Book Review Strategy

Belajar Kepemimpinan dari KFC dan Pizza Hut

Belajar Kepemimpinan dari KFC dan Pizza Hut

Judul : Taking People with You Penulis : David Novak Penerbit : Penguin Group, 2012 Tebal : xii + 237 halaman

taking people with you

Taking People With You

Pertanyaan pertama semua orang saat melihat sebuah buku mengenai kepemimpinan (lagi): Mengapa saya harus membaca buku ini lagi? Penulis buku ini langsung menjawabnya di bagian pengantar dengan mengatakan bahwa isi buku ini telah diujicobakan selama 15 tahun kepada 4.000 orang sebagai materi program pengembangan kepemimpinan di Yum! (perusahaan pemilik KFC dan Pizza Hut), penulis buku ini adalah CEO-nya. Dengan demikian, wajar sajalah buku ini berisi guidebook dan workbook tahap demi tahap dengan langkah konkret mengembangkan kepemimpinan. Ini juga yang menjadi kekuatan buku ini karena telah diujicobakan, bukan sekadar teori kepemimpinan lagi.

Buku ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama mengenai memiliki mind set yang benar. Yang kedua, memiliki perencanaan akan strategi, struktur dan budaya. Yang terakhir, follow-through untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Sebelum memasuki bagian pertama, penulis buku ini menceritakan perjalanan kariernya dari seorang copywriter di agensi kecil dengan latar belakang pendidikan di bidang jurnalistik di Universitas Missouri sampai menjadi CEO salah satu jaringan fast food terbesar di dunia. Refleksi tersebut akan berujung pada kesimpulan bahwa sukses kariernya adalah karena latar belakang pekerjaannya di bidang pemasaran yang menuntutnya harus membaca pikiran konsumen. Pelajaran ini kemudian diaplikasikan dalam kepemimpinannya ketika dia harus membaca pikiran orang yang dipimpinnya.

Aplikasinya berupa tiga pertanyaan yang akan memengaruhi pendekatan kita terhadap arti kepemimpinan. Ketiga pertanyaan tersebut: (1) Hal terbesar apakah yang akan mengembangkan bisnis kita atau mengubah kehidupan kita; (2) Siapakah yang harus kita pengaruhi atau bawa; (3) Persepsi, kepercayaan dan kebiasaan apa dari target pendengar yang harus kita bangun, ubah atau perkuat untuk mencapai tujuan.

Tugas pertama seorang pemimpin yang sukses adalah memiliki ide ke mana anak buah akan dibawa. Penulis buku ini selalu membuka program pengembangan kepemimpinan Taking People with You dengan satu pertanyaan mendasar: satu hal terbesar apakah yang ada dalam bayangan kita yang akan mengembangkan bisnis dan mengubah kehidupan kita? Walaupun pertanyaannya tampak mudah, menjawabnya tidak mudah. Jawaban inilah yang akan menjadi big goal yang akan kita capai. Big goal tersebut harus benar-benar besar, bukan sekadar lebih dari sebelumnya. Dari pengalamannya, biasanya kekurangan para pemimpin adalah tidak memiliki tujuan yang besar. Hal ini dapat dimengerti karena tidak ada manusia yang ingin gagal, sehingga semua orang pasti sangat berhati-hati dalam menetapkan tujuan. Agar memiliki big goal, kita harus memiliki powerful mind set, bukan limiting mind set.

Menjadi diri sendiri adalah cara terbaik menunjukkan integritas yang harus dimiliki seorang pemimpin. Kewajiban seorang pemimpin tidak berhenti hanya dengan menjadi diri sendiri, tetapi juga membantu pengikutnya menjadi diri mereka sendiri. Selain itu, seorang pemimpin juga harus menjadi seorang pelajar dalam artian memprioritaskan pengetahuan dan ide di atas ego.

Mendapatkan mind set yang benar untuk mencapai tujuan yang besar adalah satu hal dan mengeksekusinya adalah hal lain. Dalam hal eksekusi (yang menjadi bagian kedua buku ini), penulisnya meminjam kerangka Senn Delaney yang terdiri dari tiga bagian: strategi (identifikasi arah yang dituju dan apa yang harus dikerjakan); struktur (memberikan sumber daya dan proses yang benar yang memadai sehingga rencana dapat dieksekusi); budaya (menciptakan lingkungan yang memperkuat strategi dan struktur).

Cara terbaik memulai penentuan arah yang akan dicapai adalah dengan memahami realitas dan posisi hari ini, serta berbagi pemahaman tersebut dengan semua yang kita pimpin. Argumennya, orang-orang akan menghargai fakta bahwa kita memercayai mereka dan jujur terhadap kenyataan yang dihadapi. Setelah itu, imajinasikan masa depan yang akan dicapai dengan visi yang besar akan masa depan. Tip dalam hal ini: orang-orang akan lebih mau membantu kita meraih visi ini apabila kita melibatkan mereka dengan menerima masukan dan ide mereka sehingga mereka itu bagian dari visi mereka. Singkat kata, tidak ada masukan artinya tidak ada komitmen. Orang-orang yang kita pimpin harus dilibatkan dalam proses penentuan apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya. Orang-orang tidak suka diberi tahu apa yang harus dilakukan.

Kunci kedua dalam hal eksekusi adalah memiliki sumber daya yang tepat. Apabila sumber daya yang memadai tidak berada di tempat, orang-orang tidak akan percaya kalau kita benar-benar akan melakukannya dan tentu saja kita tidak akan berhasil mengeksekusinya.

Terakhir, harus membangun sebuah budaya bahwa semua orang menang. Agar benar-benar memotivasi orang, kita harus menciptakan lingkungan kerja yang positif tempat semua orang tahu bahwa mereka memberikan kontribusi dan merasa dihargai.

Bagian ketiga buku ini adalah mengenai follow- through. Riset internal mereka terhadap kapabilitas 300 pemimpin mereka menunjukkan bahwa kelemahan pemimpin yang terbesar adalah dalam hal follow-through. Hampir semua manusia pasti menyukai sesuatu yang baru, kemudian kehilangan semangat dalam eksekusinya. Best practice-nya adalah Steve Reinemund yang selalu membawa catatan kecil ke mana pun untuk mencatat semua hal, kemudian menelepon sebagai follow-through beberapa hari kemudian. Bukan hanya itu, Jamie Dimon, CEO JPMorgan Chase, juga selalu membawa kertas kecil yang berisikan apa yang harus dia selesaikan hari itu dan apa yang harus orang lain selesaikan untuk dia di hari itu. Best practice lainnya, Andy Pearson yang selalu menanyakan so what dan now what di akhir setiap presentasi.

Seorang pemimpin harus mengukur kemajuan yang telah dicapai dalam mencapai big goal tersebut, dan harus memastikan bahwa semuanya bergerak sesuai dengan rencana. Tidak hanya berhenti di sini, seorang pemimpin juga harus merekognisi kemajuan yang telah dicapai dan kinerja luar biasa yang diberikan oleh pengikutnya, sehingga ini semua akan memotivasi orang-orang lebih bergerak lagi.

Tentu saja kenyataannya, pasti ada halangan dalam mencapai big goal tersebut. Tip singkat yang diberikan, pastikan kita telah mendengar dari semua orang akan pemikiran mereka terhadap semua isu karena mereka mungkin melihat sesuatu yang tidak kita lihat.

Buku ini ditutup dengan sebuah cerita yang sangat menarik untuk memperkuat esensi taking people with you. Dalam kariernya, tujuan Magic Johnson adalah melakukan passing assist sehingga membantu pemain lainnya agar sukses. Alhasil, Kareem Abdul Jabaar menjadi scorer terbaik, James Worthy berhasil masuk menjadi tim All-Star, dan Bryon Scott mencatat rekor tiga poin terbanyak. Itulah definisi taking people with you yaitu memilih tim sendiri dan sebagai hasilnya, semuanya menjadi lebih baik, termasuk bagi sang pemimpin.

Sebagaimana yang direkomendasikan, sebaiknya buku ini tidak dibaca langsung habis tetapi dibaca per bab, direfleksikan dan diaplikasikan sebelum melanjutkan ke bab berikutnya. Dengan cara ini, manfaat buku ini akan maksimal. Sekali lagi, kekuatan buku sesungguhnya bukan dalam hal isi, tetapi dalam organisasinya sebagai workbook yang efisien.

EDISON LESTARI


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved