Book Review

Memahami Generasi Mendatang

Memahami Generasi Mendatang

Judul: Generasi Z

Penulis: David Stilmlman & Jonah Stillman

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan: Agustus 2019 (Cetakan 4)

Halaman: 268

ISBN: 978-602-0379814

Harga: Rp 88.000

Setelah sedikit-sedikit seluruh tren dikaitkan dengan generasi milenial, zaman bisa segera berubah. Ya, karena generasi penerusnya, yakni generasi Z, akan segera mengisi seluruh sendi kehidupan di negeri ini khususnya dan dunia umumnya.

Apa itu Generasi Z? Dalam buku ini, disebutkan definisi Generasi Z sebagai generasi kelahiran tahun 1995 hingga 2012. Mereka meneruskan generasi sebelumnya: Generasi Traditionalist (lahir sebelum 1946),Generasi Baby Boomer (1946-1964),Generasi X (1965-1979),Generasi Y/Millennial (1980-1994),Generasi Z (1995-2012).

Generasi Z awal pada tahun 2020 ini sudah akan mulai lulus kuliah. Beberapa akan menjadi karyawan, beberapa akan jadi wirausahawan, karena itulah kehadiran mereka akan makin mewarnai hingga kelak dominan menggantikan generasi di atasnya.

Pada konteks itulah, duo penulis yang juga ayah dan anak spesialis peneliti generasi, yakni ayah (David Stillman/Generasi X) dan anaknya yang berusia 17 tahun (Jonah Stillman/Generasi Z), sangat relevan dibaca bagi mereka yang punya atensi hari mendatang.

Kedua membeber habis karakter generasi Z, sehingga sedari awal pembaca akan bisa memahami perilaku kelompok dalam kaitan kepentingan praktis, contohnya memahami cara berkomunikasi dan berperilaku secara spesifik.

Pembaca yang bergerak di bidang pendidikan misalnya, akan bisa memahami karakteristik generasi guna membantu melakukan pengajaran secara tepat. Demikian pula pada konteks organisasi kerja, pemahaman sifat generasi ini akan memudahkan pengelolaan generasi itu sendiri maupun lintas generasi.

Secara umum, ada beberapa karakter dari Generasi Z ini. Pertama, Hiper-kustomisasi. Mereka selalu ingin memiliki identitas unik yang disesuaikan, karena generasi ini tidak menyukai produk seragam. Mereka mengkostumisasi apapun, mulai daftar lagu, film, logo, dan sebagainya.

Kedua, Phiygital: Gabungan Physical & Digital. Generasi yang lahir setelah era 1995 adalah generasi pertama yang lahir ke dunia yang segala aspek dunia fisik memiliki wujud sejenis di dunia maya. Dunia fisik dan dunia maya bukan dua dunia yang terpisah, tetapi saling berkaitan.

Ketiga, Realistis. Generasi ini lebih berhitung apakah perlu sekolah atau tidak berdasarkan kepentingan mereka. Demikian juga pilihan-pilihan berkaitan dengan pekerjaan. Keempat, FOMO (Fear of Missing Out) atau selalu khawatir ketinggalan informasi. Takut tidak update, ketinggalan gosip, isu terbaru, dan menjadi tidak relevan di kalangan teman-temannya.

Kelima, Kompetitif. Mereka selalu ingin menjadi bagian dari tim pemenang, bukan tim kalah dan selalu menginginkan bekerja pada institusi status juara. Keenam, Weconomist. Generasi Z ini tumbuh di era platform ekonomi berbagi, seperti Gojek, Uber, AirBnB, dan lain-lain. Mereka selalu ingin mencari jalan terus memanfaatkan sumber daya bersama tanpa harus keluar duit investasi besar. Ketujuh, DIY (Do it Yourself). Generasi ini dibesarkan aneka tutorial yang membuat mereka bisa mempelajari apapun melalui Youtube, sehingga jadi generasi yang percaya diri bisa melakukan apapun sendiri.

Melalui cara penulisan buku yang dikemas percakapan ringan hingga berat antara ayah dan anak, pembaca selain peroleh gambaran lengkap, juga akan merasakan betapa ringan mengalir tulisan di buku ini. Satu yang jadi catatan ini, latar belakang tulisan seluruhnya dari Amerika Serikat, ada beberapa yang belum sepenuhnya menggambarkan kondisi tanah air. Namun tetap, secara keseluruhan, buku ini layak Anda baca.(Muhammad Sufyan Abd, Dosen Digital PR Fakultas Komunikasi Bisnis Telkom University


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved