Book Review Strategy

Latihan Menjadi Inovator

Latihan Menjadi Inovator

Judul : The Innovator’s DNA

Penulis : Jeff Dyer, Hal Gregersen dan Clay

Christensen

Penerbit : Harvard Business Press, 2011

Tebal : 304 halaman

Kemampuan seseorang untuk menghasilkan ide inovatif bukan hanya faktor pikiran semata, tetapi juga faktor perilaku. Inilah berita baiknya bagi kita semua, karena hal itu berarti bila kita mengubah perilaku kita, kita akan mengubah dampak kreatif kita.

Buku ini dapat disimpulkan dalam satu kalimat sederhana: Kita dapat menjadi inovatif bila kita mengubah perilaku kita! Kata kunci di sini adalah “perilaku” (behavior), bukan bakat atau genetika yang dibawa sejak lahir. Karena, faktor tersebut adalah perilaku, artinya faktor tersebut dapat dipelajari dan dikuasai dengan praktik.

Studi terhadap anak kembar yang dipisahkan sejak kecil menunjukkan bahwa kemampuan berpikir secara kreatif hanya sepertiga berasal dari genetika dan dua pertiganya dari pembelajaran. Berarti, kreativitas dapat dipelajari dengan mengerti keahlian yang dibutuhkan, mempraktikkannya, melakukan eksperimen sampai akhirnya memiliki rasa percaya diri dalam kemampuan berinovasi. Singkat kata, buku ini mengenai bagaimana individu dapat mengembangkan keahlian yang dibutuhkan agar menjadi lebih inovatif.

Buku ini didasarkan pada studi selama 8 tahun dan lebih dari 100 wawancara terhadap para praktisi bisnis yang inovatif baik dari dunia bisnis biasa maupun dotcom seperti Steve Jobs (Apple), Jeff Bezos (Amazon), Michael Dell (Dell), Richard Branson (Virgin), Howard Schultz (Starbucks), Scott Cook (Intuit), Peter Thiel (PayPal), Pierre Omidyar (eBay), dan Niklas Zennstrom (Skype).

Clay Christensen, salah satu penulis buku ini yang juga akademisi Harvard Business School, menemukan lima faktor yang membedakan eksekutif atau pengusaha yang inovatif dibandingkan dengan yang tidak. Lima faktor tersebut adalah: Associating, Questioning, Observing, Networking dan Experimenting. Riset yang dilakukan penulis buku ini menunjukkan bahwa wirausaha dan CEO yang inovatif menghabiskan waktunya di aktivitas ini 50% lebih banyak daripada CEO tanpa rekor inovasi.

“Creativity is connecting things.” Kalimat dari Steve Jobs ini menjadi subjudul faktor Associating. Asosiasi sendiri dapat diibaratkan sebagai tulang punggung struktur double helix DNA yang dikelilingi oleh aktivitas lainnya. Otak manusia tidak bekerja secara linear seperti kamus, tetapi menghubungkan sebuah perkataan dengan sejumlah pengalaman. Semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang kita miliki, semakin banyak asosiasi yang dapat dibuat. Steve Jobs sendiri mempelajari kaligrafi, meditasi di ashram India, serta mengeksplorasi keindahan Mercedes-Benz.

Subjudul bagian Questioning mengutip perkataan Ratan Tatan akan Question the Unquestionable. Peter Drucker mengatakan bahwa hal yang paling penting dan paling sulit bukan menemukan jawaban yang tepat, tetapi menanyakan pertanyaan yang benar. Wirausaha yang inovatif selalu menanyakan why, why not dan what if. Ide salesforce.com berasal dari pertanyaan “Mengapa kita masih meng-install dan meng-upgrade software dengan cara biasa sementara kita bisa melakukannya melalui Internet?”

“Basic observation is the big game changer.” Para wirausaha mendapatkan ide bisnis yang tidak biasa dengan mengamati fenomena yang biasa, terutama perilaku calon konsumen. Mobil Nano dengan harga US$ 2.500 diluncurkan karena pendiri Tata melihat empat orang mengendarai sebuah sepeda motor.

Perkataan dari Richard Branson “I’m prepared to try anything once” melukiskan semangat experimenting. Wirausaha dan CEO yang inovatif secara aktif mencoba ide yang baru dengan membuat prototipe dan proyek percontohan. Semua CEO yang inovatif senang melakukan “coba-coba”, misalnya Jeff Bezos (Amazon.com) yang membongkar tempat tidurnya sewaktu kecil ataupun Steve Jobs yang membongkar Walkman-nya di masa kecilnya. Salah satu pengalaman yang paling berharga untuk melakukan “eksperimen” adalah dengan tinggal dan bekerja di luar negeri.

Memberikan waktu dan tenaga untuk menemukan dan mencoba ide dengan sekelompok individu akan memberikan inovator perspektif yang berbeda. Para inovator tersebut berbicara dengan sejumlah orang dengan ide dan perspektif berbeda untuk memperluas pengetahuannya. Mereka juga melakukan perjalanan ke negara lain serta bertemu orang dari sejumlah latar belakang. Inilah esensi dari jejaring.

Buku ini bersifat sangat praktis, provokatif, gampang dimengerti dan sulit berhenti begitu mulai membacanya. Tentu saja, buku ini wajib dibaca oleh para eksekutif, karyawan ataupun pengusaha yang ingin meningkatkan keahlian inovasinya. Sekali lagi, buku ini dimulai dengan premis bahwa bila kita mengubah perilaku kita, kita akan mengubah dampak inovasi kita.

Awalnya ide dalam buku ini dipublikasi di Harvard Business Review pada 2009 dengan judul yang sama, The Innovator’s DNA. Artikel ini juga memenangi McKinsey Award sebagai artikel terbaik. Penulis buku ini kemudian menjadikannya dalam bentuk buku. Walaupun penulis buku ini berlatar belakang akademisi, buku ini sangat gampang dimengerti dan ringan dibaca.

Sebagai penutup, sekali lagi, yang disebut inovator adalah mereka yang: (1) memiliki keberanian berinovasi sebagaimana yang terlihat dalam kemampuan mereka melawan status quo dan mengambil risiko; (2) memiliki perilaku observing, questioning, networking dan experimenting, sehingga (3) pada akhirnya memiliki associative thinking yang akan berakhir pada ide bisnis yang inovatif.

Selamat mengimplementasikan dalam perjalanan Anda untuk meningkatkan kemampuan inovasi!


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved