Book Review Review

Lika Liku Generasi Kedua Mempertahankan Bisnis Keluarga

Lika Liku Generasi Kedua Mempertahankan Bisnis Keluarga

Bisnis keluarga memiliki potensi dalam berkontribusi pada perekonomian Indonesia. Lebih dari 95% bisnis Indonesia dilakukan oleh pelaku bisnis keluarga dengan total kekayaan mencapai US$134 miliar dan berkontribusi terhadap 25% dari total PDB Indonesia serta menaungi lebih dari 40.000 orang terkaya di Indonesia. Meski demikian, sangat disayangkan bahwa hingga saat ini, perusahaan keluarga dikelola sendiri oleh para pemiliknya. Padahal, seharusnya perusahaan ini dapat menjadi aset nasional, bersatu padu serta menjalin sinergi satu sama lain dalam kerangka Indonesia. Dengan adanya kolaborasi dan sinergi dari perusahaan keluarga di Indonesia ini bisa menjadi kendaraan ampuh untuk menembus pasar Internasional dan membangun daya saing di tingkat global.

index

Perlunya kolaborasi serta sinergi ini terdapat dalam buku 2nd Generation Challange yang ditulis oleh Generasi kedua Martha Tilaar Group, yakni Bryan Tilaar dan Samuel Pranata yang berkolaborasi dengan pakar management, Yuswohadi dan penulis senior SWA Dyah H. Palupi.“Prinsipnya adalah, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh . Melalui persatuan perusahaan Indonesia akan mampu menghimpun kekuatan untuk menjadi kekuatan ekonomi yang diperhitungkan di dunia,” ujar Yuswohadi.

Menurutnya, hanya 30% dari bisnis keluarga yang suskses diturunkan ke generasi kedua, sedangkan hanya 10-15% mampu diturunkan ke generasi ketiga, dan 3-5% yang berhasil diturunkan di generasi keempat. Pencapaian tersebut bukanlah angka yang cukup menggembirakan. Oleh sebab itu, kepemimpinan menjadi hal penting. Apalagi di generasi kedua yang merupakan generasi kritikal karena berperan sebagai jembatan antara generasi pertama sebagai founder perusahaan dan generasi-genrasi selanjutnya.

“Di tangan generasi pertama, perusahaan keluarga berada di fase startup dengan format pengelolaan yang entrepreneurial. Sistem dalam organisasi umumnya belum terbentuk secara baik dan kepemimpinan umumnya masih bersikap one man show di mana si founding leader begitu dominan dalam keseluruhan proses kepemimpinan perusahaan,” ujar Yuswohadi.

Generasi kedua Martha Tilaar Group sekaligus salah satu penulis buku, Briyan Tilaar sependapat dengan Yuswohadi. Sebagai generasi kedua, menurutnya pengelolaan dan gaya kepemimpinan mulai berubah menjadi lebih sistematis dan lebih profesional secara instuitif. “Banyak terjadi di Indonesia, generasi penerus umumnya sudah mengecap pendidikan bisnis di universitas ternama dunia. Artinya, prinsip bisnis secara profesional sudah dikuasai,” tambah Bryan.

Buku The 2nd Generation Challange ini juga mengangkat bahasan yang masih langka di Indonesia. Antara lain bagaimana pemimpin generasi kedua mengambil alih estafet kepemimpinan dan menyukseskan perusahaan keluarga. Selain itu, aspek yang harus dimiliki oleh generasi kedua seperti kepemimpinan, kompetensi bisnis, peran mentor, budaya perusahaan serta kesinambungan organisasi. Buku ini juga mengulas mengenai sepak terjang generasi kedua yang menarik untuk dibaca. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved