Trends

Akademi Beauty Creator Bangun Para Kreator Andal

Shilvia Tan, Co-founder Akademi Beauty Creator

Laporan bertajuk “The Social Commerce Landscape in Indonesia” yang dirilis oleh Populix menyebutkan bahwa 52% masyarakat Indonesia sudah mengetahui akan tren transaksi jual beli melalui media sosial. Platform yang paling banyak digunakan adalah Tiktok Shop (45%), diikuti WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%), dan Instagram Shop (10%).

Menyadari besarnya potensi tersebut, Shilvia Tan berkolaborasi dengan Lynk.id mendirikan Akademi Beauty Creator. Dengan reputasinya sebagai creator Tiktok, Shilvia meyakini bahwa pasar beauty di Indonesia sangatlah besar. Bahkan, kata dia, saat ini banyak sekali perusahaan maupun perorangan asal Tiongkok yang ingin berperan sebagai beauty creator di Indonesia.

“Saya rasa sangat penting untuk segera membangun tenaga ahli influencer kecantikan Indonesia. Betul bahwa saya memang bisa berjualan barang beauty di short video dan livestream, tetapi pasar beauty sangat luas. Makanya kita harus segera membangun beauty creator WNI, jangan sampai kita dijajah oleh tenaga kerja asing,” ujar Shilvia.

Shilvia mengatakan, dibangunnya Akademi Beauty Creator bertujuan untuk mentorship atau kursus. Lynk.id sendiri merupakan platform pembuatan mobile webpage gratis untuk berbagi konten dari media sosial atau platform lainnya. Sama seperti platform pembuatan mobile webpage lainnya, para content creator atau pemilik usaha online bisa membuat link bio untuk ditampilkan pada akun media sosial dan bisa menambahkan tautan-tautan di dalamnya.

“Mempunyai website merupakan hal yang penting. Website atau mobile webpage ini bisa berguna menjadi perantara followers atau pelanggan ke produk yang Anda pasarkan ataupun konten-konten dari media sosial lainnya melalui link di Bio,” jelas Agus Leo, Pendiri Lynk.id.

Menurutnya, Lynk.id sangat cocok digunakan oleh para content creator yang menjual produk digital di media sosial seperti para beauty creator yang menjual produk kecantikan lewat live stream.

“Untuk menghasilkan Rp 1 juta pertama memang sulit, tapi ini bukan Rp 1 juta yang dihasilkan dari jualan ya, tapi dari komisi. Setelah mendapat penghasilan, saya lihat para creator yang kami bina pada akhirnya menemukan jati diri dan menjadi sukses dengan warnanya sendiri. Makanya untuk menjadi beauty creator yang andal perlu adanya pembinaan,” katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, saat ini kreator telah menjadi ujung tombak untuk penjualan. Dengan semakin banyak masyarakat Indonesia yang melakukan pembelian melalui media sosial, diharapkan masa depan para kreator akan semakin cerah.

Sementara itu di 2023, Indonesia diprediksi akan memiliki permintaan pasar domestik yang lebih baik jika dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini akan membuat Indonesia menjadi incaran ekspansi oleh perusahaan luar negeri. “Dengan demikian diharapkan inisiatif membangun Akademi Beauty Creator akan mendorong masuknya investasi asing ke Indonesia, bukan dengan pekerja asingnya,” tutur Shilvia.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved