Book Review

Memoar Pendiri Tiga Decacorn dalam Satu Dekade

Oleh Editor

Judul : The Founder’s Notes

Penulis : Ji Qi

Penerbit : LID Publishing, 2020

Tebal : 312 hlm.

Membangun perusahaan yang sukses dari nol bukanlah hal yang gampang. Membangun start-up unicorn membutuhkan stamina yang luar biasa. Lebih sulit lagi membangun decacorn, dan rasanya mustahil membangun tiga decacorn, apalagi dalam satu dekade.

Ji Qi, penulis buku ini, sukses membangun tiga start-up –CTrip, Home Inns, dan Huazhu Group– hingga melantai di bursa Nasdaq dengan valuasi decacorn dalam satu dekade, 1999-2020.

Buku ini merupakan memoar dan kumpulan catatan refleksi founder dan CEO legendaris ini. Masa kecilnya tidak bahagia. Dilahirkan di keluarga yang orang tuanya sering bertengkar, atap rumahnya juga kerap bocor kehujanan. Bila musim dingin tiba, dia harus menumpuk bajunya di atas selimut agar tidak kedinginan. Lahir di kota pinggiran membuatnya menjadi tangguh. Jalan hidupnya tidak selalu mulus, tetapi itu yang membuatnya sukses hari ini.

Setamat SMA, dia ingin kuliah di Nanjing University tetapi gurunya tidak memberinya surat rekomendasi karena karakter dan prestasi akademiknya tidak begitu baik. Alhasil, dia harus mengikuti ujian masuk dan diterima di Shanghai Jiao Dong University. Di universitas inilah dia bertemu co-founder start-up yang akan didirikannya nanti.

Selesai kuliah, dia tidak dapat bekerja di JV P&G yang jadi impiannya karena aturan pemerintah sehingga terpaksa bekerja di perusahaan negara Shanghai Changjiang Computer Group. Karena tidak betah, dia keluar, dan memulai Ctrip.com. Mengacu ke pidato Steve Jobs di Stanford yang legendaris, dia percaya pada akhirnya semua titik akan tersambungkan (connecting the dots). Kalau saja dia bisa bekerja di P&G saat itu, mungkin tidak pernah akan ada Ctrip.com hari ini.

Awalnya, dia memiliki bisnis kecil yang menguntungkan tetapi tidak berkembang. Di tahun 1999, temannya mengenalkannya ke James Liang yang baru saja pulang dari Amerika Serikat dan melihat perkembangan internet yang sangat dahsyat. Mereka lalu memutuskan memulai Ctrip.com bersama dua teman lainnya lagi. Model bisnis mereka sangat sederhana: hanya meniru Expedia. Saat itu, mereka berhasil mendapatkan modal hanya dengan modal business plan.

Hanya dalam tiga tahun, mereka sudah menghasilkan keuntungan. Setahun setelah membuktikan keuntungan, mereka melantai di bursa Nasdaq, Desember 2003. Kini valuasi CTrip melebihi US$ 10 miliar alias decacorn.

Setelah berhasil membawa CTrip melantai, dia menyadari ada celah dalam budget hotel. Sesudah berhasil mendapatkan pendanaan awal, dia sukses menjalin kerjasama dengan Beijing Travel Group. Lalu, membangun bisnis budget hotel dengan gaya bisnis internet. Dia meng-upgrade semua TI, ERP, Balanced Scorecard, juga etos kecepatan dan efisiensi ala perusahaan start-up internet.

Pemegang saham lalu membawa masuk manajer profesional dari luar, Sun Jian, karena menganggap sudah waktunya dikelola oleh profesional berpendidikan Barat. Dia kecewa sehingga memilih keluar. Dia merasa hidupnya hancur sampai mempertanyakan apa artinya hidup. Beruntung, dia ditawari penjual DVD langganannya CD Mozart. Pada saat memutar lagu Mozart nomor 31, dia menyadari lagu tersebut begitu indah dan keindahan itu membuatnya menyadari, dia layak tinggal di dunia ini. Setahun sesudah dia keluar, Home Inns berhasil melantai di Nasdaq pada Oktober 2006.

Keluar dari Home Inns, awalnya dia berpikiran membuka hotel kelas menengah yang setara dengan Novotel atau Courtyard. Beberapa waktu kemudian, dia menyadari segmen ini terlalu modern saat itu sehingga dia memutuskan masuk ke segmen budget hotel. Visinya: menjadi jaringan hotel internasional. Tim awalnya sangat kuat karena dia memiliki ideal tentang “sekelompok teman dengan pemikiran yang sama yang bekerja bersama dengan bahagia untuk mencapai sesuatu yang besar.”

Bedanya, kali ini dia memiliki tujuan yang sangat jelas, produk yang lebih baik, lokasi hotel yang lebih nyaman, struktur pemegang saham yang lebih stabil, tim yang lebih kuat, visi yang lebih menginspirasi, dan pengembangan perusahaan yang lebih cepat daripada kompetitor. Biaya konstruksi harus sama dengan kompetitor, tetapi pendapatan per ruangan harus 10\% lebih tinggi dan biaya operasional harus 10\% lebih rendah.

Strategi tersebut membuahkan hasil karena hotelnya dikenal memiliki lean management terbaik di industri tersebut. Hotel yang diberi nama Hanting Express tersebut desainnya lebih menenangkan dan memiliki lukisan impresionis. Singkat kata, hotel tersebut adalah budget hotel yang telah di-upgrade.

Hotel pertama dibangun di Khunshan, sebuah kota kecil. Sukses di sini, mereka segera membangun di Suzhou dan Shanghai. Pembangunan begitu cepat sampai mereka berhasil membangun total 2.244 hotel di seluruh China pada akhir 2017. Mantranya adalah “120\% kecepatan dan 80\% kualitas” karena mereka ingin mendapatkan lokasi yang bagus. Hanya sesudah perusahaannya mencapai plato, baru mereka ganti menjadi “95\% kecepatan dan 95\% kualitas”.

Kesulitan datang karena krisis keuangan global tahun 2008. Salah satu investornya, yang juga sahabat baiknya, mengatakan kepadanya, tidak bisa memberikan investasi lebih lanjut walau sudah menandatangani perjanjian investasi. Akhirnya, dia menjual saham Home Inns-nya untuk berinvestasi di Hanting. Maret 2010, Hanting berhasil melantai di Nasdaq dengan nama Huazhu Group. Saat ini valuasi Huazhu lebih dari US$ 10 miliar alias decacorn ketiga yang lahir dari tangannya.

Pada saat mengambil mata kuliah Bahasa Inggris di universitas, dia membaca kalimat yang sangat membekas hingga hari ini, “Dengarkan suara hati Anda”. Kita tidak pernah tahu masa depan dan jalan mana yang membawa kita sukses. Daripada melempar koin, putuskan dengan mendengar suara hati. Tidak akan ada penyesalan karena sekalipun kalah, kita telah mengikuti kata hati. Sebaliknya bila sukses, hati akan menjadi lebih jelas dan lebih tangguh sehingga hidup akan lebih bermakna.

Tidak ada perbedaan antara bekerja di hari kerja atau di akhir pekan karena melihat setiap hari sebagai hari lainnya. Sama seperti etos kerja Zhuge Liang, “Spare no effort until your dying day” (bekerja keras hingga hari kematian). Dia bangun pagi setiap hari dengan penuh keinginan untuk membuat perusahaannya lebih baik.

Sebagai pengagum dan kolektor barang seni, dia terpana dengan kalimat Michael Foucault, “Tidakkah kehidupan semua orang menjadi sebuah karya seni?” Kita tidak seharusnya menunggu atau bermimpi, tetapi hidup di saat ini. Life is art. Kita harus menjadikan kehidupan kita unik dan karya seni yang orisinal.

Untuk mencapai keberhasilan yang besar dalam bisnis, kita harus bisa “menggapai bulan dan memerangkap kura-kura”. Kita harus bisa memiliki dedikasi terhadap ide dan kepercayaan kita, sekaligus memperhatikan detail yang membosankan dalam pekerjaan kita sehari-hari.

Dia juga sangat setuju dengan pernyataan Joseph Schumpeter bahwa “kesuksesan kapitalisme bukanlah membuat lebih banyak stocking sutra untuk ratu, tetapi membuatnya menjadi bisa dibeli oleh gadis pekerja pabrik karena proses pembuatan stocking tersebut menjadi lebih efisien”.

Filosofinya dalam mencari investor adalah mencari investor jangka panjang, bukan spekulator saham perusahaan. Baginya, ini untuk menguji apakah pengusaha tersebut memiliki passion terhadap bisnisnya.

Suatu waktu dia mengalami dilema apakah akan mengakuisisi Home Inns. Dia founder Home Inns, tetapi Home Inns kini kompetitornya. Temannya menyarankannya menemui seorang biksu yang kebetulan sedang berada di Shanghai. Awalnya merasa tidak tertarik, tetapi akhirnya menemui biksu tersebut. Setelah bertemu, sang biksu tidak mengatakan apa pun, hanya mengajaknya meditasi.

Dalam meditasi selama 20–an menit, pikirannya jadi jernih, bersih, dan sederhana sehingga jawabannya pun sederhana. Dia tidak akan rugi apa pun kalau tidak ikut dalam kompetisi mengakuisisi Home Inns, sebaliknya perang akan muncul kalau dia ikut lelang akuisisi tersebut. Ini mungkin karena meditasi memicu otak masuk ke keadaan alaminya, keadaan di mana nafsu dan keinginan menjadi minimal.

Kecil kemungkinan membuat perusahaan tumbuh cepat kalau tidak memiliki visi besar. Sebelum memiliki visi perusahaan yang besar, kita harus memikirkan pertanyaan yang lebih fundamental: mengapa kita ingin membuat perusahaan kita lebih besar. Dalam perjalanannya, penulis buku ini menyadari bahwa “tujuan” perusahaan jadi lebih besar lebih penting daripada “bagaimana” jadi lebih besar. Baginya, tujuan entrepreneurship adalah menjadikan dunia tempat yang lebih baik karena kita dan perusahaan kita. Sesudah kita meninggal, orang akan mengingat kita telah menciptakan sesuatu yang berarti.

Bila diberitahu bahwa suatu hal biasanya menjadi satu-satunya jalan, dia akan menanyakan, mengapa. Jika hanya mengikuti jalan yang biasa, kita tidak akan pernah mendapatkan breakthrough dan tidak akan bisa mengalahkan kompetitor.

Seorang founder harus memiliki visi yang jelas tentang bisnisnya dan keahlian storytelling. Pada saat melakukan fund raising, dia diminta perusahaan VC untuk menyatakan model bisnisnya dalam tiga kalimat. VC tersebut dapat mengetahui apakah bisnis tersebut layak atau tidak dalam tiga kalimat itu. Pada saat baru memulai Huazhu, dia mengatakan, akan membuat Huazhu menjadi perusahaan hotel terkemuka di China. Pada saat sudah melantai di Nasdaq, dia mengatakan, menjadikan Huazhu nomor satu di dunia. Banyak yang tidak percaya, tetapi dia akan memaparkan bukti dan roadmap-nya.

Untuk menjaga kualitas, mereka memiliki standardisasi dan prosedur dengan penekanan pada eksekusi yang presisi. Agar dapat memberikan layanan sepenuh hati, semua karyawan harus memiliki semangat “master of the house” serta dedikasi penuh terhadap pekerjaan selain sistem dan workflow tersebut. Sebaliknya, semua karyawan diberi situasi yang baik dan prospek yang bagus untuk bertindak secara spontan. Karyawan dianggap sebagai anggota keluarga dan perusahaan memiliki “Huazhu fund” untuk membantu keluarga karyawan yang kesulitan.

Buku ini ditutup dengan pesan bijak, terutama untuk pembaca muda. Jangan bersikap tidak sabar. Di masa lalu, dia sangat tidak sabar dan gampang marah kepada anak buah. Di kemudian hari, dia menyadari tidak butuh seperti itu, dan sebaliknya harus makin berempati dan toleran. Kalau saja dulu mampu mengekang emosi, dia akan lebih sukses lagi saat ini. Dengan pikiran yang santai, kita akan lebih mampu berkonsentrasi untuk berkembang. A calm heart is very powerful and will ultimately lead you to the place where you want to be. (*)

Edison Lestari

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved