Book Review Review

Metode Sentra Kembangkan Multiple Intelligences Anak

Kehidupan telah berubah. Ilmu pendidikan anak pun berkembang pesat. Kita tak bisa mendidik anak dengan cara yang diajarkan 20-30 tahun yang lalu. Begitulah sebagian blurb dari buku berjudul Sentra Inspiring School: Membangun Kecerdasan Anak Sejak Usia Dini Demi Masa Depan Cemerlang karya Rhenald Kasali.

Buku setebal 346 halaman tersebut mengajak pembaca untuk memperbaiki sistem pendidikan usia dini di negeri ini dari sistem konvensional menjadi sistem sentra. Menurut Rhenald, buku ini juga merupakan kristalisasi dari kegelisahan dirinya dan istri, Elisa Kasali, akan persoalan pendidikan di Indonesia yang cenderung mengedepankan hafalan dibandingkan analisis.

Konsep metode sentra adalah non-direct teaching. Jadi, secara tidak langsung anak-anak akan belajar dan menyerap pemahaman dari proses bermain. Permainan edukatif yang dijalankan bukan sekadar bermain-main, tetapi permainan yang sudah dirancang dengan sangat matang sehingga bisa menjadi katalisator bagi anak untuk belajar.

“Metode ini tidak hanya mengajarkan ilmu akademik pada murid. Namun lebih dari itu, metode sentra mengajarkan ilmu kehidupan yang akan menjadi bekal anak sepanjang hidupnya,” kata Rhenald saat peluncuran bukunya di Jakarta, Jumat (13/12).

Ada enam prinsip pendidikan usia dini dalam metode sentra. Pertama, pendidikan berorientasi pada kebutuhan anak. Setiap kegiatan pembelajaran harus selalu mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan perkembangan anak secara individu. Sebab, masing-masing anak memiliki perbedaan baik dari sisi kemampuan maupun ketertarikan sehingga guru dan orang tua harus bisa mendeteksi dan memberikan support yang tepat.

Kedua, dunia anak adalah dunia bermain. Konsep pendidikan untuk anak usia dini selayaknya dirancang dalam bentuk bermain. Misalnya, untuk belajar berhitung anak-anak tidak harus diajari secara langsung tetapi dengan cara bermain sentra balok. “Pada saat mengambil balok, guru sudah mengarahkan agar masing-masing menghitung berapa balok yang dibutuhkan. Disitu, secara tidak langsung murid belajar tentang urutan angka dan penambahan,” tambah Rhenald.

Ketiga, kegiatan pembelajaran dirancang secara cermat untuk membangun sistematika kerja. Disini anak diajarkan untuk membuat pilihan-pilihan dari serangkaian kegiatan, fokus pada apa yang dikerjakan dan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan yang dia telah mulai dengan tuntas. Keempat, kegiatan pembelajaran berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup anak, yaitu membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi dan memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak.

Kelima, pendidikan dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang mengacu pada prinsip-prinsip perkembangan anak. Prinsip ini sangat bermanfaat untuk melatih anak memahami pentingnya prosedur belajar. Pada tataran yang lebih jauh, anak belajar tentang prosedur kerja. Prinsip keenam, dalam kegiatan main, anak akan belajar lebih banyak bila mendapat pijakan (scaffolding) dari guru. Ada empat pijakan main yakni pijakan berupa penataan lingkungan main, pijakan awal main, pijakan individual yang diberikan saat anak main, dan pijakan setelah main.

Melalui buku Series on Education terbarunya ini, Rhenald pun berharap metode pendidikan di Indonesia dapat diubah dengan menitikberatkan pada masing-masing anak. Sebab, kata dia, setiap anak perlu diberi kesempatan untuk bereksplorasi sesuai dengan ketertarikan dan minatnya masing-masing sehingga bisa mencapai kemajuan dan kesuksesan.

“Metode sentra bekerja untuk memberi stimulasi agar anak didik bisa mengembangkan multiple intelligences-nya dengan baik. Dengan adanya buku ini, dapat menjadi pegangan bagi pembaca dalam memberikan pembelajaran pada anak,” ujarnya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved