Book Review

Melampaui Literatur Teknis Buku Properti

Memang, seperti apakah buku yang satu ini –hingga judulnya disemati melampaui bisnis sektor papan pada umumnya? Bukannya buku properti berkutat hal sama, tentang proses menyiapkan permintaan dari hulu ke hilir, hingga berbuat profit bagi sang pebisnis?

Sebelum menjawab hal ini, ada baiknya diceritakan ihwal kisah bermulanya buku. Buku ini lahir dari tuntutan karyawan penulis (seorang pemilik properti kelas regional) yang terinspirasi oleh tulisan yang semula dibagikan secara informal agar dibukukan.

Melalui format buku, tentu tulisan informal akan tertata lebih sistematis dan tak lagi bersifat internal. Siapa pun bisa mengaksesnya dengan mengesampingkan latar belakang yang tidak satu lingkungan. Inilah yang kemudian melahirkan salah satu buku “langka” ini.

Dalam amatan resensor, buku bisnis properti di Indonesia sendiri relatif tidak banyak. Jika kita perhatikan pada toko buku utama, sebut Gramedia dan Togamas, dominan ditemukan adalah buku properti, namun dari sisi desain, baik desain interior maupun eksterior. Seluruhnya dengan tampilan foto menawan serta kertas luks dengan harga relatif mahal.

Karena itulah, buku bahasan bisnis properti ini mengisi ruang kekosongan. Selain itu, konten narasi yang semula dibagikan ke karyawannya, bisa diberikan pula ke pembaca luas dengan pembahasan yang menariknya tidak semua berkutat sisi teknis.

Hal ini cukup bisa difahami. Dengan latar belakang sebagai Guru Besar Filsafat Ilmu di IAIN Syeikh Gunung Jati Cirebon, penulis buku ini juga seorang pebisnis dengan segudang pengalaman bisnis multi sektoral yang relatif teruji kehandalannya.

Melalui bendera PT Nusa Indah Pratama, sekalipun belum begitu lama, penulis dalam delapan tahun terakhir berhasil membangun bisnis perumahan. Sedikitnya berlokasi di lima daerah Jabar bagian Selatan-Utara (Kota Tasik, Kab. Ciamis, Kab. Kuningan, Kab. Cirebon, dan Kab. Sumedang).

Selain properti yang prestisius sekaligus menantang, penulis juga mampu mengelola bisnisnya dalam waktu lebih lama terutama pada bidang garmen. Selepas itu, juga terjun pada bisnis pendidikan (memiliki semua tingkatan pendidikan sekolah), perkebunan, peternakan, hingga pengolahan kayu.

Bagi sebagian orang, dua latar ini dinilai berseberangan. Karenanya, secara khusus, penulis mengupasnya dikupas pada bab I buku. “Mengapa seorang profesor mau bersusah payah berbisnis?”, dan aneka pertanyaan tipikal lainnya yang membuat alis berdiri.

Pertanyaan yang bisa jadi juga menggelayuti banyak pembaca ini kemudian dibedah. Misalnya relevansi anjuran menjadi pebisnis agar bisa menjadi pejuang bagi diri, keluarga, dan lingkungan. Hal ini kemudian bisa dengan mulus dikaitkan salah satu hadist Nabi Muhammad SAW tentang susah payahnya seorang penjual kayu bakar guna memenuhi kebutuhan sendiri dan sedekah, yang posisinya jelas jauh lebih mulia dari mereka peminta-minta.

Maka, begitu membuka awal buku, memang terasa isi buku penuh warga, beda, unik, sekaligus tetap menarik dibaca karena penulisannya mengalir runtun.

Episode bisnis properti-nya sendiri tersampaikan cukup lengkap dan representatif. Penulis menggambarkan awal pengalaman membebaskan lahan yang ternyata belum diperhitungkan kebutuhan dari sisi pematangan lahan, izin, hingga pembangunan itu sendiri. Pengalaman dari nol banyak dipaparkan.

Selepas kemudian telah tahu banyak selah, isi buku membahas sisi lanjutan bisnis properti. Misalnya tentang cara meyakinkan perbankan dalam menyalurkan kredit, terlebih penulis buku pernah dapat pengalaman buruk dicap buruk hanya karena tunggakan kurang dari Rp200 ribu, itu pun karena namanya dipinjam kawannya!

Saat membahas watak pebisnis yang dibutuhkan dalam sektor properti, alias bukan karakter pedagang properti, penulis bisa dengan elegan menyambungkannya dengan QS. Al-Qashash ayat 77 tentang kewajiban seorang Muslim mencari anugerah negeri akhirat seraya tak melupakan nasibnya di dunia.

Makin masuk ke dalam bab buku, yang selanjutnya mengupas strategi menetukan lokasi perumahan yang bahkan secara prinsip, lokasi itu bukan soal strategis/tidak atau dalam kota/pinggir kota. Lagi-lagi, dengan latar ilmu filsafat, pemaparan mendasar soal lokasi perumahan diterangkannya melalui konsep menjadikan perumahan dengan banyak aktivitas keramaian lintas sektor. Karenanya, di manapun lokasinya, orang akan mengejar karena butuh dengan banyaknya keramaian tadi.

Kelebihan lain, paparan soal izin perumahan juga sangat terasa nuansa lapangannya. Dengan jenjang dan rentang perizinan yang tak hanya di level terbawah, bahkan hingga pemerintah pusat, bahasan soal ini terutama di bab III (hal.175-185) sangat penting ditelaah. Sejenak, gelar profesor yang teoritis tergantikan peran seorang praktisi yang mumpuni.

Terakhir, metode dan teknik memasarkan rumah dituliskannya dengan memikat dan berdaya ungkit inspirasi. Pengalaman pertamanya ikut pameran perumahan, tak satupun yang membeli bahkan tamu yang datang pun relatif masih koleganya. Selepas kejadian itu, berbagai teknik yang gigih dilakukan hingga perusahaan properti-nya kian mengepakkan sayap.

Maka, sisi teknis bisnis properti dari mulai teori padat modal bisnis properti, merawat bisnis properti, dan teknik memasarkan rumah, selalu dikaitkan dengan tafsir kesemestaaan. Terutama dari sisi Al-Quran, Hadist, dan tafsir ilmu filsafat ilmu yang menghantarkannya ke gelar profesor.

Contoh lainnya, saat membahas tentang dinamika memulai bisnis properti yang penuh tantangan dan mudah bikin mumet, maka dijelaskannya dengan pengalaman pribadi untuk tersenyum optimistis yang diperkuat banyak hadist Rasulullah. Semisal, “Senyummu di hadapan sesama Muslim selalu bernilai bagimu (HR Tarmidzi), “Aku tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak senyumannya selain Rasulullah SAW (Abdullah bin Al-Harist)”

Pada akhirnya, pembaca akan memperoleh multidimensi jika hendak membeli sekaligus menelaah isi buku ini. Sekalipun, memang, di sisi lain, pengalaman dan kisah yang dipaparkan tidaklah se-prestisius pemain properti kakap level nasional. Akan tetapi, pada era lintas aspek sekarang ini (contohnya pebisnis transportasi tak perlu punya aset transportasi), maka pengalaman praktis berbalut nilai tafsir kesemestaan pada buku ini menjadi pembeda sekaligus kekuatan buku satu ini.

Ada fragmen buku menggugah yang ditulis soal bisnis properti adalah bagian menangani ketidakpastian. Jika jalannya dunia bisa dipastikan, besok dunia akan kiamat. Karenanya, pebisnis yang bergulat dengan ketidakpastiaan semacam properti ini, maka akan semakin jauh dari kiamat. Kira-kira, itulah bedanya jika pengusaha properti juga bergelar Profesor Filsafat Ilmu. Nah!

(Muhammad Sufyan Abd, Dosen Digital PR FKB Telkom University, Mahasiswa S3 Religion Studies UIN SGD Bandung angkatan 2017))


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved