Trends Economic Issues zkumparan

Agar Kakao Indonesia Berjaya di Pasar Dunia

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo

Saat ini, sekitar 1,6 juta hektar kebun kakao ada di seluruh di Indonesia dengan kemampuan produksi 0,7 juta ton. Dalam acara Webinar Sustainable Cocoa Production Program (SCPP) yang berlangsung sore tadi, Rabu, 16 Desember 2020, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, perlu sebuah perencanaan yang matang serta juga edukasi terhadap petani agar produksi kakao bisa terus meningkat.

“Apabila hal itu terwujud bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi kekuatan kakao baru di dunia. Untuk bisa meningkatkan produski kakao ada sejumlah cara yang bisa dilakukan antara lain penanaman yang baik serta perluasan tanaman kakao di daerah yang potensial. Karena, hampir seluruh wilayah di Indonesia berpotensi untuk ditanami kakao,” kata Syahrul.

Di webinar dengan tema A Decade of Partnership to Strengthen Cocoa Sustainibility itu Syahrul meyampaikan prospek kakao di Indonesia sangat bagus meski perlu waktu 2,5 tahunan panen buah kakao. Menteri Pertanian itu berharap produksi kakao Indonesia bisa terus meningkat sehingga jumlah yang diekspor juga semakin besar lagi.

Deputi II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan, ekspor kakao pada 2018 sudah mencapai 380 ribu ton dengan kontribusi devisa 1,25 miliar dolar Amerika. Namun, impor kakao juga terus meningkat yaitu hampir 20 persen per tahun. Menurut Musdhalifah, meningkatnya impor kakao dikarenakan produksi lokal yang turun karena serangan hama dan juga kebun kakao tua yang belum direvitalisasi.

Karena itu, pemerintah melalui Kementerian Perekonomian memberikan subsidi pupuk khusus yang sesuai dengan kondisi perkebunan kakao. Program ini akan terus dilanjutkan pada 2021 dengan target produksi kakao bisa meningkat.

“Kantor Menko Perekonomian juga sudah menyiapkan konsep yang intinya korporasi petani dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas pertanian, peningkatan kapasitas petani dan pendapatan petani. Ini yang diharapkan tujuan utama dari manajemen korporasi melalui kemitraan,” jelas Musdhalifah.

Swisscontact melalui SCPP berupaya menciptakan industri kakao berkelanjutan di sejumlah daerah di Indonesia. “Kerja sama yang dilakukan antara SCPP dengan petani diharapkan bisa membuat kakao menjadi sektor yang berkelanjutan dari hulu ke hilir yang diadopsi oleh pihak lain,” ujarnya.

Country Director Swisscontact Indonesia, Ruedi Nuetzi mengatakan dengan dukungan State Secretariat for Economic Affairs (SECO), Swisscontact bermitra dengan 10 perusahaan kakao dan cokelat telah memberikan pendampaingan dan pelatihan kepada petani kakao, dimulai dari Aceh. Sejak 10 tahun lalu, SCPP telah membantu hampir 165 ribu petani kakao di sejumlah daerah untuk membuat industri kakao menjadi lebih kompetitif dengan cara memperkenalkan model bisnis serta transparansi.

“Selama satu dekade, 90 persen indikator kunci berhasil dicapai, seperti melatih petani, manajemen pertanian serta keuangan dan juga praktik di kebun kakao. SCPP juga memastikan transfer pengetahuan diberikan kepada pihak yang tepat,” jelas Nuetzi. SCPP bertujuan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani kakao sebesar 75% serta penurunan emisi gas rumah kaca dari sektor kakao sekitar 30%. Dalam mencapai tujuan di atas program memperkenalkan tiga dimensi ‘People, Profit, Planet’ yang berarti mendorong kegiatan secara holistik pada dimensi Sosial, Ekonomi dan Lingkungan.

Program ini menerapkan pendekatan terpadu dan telah teruji yang mencakup praktik budidaya kakao yang baik, nutrisi, kesetaraan gender, pertanian ramah iklim, akses terhadap layanan keuangan, pengembangan masyarakat, pelibatan pemangku kepentingan, dan berjejaring sebagai wadah interaksi.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved