Management Trends

3 Ribu Pemulung Diberdayakan untuk Dukung Ekonomi Sirkular

PT Unilever Indonesia melakukan kolaborasi dengan pelaku rantai nilai sampah, khususnya pemulung. Kerjasama dengan Perkumpulan Pemulung Indonesia Mandiri (PPIM) dalam rangka pengelolaan sampah.

“Unilever Indonesia terus berkomitmen membantu mengatasi permasalahan plastik mulai dari hulu, tengah hingga hilir rantai bisnisnya,” kata Nurdiana Darus, Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia.

Menurut riset yang dikeluarkan Unilever dengan Sustainable Waste Indonesia (SWI) memperlihatkan bahwa dari 189.349 ton sampah plastik rata-rata per bulan yang dihasilkan di Pulau Jawa, hanya 11,83% yang dapat dikumpulkan sementara sisanya sebanyak 88,17% berakhir di TPA atau tidak terangkut sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.

Dia menambahkan, Jika dikelola dengan baik, sampah plastik justru dapat memberikan nilai ekonomi, sehingga transisi menuju konsep ekonomi sirkular kini menjadi semakin krusial untuk mengubah permasalahan sampah plastik menjadi peluang menuju pemulihan ekonomi nasional.

Alin Halimatussadiah, Ketua Kajian Ekonomi Lingkungan LPEM FEB UI mengatakan bahwa untuk memberikan dampak ekonomi sirkular harus melibatkan peran dan fungsi pelaku rantai nilai sampah mulai dari pemerintah, dunia usaha/industri, sektor informal, hingga masyarakat dalam tahapan pengelolaan sampah.

Tahapan yang dimaksud di awal meliputi pemilahan, pengumpulan, pengolahan dan pemrosesan akhir. “Pemulung memiliki peran sentral yang patut diperhatikan karena merekalah yang berjasa mengumpulkan sampah sebagai bahan baku yang mendukung industri daur ulang. Oleh karena itu, sudah saatnya kita melekatkan para pemulung ke dalam kesatuan rantai nilai pengelolaan sampah yang lebih utuh,” kata dia menambahkan.

Masih dalam studi yang sama, 80% sampah plastik yang terkumpul di Pulau Jawa berasal dari pemulung, sedangkan 20% sisanya berasal dari bank sampah, TPS3R dan penampung sampah plastik lainnya. Namun sayangnya, sebagian masyarakat kerap menyematkan stigma negatif kepada pemulung sebagai masalah sosial yang mesti segera diatasi sehingga kehadiran mereka kerap mendapatkan tentangan.

Namun, tantangan yang dihadapi oleh para pemulung semakin berat ketika pandemi. Mereka seringkali dianggap sebagai pembawa penyakit sehingga pekerjaan pun jadi terhalang. “Banyaknya pembatasan juga membuat mereka sulit bermobilisasi, belum lagi sebagian besar perumahan masih ditutup untuk mencegah penyebaran COVID-19,” kata Prispolly Davina Lengkong, Ketua Umum PPIM.

Unilever Indonesia dan PPIM menargetkan 3.000 pemulung sebagai penerima manfaat dari rangkaian program edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Program edukasi antara lain meliputi pelatihan literasi keuangan, keterampilan berkomunikasi, hingga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang diharapkan dapat menjadi modal dasar bagi para pemulung untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Editor : Eva Martha Rahayu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved