Technology Trends zkumparan

Accenture Paparkan Tren Teknologi 2018

Perusahaan konsultan global Accenture baru-baru ini mengeluarkan laporan bertajuk Tecnology Vision 2018. Dalam laporan tersebut disebutkan ada 5 tren teknologi yang wajib diperhatikan kalangan pebisnis.

Indra Permana, Technology Delivery Lead Associate dan Leonard Nugroho T,Managing Director Technology Consulting Accenture Indonesia, mengungkapkan bahwa teknologi teknologi tersebut yaitu Citizen AI, Extended Reality, Data Veracity, Frictionless Business dan Internet of Thinking.

Berikut penjelasan lengkap tentang teknologi tersebut

1. Citizen AI

Berkembangnya kecerdasan buatan (Atificial Intelligence/AI) telah membuat banyak perusahaan mengeksplorasi apa saja yang bisa dilakukan dengan sistem tersebut. Permana mengungkapkan, jika melihat trennya, kecerdasan buatan kini telah melompat lebih jauh tidak hanya sebatas sistem otomatisasi. “Sejalan dengan waktu, AI bukan hanya sebuah sistem otomatisasi namun juga sistem yang berbicara dan komunikasi dengan customer, klien maupun vendor,” ungkap Permana.

Di Indonesia sendiri, ia mencontohkan telah ada beberapa perusahaan yang menggunakan kecerdasan buatan dalam hal ini chatbot yang untuk mengambil alih sebagian fungsi fungsi customer service. Mesin digunakan untuk menjawab pertanyaan pertannyaan yang selama ini dijawab oleh manusia.

Untuk itu ia mengingatkan agar para pelaku bisnis juga memperhatikan tingkat keandalan AI. Jangan sampai algoritma yang salah jusru membuat respon yang tidak baik hang akhirnya justru menjadi blunder. ”

2. Extended Reality

Teknologi yang mengkombinasikan antara teknologi virtual dan augmented ini disebut sebut akan banyak membantu operasional perusahaan. Extended Reality bakal memberikan dampak ke banyak industri, mulai dari Pertambangan, manufaktur, kesehatan, edukasi hingga ritel. “Teknologi ini semakin menghilangkan jarak dengan virtualisasi dan rekayasa tambahan,” ujarnya. Sebagai contoh ia mengungkapkan bahwa dengan extended reality sebuah perusahaan bisa mengurangi jumlah expertis perbaikan mesin. Untuk memperbaiki mesin, mereka ekspertis tidak lagi perlu terbang dari satu lokasi ke lokasi lain. “Ekpertis cukup berkomunikasi dengan staf yang belum terlalu ekspert dan memberikan arahan lewat jarak jauh,” ujarnya. .

Adanya Extended Reality ini memungkin karyawan bisa ‘eksis’ di manapun walaupun nyatanya tidak berada di tempat tersebut. Dengan Extended Reality jarak semakin bisa dieliminasi dan produktivitas meningkat. “Platform-platform yang ada memungkin adanya virualisasi dan terjadi penukaran informasi secara realtime.”

3. Data Veracity

data telah menjadi bagian yang sangat penting bagi peradaban manusia seperti halnya minyak bumi, yang telah mendapat julukan black gold. Pernyataan tersebut disampaikan berdasar fakta bahwa data telah menjadi sumber laba bagi para pelaku bisnis di dunia maya Internet. Manajemen data bukan lagi hanya menjadi kompetensi yang penting bagi suatu organisasi, melainkan telah menjadi bagian kritis yang berperan sebagai penentu kemenangan dalam penguasaan pasar maupun dalam pencapaian misi. “Untuk menjawab tantangan bisnis, perusahaan harus mampu mengaplikasikan gaya kepemimpinan dua arah untuk memaksimalkan keakuratan data dan meminimalisir ruang untuk manipulasi data., ujar di.

4. Frictional Bussiness

Untuk dapat menjadi perusahaan cerdas dan terhubung, maka perusahaan harus merancang ulang bisnis mereka agar tak terlibas kemajuan teknologi. Pengembangan kemitraan untuk pertumbuhan bisnis meruopkan salah satu isu penting. “Dari sisi teknologi arsitektur ada dua hal yang mendukung hal tersebut yaitu Micro Services dan Blockchain,” ungkapnya.

5. Internet of Thinking

Sederhananya, Internet of Things adalah konsep dasar yang menghubungkan perangkat apapun satu sama lain. Umumnya IoT dimaknai dengan adanya sensor yang bisa berikan informasi ke sesorang atau commend center.

Nah, dengan kemajuan AI, sensor di mesin saat ini bisa melakukan bisa melakukan aktiviyas lebih canggih. Ia mencontohkan kamera di cctv tak hanya bisa merekam pergerakan orang, namun sudah bisa melakukan pengenalan atau face recognition. “Maka itu namanya bukan Internet of Things lagi, tapi Internet of Thinking.”

Untuk mewujudkan lingkungan pintar ke dalam kehidupan sehari-hari tak hanya membutuhkan keterampilan khusus dan kualitas tenaga kerja yang mumpuni, namun juga modernisasi infrastruktur teknologi perusahaan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved