Book Review

Mengatasi Ancaman Otomatisasi

Oleh Admin
Mengatasi Ancaman Otomatisasi

Oleh: Eko Widodo, Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Unika Atma Jaya, Jakarta

Judul : The Wealth of Humans: Work, Power and Status in the Twenty-First Century

Pengarang : Ryan Avent

Penerbit : St. Martin’s Press, New York

Cetakan : Pertama, November 2016

Tebal : viii + 277 halaman

Kita telah sampai pada zaman otomatisasi. Semakin banyak pekerjaan yang dulunya dikerjakan manusia, kini diambil alih oleh mesin dan robot berteknologi tinggi. Banyak jenis pekerjaan yang berkurang atau hilang. Banyak pula orang yang terpaksa berhenti bekerja sebelum masa pensiunnya tiba. Masa-masa ketika kita memiliki karier yang tetap untuk seumur hidup telah sirna. Misalnya, dahulu ketika seseorang memilih karier sebagai sopir, kemungkinan besar dia akan pensiun pula di tengah perjalanan karena digantikan oleh mobil otomatis yang sekarang mulai dikembangkan. Manusia harus bisa berganti-ganti karier di sepanjang hidupnya.

Buku ini menaruh perhatian pada masalah semakin membesarnya ketidakpastian lapangan pekerjaan di masa mendatang. Dengan kemajuan teknologi, keamanan kerja menjadi terancam. Bidang karier atau pekerjaan tertentu dengan cepat berubah atau hilang karena perubahan situasi dan kondisi yang berlangsung sangat cepat. Kondisi ini perlu diwaspadai karena tersedianya pekerjaan yang cukup sangat berhubungan dengan masalah kesejahteraan umat manusia.

Manusia akan menjadi lebih sejahtera jika mereka dapat memiliki pekerjaan yang stabil dan keamanan kerjanya terjamin. Dewasa ini banyak pekerjaan telah dan akan digantikan oleh mesin yang dikendalikan komputer, sehingga sering manusia harus bersaing dengan teknologi agar dapat terus bertahan hidup. Perkembangan, kemajuan dan kemampuan teknologi telah bertambah berlipat ganda dalam waktu yang relatif singkat, sementara kemampuan manusia untuk bersaing dengan mesin semakin terbatas.

Tak dapat disangkal, revolusi digital membawa perubahan dramatis seperti yang pernah terjadi di masa revolusi industri. Revolusi ini jelas membawa pengaruh bagi setiap manusia di bumi ini. Sebagai contoh, saat ini industri manufaktur otomotif mulai menjadi teknologi perangkat lunak, bukan lagi teknologi mesin atau mekanik semata. Pabrik mobil telah sarat berbagai perangkat lunak. Bahkan, di masa depan, mobil akan sepenuhnya dikendalikan komputer dengan segala perangkat lunaknya. Lebih mencemaskan lagi, semakin sulit menemukan tempat baru bagi tenaga kerja yang telah tersingkir akibat perubahan teknologi. Pihak yang tersingkir biasanya memang tenaga kerja kurang terampil yang sulit beradaptasi dengan masuknya teknologi baru.

Jika melihat sejarah, kemunculan teknologi baru lebih banyak menghilangkan berbagai jenis pekerjaan daripada menciptakan jenis-jenis pekerjaan baru bagi umat manusia. Selain itu, teknologi baru juga mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat barang dan jasa bagi masyarakat. Dalam kondisi seperti ini, manusia kian berebutan mendapatkan pekerjaan, sementara gaji atau upah yang akan didapatkannya semakin stagnan. Kita lihat lagi di industri otomotif, mereka sekarang menggunakan perangkat lunak untuk merancang mobil, mengatur proses manufakturnya, bahkan menggantikan manusia sebagai sopir mobil.The-Wealth-of-Humans

Di sektor ritel, mereka mulai menggunakan big data untuk mengenali karakterisktik pelanggan. Dengan tersedianya data yang sangat lengkap, mereka dapat mengetahui siapa pelanggannya, apa yang mereka beli di masa lampau, apa yang akan mereka inginkan di masa depan, serta mengatur bagaimana produk yang ada bisa dipasarkan, dijual dan dikirimkan kepada pelanggan. Semua itu dikendalikan perangkat lunak dan semakin kecil/sedikit peran manusia di dalamnya.

Revolusi industri pada tataran yang sama juga telah menghancurkan tatanan sosial lama dengan cara yang sama. Revolusi industri menggantikan tenaga manusia dengan tenaga mesin yang diawali dengan munculnya mesin uap yang menyebabkan meningkatnya pengangguran sehingga mendorong urbanisasi. Petani di desa tersingkir dan berpindah menjadi buruh pabrik di kota, memperlebar jurang kesenjangan antara yang miskin dan kaya serta memberi kontribusi bagi terjadinya marginalisasi terhadap lembaga sosial dan politik yang dulu amat berkuasa.

Melihat pengalaman di masa revolusi industri, masyarakat diajak untuk melihat bahwa kita harus melewati masa-masa ketika terjadi banyak kekacauan akibat kemunculan teknologi baru. Banyak yang tersingkir akibat kemunculan teknologi tersebut. Hingga pada akhirnya umat manusia dapat membentuk kembali sebuah sistem sosial yang dapat diterima secara luas dan kemudian mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari kemunculan teknologi baru ini.

Kelompok yang optimistis memandang apa yang terjadi saat ini sama dengan yang terjadi pada masa revolusi industri. Awalnya memang susah, tetapi ternyata umat manusia mampu beradaptasi dengan baik. Dalam sejarahnya, umat manusia selalu bisa mengatasi tantangan yang ada. Demikian juga dengan kemunculan ekonomi digital saat ini. Hal yang sering tidak disadari umat manusia adalah bahwa mereka memiliki sesuatu yang oleh ekonomi disebut sebagai modal yang tidak kelihatan (intangible capital). Ini adalah teknologi tertinggi yang dimiliki manusia.

Contoh yang paling jelas adalah adanya modal sosial (social capital). Sebagian besar perusahaan dapat bertahan serta tetap tumbuh dan berkembang karena mereka memiliki modal sosial yang cukup besar. Modal ini tidak mudah ditiru dan digantikan oleh mesin. Lebih dari 80% dari nilai (value) yang dimiliki perusahaan terletak pada hal yang bersifat tidak nampak, hal yang tidak mudah dihitung tetapi dampaknya bisa luar biasa.

Ilmuwan sosial menulis hal yang terkait dengan modal sosial ini dalam berbagai cara. Beberapa di antaranya fokus pada masalah yang terkait dengan kuantitas dan kualitas hubungan yang terjadi di antara para individu, sedangkan yang lain berusaha mengukur tingkat kedalaman dan keluasan suatu konsep, seperti kepercayaan (trust) dalam suatu masyarakat sebagai salah satu alat ukur tentang adanya kualitas suatu modal sosial. Adanya pemahaman bersama tentang bagaimana perusahaan melakukan sesuatu yang memang seharusnya dilakukan merupakan hal yang lebih berharga daripada mesin yang digunakan atau paten yang dipegang. Pemahaman ini membuat karyawan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perusahaan dan akan selalu rela berkorban untuk kemajuan perusahaan.

Sayangnya, modal sosial tersebut tidak mudah ditransfer. Orang yang tinggal di perusahaan yang sukses dengan mudah memegang atau menaati nilai-nilai bersama yang dianut. Misalnya, aspek kedisiplinan, ketekunan dan kerja keras. Namun, ketika orang tersebut pindah ke perusahaan lain, nilai-nilai baik yang merupakan modal sosial yang telah mereka pegang sebelumnya menjadi luntur karena lingkungan baru yang melingkupinya tidak lagi mendukungnya. Karena itu, menciptakan modal sosial yang baik merupakan investasi yang berjangka panjang dan sulit dilakukan.

Dalam tataran makro, negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan mampu membangun modal sosial yang baik dalam masyarakatnya. Sementara banyak negara Asia yang lain sulit membangun modal sosial ini. Dengan adanya modal sosial berupa kepercayaan antar-anggota masyarakat yang tinggi, segala energi yang ada bisa difokuskan untuk mencapai tujuan tertentu. Jika tiada kepercayaan, masyarakat akan selalu diliputi suasana penuh kecurigaan. Contoh konkret yang terjadi di Indonesia saat ini adalah suasana yang berlangsung di sekitar pilkada, yakni bukannya rasa saling percaya yang dibangun melainkan justru rasa saling curiga di antara anggota masyarakat.

Buku ini pada bagian awal memang menceritakan berbagai hal yang mencemaskan akibat maraknya proses otomatisasi dalam banyak bidang kehidupan, tetapi pada bagian selanjutnya berusaha membangun suatu sikap positif terhadap kemajuan teknologi dan kemampuan manusia untuk beradaptasi dengannya. Ada suatu keyakinan bahwa umat manusia memiliki kapasitas dan rasa kemanusiaan yang tinggi untuk mengembangkan teknologi yang baru dan penting serta menggunakannya secara bijaksana guna memperbaiki kualitas hidupnya.(*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved