Book Review

Mari, Lindungi Ide Brilian Anda!

Mari, Lindungi Ide Brilian Anda!

Judul : Buy-In Penulis : John Kotter dan Lorne Whitehead Penebit : Harvard Business Press, 2010 Tebal : 208 halaman

Anda memiliki ide yang luar biasa. Anda yakin ide itu akan membuat perubahan pada karier Anda, organisasi Anda, ataupun dunia. Anda mempresentasikan ide itu dengan penuh keyakinan dan dengan harapan akan didukung sepenuhnya. Ironisnya, ide Anda ditembak dengan membabi buta. Yang Anda dapatkan adalah pertanyaan yang rasanya sangat dibuat-buat, rasa skeptis ataupun kritikan yang sangat kasar. Singkat kata, ide bagus Anda dibunuh dengan kejam. Seberapa sering Anda merasakan hal demikian?

Buku ini hadir untuk memberikan solusi mengenai masalah tersebut. Juga, memberikan tip untuk melindungi dan mendapatkan dukungan pada ide bagus Anda.

Kita sudah terlalu sering diajari bahwa selagi kita mempresentasikan ide kita dengan jelas dan logis, maka ide itu akan dapat diterima dengan baik. Hal ini melupakan fakta bahwa kita mempresentasikan ide itu kepada manusia yang memiliki unsur emosi, ketakutan, kekhawatiran dan sebagainya. Unsur emosional ini tidak bersifat linier dengan logika dan harapan kita.

Hal yang paling utama untuk mendapatkan buy-in adalah jangan mengasingkan penyerang kita. Ide ini sangat bertentangan dengan intuisi normal bahwa kita harus melindungi diri dari penyerangan sehingga akan lebih mudah didukung dan diimplementasi.

Sebaliknya, buku ini menyarankan untuk membiarkan penyerang kita ikut serta dalam diskusi. Biarkan mereka menembak ide kita, bahkan kalau perlu dorong mereka untuk menembak ide kita.

Penulis buku ini, John Kotter, profesor emeritus dalam hal kepemimpinan di Harvard Business School dan Lorne Whitehead, ahli fisika di University of British Columbia sekaligus pengusaha sukses, telah melakukan observasi bahwa membiarkan ide kita diserang adalah hal yang efektif untuk memperoleh dukungan karena kita akan beroleh perhatian.

Tanpa mendapat perhatian, kita tidak mendapat kesempatan buat menjelaskan sebuah peluang, tantangan dan solusi yang sedang kita pikirkan. Tidak mendapat perhatian berarti kita tidak mendapat komitmen emosional yang merupakan kunci utama dari memperoleh dukungan. Sebaliknya, beroleh perhatian merupakan kunci utama untuk beroleh komitmen intelektual dan emosional.

Jangan menghadapi serangan dengan data, logika ataupun membuktikan penyerang kita salah. Inilah kesalahan fatal yang biasa terjadi. Pada saat diserang, kita akan mencoba menunjukkan bahwa kita telah melakukan penelitian yang panjang dan membeberkan data riset kita. Cara ini mungkin akan bekerja, tetapi kurang efektif karena cara ini menghilangkan kesempatan kita beroleh perhatian yang sangat krusial.

Untuk memperoleh perhatian, buku ini menyarankan agar kita mengajukan respons kita dengan singkat dan jelas tanpa memakai jargon ataupun argumen yang kompleks. Tujuan utama respons kita bukan untuk memenangi argumen dengan satu orang yang menyerang kita, melainkan memenangi pikiran dan hati kaum mayoritas yang akan menentukan diterima-tidaknya ide kita.

Sangat penting dicatat, buku ini meminta kita tidak melawan penyerang dengan serangan balik, sekalipun mereka mengajukan argumen yang sangat lemah. Alasannya? Mendapatkan dukungan perlu dukungan hati dan pikiran. Respons yang jelas akan memenangi pikiran. Respons yang hormat akan memenangi hati. Sebaliknya, respons yang emosional ataupun tanpa rasa hormat hanya akan membuat kita tidak mampu memenangi hati penyerang kita.

Lebih lanjut, manusia tidak pernah menaruh simpati pada sisi penyerang. Sebaliknya, bila kita diserang dan kita masih mampu menunjukkan rasa hormat, simpati akan berada di sisi kita sehingga orang lain akan lebih mau mendengarkan kita.

Prinsip dasarnya, mengetahui strategi penyerangan yang sering dipakai oleh “musuh” kita. Buku ini mengidentifikasi empat pola umum yang sering dipakai orang lain untuk menyabotase ide kita: (1) death-by-delay (mendorong ide itu jauh ke masa depan sehingga akan terlupakan), (2) confusion (mengajukan setumpuk data sehingga kepercayaan terhadap ide kita akan menurun drastis), (3) fear-mongering (memberikan rasa khawatir tidak beralasan mengenai ide kita), (4) character-assassination (membunuh reputasi dan kredibilitas kita).

Keempat pola umum biasanya dimanifestasikan dalam bentuk 24 pertanyaan, misalnya: Mengapa harus berubah kalau selama ini kita telah dan tetap sukses?; Persoalan utamanya di uang; Kita tidak siap; dan sebagainya.

Persiapan tentu saja memberikan pengaruh yang sangat kuat. Dan buku ini memberikan sejumlah respons untuk menghadapi serangan yang akan kita terima. Misalnya, apabila penyerang kita menyatakan belum pernah ada pihak lain yang memakai metode yang kita ajukan, maka kita dapat merespons dengan mengatakan kalau ide bagus pasti harus diaplikasikan pertama kali oleh seseorang dan mengapa itu bukan kita? Kita tidak seharusnya hanya mengikuti. Intisari buku ini sangat sederhana: selalu tunjukkan rasa hormat pada orang lain dan selalu siap menghadapi usaha orang lain yang mencoba menyabotase ide kita.

Tip yang diajukan dalam buku ini sangat praktis dan brilian. Setelah membaca buku ini dan mengetahui tipnya, cara yang paling efektif untuk mengujinya adalah dengan mengujikannya dalam kehidupan sehari-hari, dalam rapat/pertemuan, proyek ataupun aktivitas sehari-hari. Baca ulang buku ini sebelum Anda mempresentasikan sebuah ide. Kuasai tip dalam buku ini untuk menghadapi penolakan. Ide bagus Anda akan memiliki harapan lebih besar untuk tetap survive.

Edison Lestari Peresensi bekerja di

perusahaan minyak asing

Development Planning.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved