Jadi di sana, harganya bisa mencapai 2 kali di atas harga beras. Mereka memang ada rangsangan untuk menanam kedelai. Itu yang coba dikenalkan pemerintah. Tapi jangan lupa bahwa kemampuan produktivitas nasional ini kan masih rendah sekali.

Sementara dominasi impor masih sangat tinggi. Kalau tidak hati-hati mengaturnya, tentu akan terjadi kelangkaan. Nanti rame-rame lagi kayak daging. Apa yang jatuh, karena kesiapannya tidak bagus, semuanya jadi kacau. Kami tidak ingin hal itu terjadi khususnya pada kegiatan di perkedelaian ini. Namun sekarang kebijakan itu sudah keluar. Ya kami ikuti saja. Kami hanya berharap bahwa pemerintah bisa memberikan kemudahan dalam berbagai prosedur yang diminta.

Kaitannya dengan FKS?

FKS sendiri merupakan anggota dari Akindo.

Total anggota Akindo sekarang berapa?

Saat ini sekitar 20-an. Itu sudah termasuk mewakili koperasi. Tapi belum semuanya, karena kami dipacu oleh ketentuan baru dan kami masih mendiskusikannya.

Tantangan yang ditemui di posisi sekarang?

Kebetulan organisasi ini dibentuk pada waktu musim kering yang panjang sehingga ada kelangkaan kedelai di luar negeri. Artinya, harga ada kecenderungan naik, walaupun sekarang sudah stabil. Organisasi ini dibentuk pada saat supply dunia itu berkurang banyak, baik di Brazil maupun di Amerika. Begitu harga naik, teriak-teriaklah petani. Kemudian pemerintah mengubah kebijakan dari semula berdasarkan kompetisi pasar kini lebih mementingkan produksi lokal. Tujuannya adalah agar harga pembelian lokal itu dinaikkan, tetapi harga penjualan diturunkan. Jadi harapannya petani hidup, perajin juga hidup. Tapi itu kan agak berbeda kepentingan. Petani maunya harganya tinggi, perajin yang membutuhkan maunya harganya rendah. Ini kan harus diatur dengan baik. Itulah pentingnya asosiasi ini, bagaimana kami mendiskusikan harga di sini.

Target yang ingin dicapai?

Tentunya kami ingin sejalan dengan pemerintah ya. Kami ingin petani ini nantinya bisa efektif dan ada insentif untuk menanam kedelai yang berkualitas. Jadi kami ingin mempertemukan antara apa yang ditanam oleh petani dan apa yang diperlukan oleh perajin. Dari sisi pedagang juga supaya mereka bisa mendapatkan porsinya untuk memenuhi kekosongan dari supplier luar negeri yang masih terbatas. Bagaimana semuanya ini bisa harmonis dan tidak ada kelangkaan, itulah tugas kami.

Selaku komisaris di FKS sendiri, apa targetnya?

Kami inginnya efisien, karena kan sebagai pedagang, kita harus efisien untuk memenangkan persaingan. Tidak ada jalan lain. Target penjualan biar eksekutifnya yang jalankan, saya hanya mengawasi sesuai aturan Bapepam sebagai public company dan aturan pemerintah sebagai pengatur di berbagai kebijakan untuk bidang perdagangan.

Kesibukan di luar kegiatan tadi?

Membantu pengusaha-pengusaha yang mau berinvestasi di Indonesia. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved